CARGSISA LOVE AND
LIFE
CLL Part 1 (Pangeran Tampan dan Peri Cantik)
Matahari
pagi masih terlelap dalam tidurnya, ayampun masih enggan mengeluarkan suara
emasnya, embun pagi masih menempel di atas lembaran dedaunan. Jam dering pun
telah bertengger membangunkan sesosok gadis berdagu tirus yang memiliki rambut
sedikit pirang. Gadis itu adalah seorang Alyssa Saufika Umari yang senang di
panggil Chacha. Chacha memang seorang gadis yang sangat mandiri di pagi ini,
namun sebenarnya ia adalah sesosok gadis yang sangatlah manja. Chacha terlahir
di keluarga yang bisa dibilang sangat kaya, ia juga memiliki seorang kakak
laki-laki yang sangat sayang kepadanya, kakak laki-lakinya itu adalah Gabriel
Stevent Damanik yang senang dipanggil Bang Iel.
Chacha dan
Gabriel memiliki orang tua yang sangat sayang kepada mereka. Papa dan mamanya
adalah pengusaha yang namanya telah dikenal se antero Asia – Eropa bahkan
hingga ke berbagai penjuru negara lain di ini. Mereka adalah Tuan Hanafi Umar
Damanik dan Nyonya Riana Umar Damanik. Tuan Hanafi Umar Damanik sering
dipanggil dengan sebutan Mr. Naff yang merupakan seorang direktur utama di
“Umari Corp”. Sedangkan mamanya, yaitu Miss Riana adalah seorang direktur utama
di “Damanik Corp”, untuk memimpin Damanik Corp, Miss Riana masih di bantu oleh
sang Ayah, yaitu Tuan Agung Sandu Damanik atau sering dipanggil Tuan Sam yang
masih didampingi oleh sang istri, Nyonya Rossa Damanik.
---
Disudut
lain di pagi itu, terdapat seorang anak laki-laki yang masih berkutat dengan
mimpinya. , ia masih mencium erat guling yang kini berada dalam kehangatan
dekapannya, dia terlihat sangat damai berada di dalam dunia mimpi nya, ia masih
bersenandung ria di dalam alam tidurnya itu. Perlahan ia mulai membuka sedikit
demi sedikit matanya dan ia mulai mengumpulkan nyawanya, setelah semua nyawa
nya terkumpul maka ia segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas menuju
kamar mandi nya dimana disana ia membersihkan wajah dan menggosok gigi. Setelah
sekian waktu anak ini menghabiskan waktu di kamar mandi ia segera mengenakan
seperangkat pakaian olahraga dan mengalungkan handuk kecil di lehernya dan
segera beranjak keluar kamar dan menuju luar rumah lalu peprlahan berlari
kecil-kecilan menuju taman kompleks untuk sekedar berjogging ria menikmati
cuaca pagi ini. Ya, hobbinya adalah jogging dan setelah jogging ia sering
meluangkan waktunya untuk bermain basket di lapangan basket yang sudah ada di
lapangan kompleks perumahan elit itu.
Anak
laki-laki ini terlahir di sebuah keluarga yang sangat menyayangi nya, ia
terlahir di keluarga Halling yang tak lain adalah pemilik dari "Halling Corp". Ia
dari kecil sudah dididik untuk menjadi laki-laki yang berfikiran dewasa. Ia harus
pepduli dengan sesama dan mempunyai fikiran 10 tahun lebih dewasa dari usianya. Orang tuanya melakukan ini semua karena memang hanya ia
lah satu-satunya pewaris tunggal Halling Corp.
Di sela-sela jogging, Vano sering
melihat sesosok gadis cantik berdagu tirus yang menggunakan sepeda lipat
berwarna putih mengitari taman kompleks itu. Vano sering menyebutnya peri
cantik. Peri cantik yang di maksud Vano itu sering mengikat rambutnya dan
menggunakan topi putihnya. Ia juga menggunakan kaos olahraga tanpa lengan dan
sepatu kets berwarna senada dengan topinya. Gadis itu sering bersepeda dengan
seorang anak laki-laki yang usia nya
hampir sepadan dengan Vano, Dalam otak Vano berpikiran bahwa anak laki-laki itu
adalah kakak dari gadis itu.
Vano mengitari taman kompleks ini
namun ia belum juga melihat gadis yang biasa ia selidiki gerak geerik nya itu.
“ish.. pantas saja si peri cantik
belum kelihatan, pagi ini aku bangun lebih pagi dan sekarang masih jam 5, biasanya
kan dia mulai nongol jam setengah 6 Vano -_-. Oh Vano, kamu terlalu bersemangat
untuk bertemu si peri cantik.” Ucap Vano lirih seraya melihat ke jam tangannya yang
selalu bertengger di tangan kirinya kemana pun ia pergi.
Setelah beberapa kali mengitari
taman kompleks, Vano memutuskan untuk beristirahat di sebuah bangku di bawah
pohon yang sangat rindang. Perlahan vano mendengar sayup-sayup suara isakan tangis
seorang gadis kecil, lalu Vano mencari sumber dari suara itu. Vano
memberhentikan matanya yang mengitari sudut-sudut taman ini, mata Vano tertuju
ke pinnggir danau. Disana ada si peri cantik yang jatuh dari sepeda nya dan
sedang menangis meminta pertolongan. Si cantik ini jatuh karena ia menabrak
batu kecil.
“Hay cantik, kok kamu nangis? Oh
Tuhan, kenapa kaki kamu sama siku kamu ada darahnya? Sini ikut aku biar aku
obatin. Setidaknya biar luka kamu ga infeksi.” Ucap Vano dan hanya diberi
anggukan oleh si peri cantik tadi.
Vano memang suka mem bolang kan
diri sehingga ia tau mana tanaman yang bisa ia manfaatkan untuk P3K. Dengan
sigap Vano memetik tumbuhan yang ia cari di sekitar taman itu. setelah itu ia mencuci luka gadis itu dan menempelkan
daun tanaman tadi ke atas luka sang gadis cantik itu.
“aw.. perih.. pelan-pelan ya kak”
ucap gadis itu.
“iya peri cantik, ini udah
selesai” jawab Vano
Vano kemudian menggandeng tangan
gadis kecil itu ke jembatan di tepi danau dan mereka berdua duduk disana.
Mereka asik bermain air danau dengan kaki mereka.
“kamu suka sepedaan sama kakak
kamu ya? Lalu kakak kamu sekarang dimana?” tanya vano
“iya, kok kamu tau? Kakak aku
lagi ada acara di sekolah pagi ini.” jawab gadis itu
“setiap aku
jogging di taman ini, aku sering liat kamu sepedaan sama kakak kamu, eh iya aku
ngomong-ngomong nama kamu siapa? Nama aku Vano.” Ucap Vano sambil menjulurkan
tangannya.
“nama aku Chacha,
aku mau kamu jadi sahabatku, tapi apa kamu mau?” tanya Chacha yang tak lain
adalah peri cantik itu tadi.
“aku mau jadi
sahabat kamu dengan senang hati aku menerimanya. Aku janji aku akan menjadi
sahabat kamu. Apa kamu mau janji sama aku?” ucap Vano seraya menunjukkan jari
kelingkin kanannya.
“iya aku
sangat mau” ucap chacha sambil mengaitkan jari kelingking kanannya dengan jari
kelingking Vano.
“kamu bisa
Basket?” tanya Vano.
“Aku hanya
bisa sedikit karna aku baru saja kemarin diajari sama Bang Iel. Memangnya
kenapa?” tanya Chacha.
“aku mau
ngajak kamu main basket peri cantik, aku juga mau ngajarin kamu kalo kamu ga
keberatan. Hmmm,,, atau kalo kamu msih sakit kamu bisa duduk di rumah pohon
yang ada di samping lapangan basket.” Ucap Vano.
“wahh.. aku
mau aku mau. Bener disana ada rumah pohon? Wahhh... aku pingin kesana pangeran
tampan. Ayo kesana” ucap Chacha,
“ayoo peri
cantik” jawab Vano,
Mereka pun berjalan menuju
tempat yang di maksud oleh Vano. Disana terdapat lapangan basket dan sebuah
rumah pohon yang begitu asri di pandang mata. Vano mengajari Chacha bagaimana
bermain basket yang benar dan juga meng shoot bola ke ring agar bola itu masuk
ke ring dengan sempurna. Setelah beberapa waktu Vano mengajari Chacaha bermain
basket, mereka merasa lelah dan akhirnya mereka menuju ke rumah pohon yang
berada di samping lapangan basket itu. setelah beberapa waktu mereka istirahat,
akhirnya mereka memutuskan untuk pulang.
“gadis cantik, dimana rumah
kamu? Biar aku antar kamu pulang. Kelihatannya kaki kamu masih sakit untuk
mengayuh sepeda kamu.” Ucap Vano
“Rumah aku di kompleks ini,
lebih tepatnya rumah aku ada di Blok B nomor 7A. Aku bisa pulang sendiri kok
tanpa merepotkanmu lagi.” Jawab Chacha
“Blok B nomor 7A? Berarti kamu
tinggal di depan rumah aku persis. Karena rumah aku berada di Blok B nomor 7B
yang ada di depan rumah kamu persis. Kalau begitu ayo kita pulang bareng aja.
Bair aku yang nge boncengin kamu.” Kata Vano.
“baik lah kalau memang itu
kemauan kamu pangeran tampanku” jawab Chacha seraya tersinyum simpul menatap
wajah Vano yang ikut tersenyum.
Mereka pun pulang bersama.
Dimana disitu Vano memboncengkan Chacha menggunakan sepeda Chacha. Sesampainya
di depan rumah Chacha.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar