Kamis, 27 November 2014

CERBUNG CRAGSISA LOVE AND LIFE PART 8

CRAGSISA LOVE AND LIFE

Part 8 (Welcome Back To Indonesia)

Beberapa bulan kemudian...

                Anggota CRAG serta Agni dan Shilla sedang berkumpul di rumah Gabriel malam ini. Tepat malam Minggu mereka habiskan bersama. Malam ini mereka berpesta BBQ sambil bernyanyi-nyanyi ria di halaman belakang rumah Gabriel yang cukup luas itu. mereka merasa malam ini ada yang istimewa, tak seperti malam minggu biasanya, namun mereka tak tau apa yang istimewa. Tiba-tiba,

TOK... TOK... TOK...

“Bro, kayaknya ada tamu deh.” Ucap Rio

“Loe buka aja yo, gue nanggung nih takut gosong sosisnya.” Ucap Gabriel sambil membolak balikkan sosis yang sedang dibakarnya.

                Rio pun melangkahkan kakinya menuju ruang tamu. Ia melangkahkan kaki nya lebih tepat dari biasanya. Ketika ia membuka pintu..

KLEKK...

                DEG, Jantung Rio seolah berhenti berdetak saat itu. ia merasa ada getaran tersendiri saat ia melihat siapa tamunya ini. Ia merasa memiliki sebuah ikatan batin yang begitu kuat dengan gadis ini. Ia seperti merasa sudah akrab dengan gadis yang duduk di kursi roda itu. Hm, benar juga ia pernah bertemu dengannya. Ia pernah bertemu dengannya hanya di VideoCall dulu saat Gabriel dan teman-temannya sedang melakukan video call dengan adiknya. Ya, gadis ini adalah Ify, adiknya Gabriel yang tinggal di Australia.

                Tak hanya Rio yang merasakan ada getaran tersendiri, Ify pun juga merasakan hal yang sama dengan Rio. Ify merasakan ada getaran yang membuat jantungnya berdegup lebih cepat dan tak beraturan notasinya. Dari ujung rambut hingga pangkal kaki terasa seperti tersengat aliran listrik bertegangan 220 V. Ify merasa pria ini pernah dekat dengan dirinya, ia merasa bahwa pria ini pernah mengisi lembaran-lembaran kosong dalam hidupnya menjadi lebih indah.

“Siapa sih yo? Kok lo buka pintunya lama bang...” ucapan Gabriel terpotong saat ia melihat sesosok gadis yang duduk di kursi roda dan seorang perempuan yang usianya sepadan dengannya berdiri di belakang kursi roda itu.

“IFYYYY...!!!!!” Teriak Gabriel begitu girangnya saat mengetahui itu benar-benar Ify.

Gabriel pun langsung berlutut untuk menyamakan tinggi badannya dengan kursi roda yang dikenakan oleh adiknya tersebut. Perasaannya tidak dapat diukir betapa bahagianya saat ia mengetahui bahwa adiknya telah kembali ke pelukannya lagi. Gabriel menatap mata seseorang yang berdiri di belakang kursi roda Ify lalu memberikan seulas senyum penuh arti kepada sang gadis itu, gadis itu tak lain adalah Shilla.

“Fy, Shil, ayo kita buat kejutan di belakang. Buat mereka terkejut seperti kamu dan kak Shilla membuat kaget kakak.” Ucap Gabriel.
            Gabriel pun mendorong kursi roda Ify. Disamping Gabriel terdapat Shilla yang berjalan beriringan dengan langkah Gabriel.  Di belakang Gabriel dan Shilla ada sepasang kaki yang mengikuti langkah mereka, yaitu langkah Rio. Hingga mereka tiba di halaman belakang, mereka yang ada di halaman belakang masih asyik dengan kegiatannya masing-masing. Cakka masih berfantasi dengan kacanya, Agni masih asyik dengan bola basketnya, Alvin masih asyik dengan gitarnya, dan Sivia masih bercuri-curi pandang untuk melirik dan memandangi wajah Alvin. Ify pun sangat merindukan moment-moment seperti ini. Terakhir mereka berkumpul bersama seperti ini kurang lebih 8,5 tahun yang lalu saat mereka masih kecil.

“GUYS TENGOK KESINI...!!!!!!!!” Teriak Gabriel sehingga membuat mereka semua meninggalkan alam mereka baru saja.

“IFFFFFFFFFYYYYYYYY..............!!!!!!!!!! SHILLAAAAAA...!!!!!!” Teriak semuanya.

                Semuanya pun mendekati Ify dan Shilla, lalu mereka saling berpelukan dan ber cipika cipiki. Rio merasa seperti orang asing karena ia lah satu-satunya manusia yang menjadi pendatang baru disini. Alvin pun dengan segera langsung memeluk Ify erat-erat. Awalnya Ify pun enggan untuk membalas pelukan Alvin, karena pada saat ia koma dulu ia sempat mendengar curhatan Sivia kepadanya, walaupun Sivia tak mengetahui jikalau saat itu Ify dapat mendengarnya. Saat itu Sivia curhat kalau ia menyukai. Mencintai, serta menyayangi sosok seorang Alvin. Namun untuk menghormati Alvin, akhirnya Ify pun memberanikan diri untuk membalas pelukan Alvin yang berjalan begitu lama.

“Eh Cakkue, gimana pesona dan ketampanan loe yang tiada tara itu udah ada yang luntur belum Cak? Atau bahkan udah ilang?” tanya Shilla meledek Cakka.

“BIG NO NO Shilla. Pesona dan ketampanan dari seorang Tuan Cakka Kawekas Nuraga masih tetap dan akan terus bertambah setiap hari nya. Eitsss,, jangan-jangan loe naksir gue ya Shil? Ya jangan-jangan aja loe Love at the first sight gitu sama gue.” Jawab Cakka panjang lebar.

“Ih hoek banget gue naksir ame Cakkue Basi kaya loe gitu. Hoek banget gue. Bakal jadi apa tar keturunan gue.” Jawab Shilla.

“Tuh dengerin Cak, apa yang Shilla bilang.” Tambah Gabriel sambil menjitak kepala Cakka.

“Sakit masee, kula nggih ngertos anggenipun mba Shilla menika kagunganipun panjenengan.” Ucap Cakka dengan bahasa jawa nya.

“Hehehehe...” jawab Gabriel

“Loe ngomong apa sih Cak? Pake kula kula apa itu? apaan tuh artinya?” tanya Shilla.

“Karena gue sama kakak Cakkue Bisa bahasa kaya begituan, jadi gue mau bantu kak Shilla yang cantik ini buat menterjemahkan kalimat kak Cakkue tadi. Jadi, kak Cakkue itu tadi bilang kal...” ucap Agni tetapi langsung di bekap mulutnya oleh gabriel.

“Ah gapapa kok Shil itu Cuma canda doang.” Kata Gabriel.

“Eh enggak kok Shil, itu kagak bercanda. Gue berani sumpah.” Kata Cakka dan langsung mendapat pelototan dari Gabriel. Shilla pun menjadi semakin bingung.

                Sementara itu, Sivia merasa hatinya tercabik-cabik saat ini. Ia tak bisa mengontrol rasa cemburunya kepada sahabatnya sendiri, Ify. Hati Sivia terasa seperti dihujani ber juta-juta meteor yang jatuh di ladang gandum dan terjadilah chocho crunch -_-. Sivia merasa tak kuat dengan apa yang sedang ia saksikan secara live saat ini. Ia sedang melihat Ify dan Alvin yang sedang berpelukan dengan erat dan tidak segera melapaskan pelukan mereka sejak tadi, pelukan mereka udah lama banget. Sampai akhirnya Sivia memutuskan untuk pergi.

“Gu.. gu..gue.. ke.. to.. toilet.. du..lu.. guys.. per.. per..misi...” kata Sivia sambil terbata-bata menahan tangisnya.

                Ify yang menyadari itu semua langsung melepaskan pelukan Alvin dan sontak Alvin pun langsung berdiri. Ify menggerakkan kursi rodanya menuju ke toilet dan disusul oleh Agni sama Shilla. Ify terus mencoba mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi yang dari luar terdengar suara kran yang sedang di nyalakan. Ify tau kalau saat ini Sivia sedang menangis terbahak-bahak, eh maksudnya tersedu-sedu karena pelukannya dengan Alvin tadi. Agni pun juga sudah mengetahui perasaan Sivia yang sesungguhnya, begitupun dengan Shilla yang saat mereka masih di Australi Ify sempat menceritakan itu kepadanya.

                Sivia masih stress di dalam kamar mandi. Ia menangis sejadi-jadinya di kamar mandi. Ia berteriak mengeluarkan semua emosinya. Namun ia kemudian tersadarkan kalau pintu kamar mandi sudah di ketuk-ketuk daritadi. Sivia pun mencoba menetralkan semuanya. Setelah itu ia mencoba keluar kamar mandi dengan fake smile nya yang sudah ia persiapkan dari tadi untuk menutupi semua kesakitan hatinya.

“Ada apa kok pintunya di ketok-ketok?” tanya Sivia polos.

“Gue tau kok loe sebenarnya kenapa Vi, loe harus jujur sama kita. Loe juga harus tau Vi kalo kejadian pelukan tadi itu tak semata-mata pelukan yang lebih dari pelukan seorang kakak dan adik yang sudah lama tak bertemu Vi. Kamu yakini itu Vi.” Jelas Ify

“Iya kok aku gapapa. Itu bukan masalah itu kok. Aku Cuma lagi agak flu aja fy, maklum ini kan udah malem jadinya gue kayak gini deh. Hehehe.. “ jawab Sivia mencoba menutupi rasa sakit hatinya itu.

                Disisi lain, tak hanya Sivia yang merasa cemburu dengan tindakan Alvin tadi. Ya, Rio merasa ada sebuah pengganjal yang bersarang di hatinya saat melihat Alvin dan Ify berpelukan. Namun kenapa Rio cemburu? Ia saja baru mengenal Ify dan baru kali ini ia bertemu langsung dengan sosok yang bernama Ify itu. lalu Rio memilih untuk bermain gitar di tepi kolam dan bermain air kolam dengan menggunakan kedua kakinya.

                Acara BBQ dan outdoor party tetap berlanjut hingga larut malam. Kali ini mereka semua memilih untuk bermalam di rumah Rio. Pagi harinya, mereka mengadakan jogging. Untuk menjaga kestabilan tubuh Ify, Ify belum di perbolehkan untuk lari. Bahkan untuk jalan pun ia belum di perkenankan untuk saat ini. Mungkin satu minggu lagi baru ia di perbolehkan untuk berjalan kemana-kemana tanpa menaiki kursi roda lagi.

                Gabriel masih setia mendorong kursi roda Ify, namun seketika Alvin pun ingin menggantikan posisi gabriel. Sebenarnya Ify enggan untuk didorong oleh alvin, karena pada dasarnya ia akan menyakiti hati sahabatnya, yaitu Sivia.

“Kak Alvin, kak Alvin stop dulu deh dorongnya. Lagian kan udah jauh juga kak Alvin dorong Ify nya. Itu kak gabriel lagi asyik sama kak Shilla, Kak Cakka lagi asyik adu mulut sama Agni, Aku mohon ya Kak, Kakak sama Sivia dulu, aku pingin sama Kak Rio. Aku pingin mengenal lebih dekat siapa itu kak Rio lebih dalam.” Pinta Ify.

“Ya udah deh Fy kalo itu emang kemauan kamu. Kakak gapapa!” jawab Alvin jutek dengan menunjukkan wajah kecewanya.

“Sekali lagi Ify minta maaf kak.” Ucap Ify.

“Iya gapapa Fy!” jawab Alvin malas

                Ify pun sudah melihat sosok Alvin yang sudah mendekati Sivia. Dari ekor mata Ify, ia juga melihat sosok Rio yang sedang asyik berlari kecil sambil mengenakan earphone nya. Ify pun masih canggung untuk ingin ngobrol dengan Rio. Ia memilih untuk menggerakkan kursi rodanya itu ke arah tempat duduk yang bertengger di bawah pohon yang rindang itu. namun, ia merasa kesulitan untuk menggerakkan kursi rodanya itu. tiba-tiba, ada seseorang yang mendorong kursi rodanya. Ify mendongak ke atas dan melihat siapa yang mendorong kursi rodanya itu. ternyata, yang mendorong kursi rodanya itu adalah Rio.

“Thanks Kak!” ucap Ify

“Sama-sama Ify, kamu mau ke bangku itu ya?” tanya Rio

“Iya kak, kursi yang kosong itu.” jawab Ify

                Rio pun mendorong kursi roda Ify hingga ke tempat duduk yang dimaksud oleh Ify tadi. Perlahan Ify di bantu Rio untuk berpindah dari kursi roda ke bangku taman yang ada di samping kursi rodanya itu.

“Fy kamu udah berapa lama tinggal di Australi?” tanya Rio membuka percakapan.

“Kurang lebih hampir sembilan tahun kak. Aku sendiri juga lupa kapan aku pindah kesana.” Jawab Ify.

“Oh gitu, kirain baru aja.” Jawab Rio

“Eh iya, kakak sendiri kapan mulai kenal sama kak Gabriel?” tanya Ify

“Semenjak 1 tahun yang lalu Fy, semenjak aku mutusin pindah dari Singapura ke sini. Sebenarnya aku kenal Gabriel sebelum kita satu sekolah.” Kata Rio

“Terus?” tanya Ify.

“Kita ketemu di Bandara pas kita sama-sama mau balik ke Indonesia dari Australia. Terus ternyata kita satu kelas pas aku pindah SMA keisni.” Jawab Rio

“Oh gitu, eh kak aku mau pulang dulu ya kak, aku capek.” Kata Ify.

“oh yaudah kakak anter ya Fy!” jawab Rio

“Ga ngrepotin kak?” tanya Ify

“Enggak kok santai aja, anggap aku kakak kamu aja Fy!” ucap Rio

“Thanks kak!” kata Ify

“Sama-sama Ify!” jawab Rio sambil tersenyum.

                Rio pun mengantar Ify pulang hingga ke rumahnya. Selama perjalanan tak henti-hentiya mereka sambil berbincang dan tak jarang di selingi oleh gelak tawa penuh bahagia yang menyellimuti mereka. Hingga tibalah mereka tiba di rumah Ify. Ify pun memilih untuk ke kamarnya, Rio memilih untuk pergi ke lapangan basket yang ada di halaman belakang rumah Ify. Ify memandangi Rio yang sedang bermain basket dari balkon belakang rumahnya. Ia melihat Rio bermain basket dengan lihai.


                Setelah semua mengetahui kalau Rio dan Ify sudah pulang, Sivial (Sivia Alvin), Gabshill (Gabriel Shilla) dan Cagni (Cakka Agni) pun beranjak pulang ke rumah Gabriel. Setelah sampai di rumah Gabriel, mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing termasuk Rio.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar