Sabtu, 22 November 2014

CERBUNG CRAGSISA LOVE AND LIFE PART 1

CARGSISA LOVE AND LIFE

CLL Part 1 (Pangeran Tampan dan Peri Cantik)

                Matahari pagi masih terlelap dalam tidurnya, ayampun masih enggan mengeluarkan suara emasnya, embun pagi masih menempel di atas lembaran dedaunan. Jam dering pun telah bertengger membangunkan sesosok gadis berdagu tirus yang memiliki rambut sedikit pirang. Gadis itu adalah seorang Alyssa Saufika Umari yang senang di panggil Chacha. Chacha memang seorang gadis yang sangat mandiri di pagi ini, namun sebenarnya ia adalah sesosok gadis yang sangatlah manja. Chacha terlahir di keluarga yang bisa dibilang sangat kaya, ia juga memiliki seorang kakak laki-laki yang sangat sayang kepadanya, kakak laki-lakinya itu adalah Gabriel Stevent Damanik yang senang dipanggil Bang Iel.
                Chacha dan Gabriel memiliki orang tua yang sangat sayang kepada mereka. Papa dan mamanya adalah pengusaha yang namanya telah dikenal se antero Asia – Eropa bahkan hingga ke berbagai penjuru negara lain di ini. Mereka adalah Tuan Hanafi Umar Damanik dan Nyonya Riana Umar Damanik. Tuan Hanafi Umar Damanik sering dipanggil dengan sebutan Mr. Naff yang merupakan seorang direktur utama di “Umari Corp”. Sedangkan mamanya, yaitu Miss Riana adalah seorang direktur utama di “Damanik Corp”, untuk memimpin Damanik Corp, Miss Riana masih di bantu oleh sang Ayah, yaitu Tuan Agung Sandu Damanik atau sering dipanggil Tuan Sam yang masih didampingi oleh sang istri, Nyonya Rossa Damanik.

---

                                Disudut lain di pagi itu, terdapat seorang anak laki-laki yang masih berkutat dengan mimpinya. , ia masih mencium erat guling yang kini berada dalam kehangatan dekapannya, dia terlihat sangat damai berada di dalam dunia mimpi nya, ia masih bersenandung ria di dalam alam tidurnya itu. Perlahan ia mulai membuka sedikit demi sedikit matanya dan ia mulai mengumpulkan nyawanya, setelah semua nyawa nya terkumpul maka ia segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas menuju kamar mandi nya dimana disana ia membersihkan wajah dan menggosok gigi. Setelah sekian waktu anak ini menghabiskan waktu di kamar mandi ia segera mengenakan seperangkat pakaian olahraga dan mengalungkan handuk kecil di lehernya dan segera beranjak keluar kamar dan menuju luar rumah lalu peprlahan berlari kecil-kecilan menuju taman kompleks untuk sekedar berjogging ria menikmati cuaca pagi ini. Ya, hobbinya adalah jogging dan setelah jogging ia sering meluangkan waktunya untuk bermain basket di lapangan basket yang sudah ada di lapangan kompleks perumahan elit itu.

Anak laki-laki ini terlahir di sebuah keluarga yang sangat menyayangi nya, ia terlahir di keluarga Halling yang tak lain adalah pemilik dari "Halling Corp". Ia dari kecil sudah dididik untuk menjadi laki-laki yang berfikiran dewasa. Ia harus pepduli dengan sesama dan mempunyai fikiran 10 tahun lebih dewasa dari usianya. Orang tuanya melakukan ini semua karena memang hanya ia lah satu-satunya pewaris tunggal Halling Corp. 

Di sela-sela jogging, Vano sering melihat sesosok gadis cantik berdagu tirus yang menggunakan sepeda lipat berwarna putih mengitari taman kompleks itu. Vano sering menyebutnya peri cantik. Peri cantik yang di maksud Vano itu sering mengikat rambutnya dan menggunakan topi putihnya. Ia juga menggunakan kaos olahraga tanpa lengan dan sepatu kets berwarna senada dengan topinya. Gadis itu sering bersepeda dengan seorang anak laki-laki  yang usia nya hampir sepadan dengan Vano, Dalam otak Vano berpikiran bahwa anak laki-laki itu adalah kakak dari gadis itu.

Vano mengitari taman kompleks ini namun ia belum juga melihat gadis yang biasa ia selidiki gerak geerik nya itu.
“ish.. pantas saja si peri cantik belum kelihatan, pagi ini aku bangun lebih pagi dan sekarang masih jam 5, biasanya kan dia mulai nongol jam setengah 6 Vano -_-. Oh Vano, kamu terlalu bersemangat untuk bertemu si peri cantik.” Ucap Vano lirih seraya melihat ke jam tangannya yang selalu bertengger di tangan kirinya kemana pun ia pergi.

Setelah beberapa kali mengitari taman kompleks, Vano memutuskan untuk beristirahat di sebuah bangku di bawah pohon yang sangat rindang. Perlahan vano mendengar sayup-sayup suara isakan tangis seorang gadis kecil, lalu Vano mencari sumber dari suara itu. Vano memberhentikan matanya yang mengitari sudut-sudut taman ini, mata Vano tertuju ke pinnggir danau. Disana ada si peri cantik yang jatuh dari sepeda nya dan sedang menangis meminta pertolongan. Si cantik ini jatuh karena ia menabrak batu kecil.

“Hay cantik, kok kamu nangis? Oh Tuhan, kenapa kaki kamu sama siku kamu ada darahnya? Sini ikut aku biar aku obatin. Setidaknya biar luka kamu ga infeksi.” Ucap Vano dan hanya diberi anggukan oleh si peri cantik tadi.

Vano memang suka mem bolang kan diri sehingga ia tau mana tanaman yang bisa ia manfaatkan untuk P3K. Dengan sigap Vano memetik tumbuhan yang ia cari di sekitar taman itu. setelah itu  ia mencuci luka gadis itu dan menempelkan daun tanaman tadi ke atas luka sang gadis cantik itu.

“aw.. perih.. pelan-pelan ya kak” ucap gadis itu.

“iya peri cantik, ini udah selesai” jawab Vano

Vano kemudian menggandeng tangan gadis kecil itu ke jembatan di tepi danau dan mereka berdua duduk disana. Mereka asik bermain air danau dengan kaki mereka.

“kamu suka sepedaan sama kakak kamu ya? Lalu kakak kamu sekarang dimana?” tanya vano
“iya, kok kamu tau? Kakak aku lagi ada acara di sekolah pagi ini.” jawab gadis itu

“setiap aku jogging di taman ini, aku sering liat kamu sepedaan sama kakak kamu, eh iya aku ngomong-ngomong nama kamu siapa? Nama aku Vano.” Ucap Vano sambil menjulurkan tangannya.

“nama aku Chacha, aku mau kamu jadi sahabatku, tapi apa kamu mau?” tanya Chacha yang tak lain adalah peri cantik itu tadi.

“aku mau jadi sahabat kamu dengan senang hati aku menerimanya. Aku janji aku akan menjadi sahabat kamu. Apa kamu mau janji sama aku?” ucap Vano seraya menunjukkan jari kelingkin kanannya.

“iya aku sangat mau” ucap chacha sambil mengaitkan jari kelingking kanannya dengan jari kelingking Vano.

“kamu bisa Basket?” tanya Vano.

“Aku hanya bisa sedikit karna aku baru saja kemarin diajari sama Bang Iel. Memangnya kenapa?” tanya Chacha.

“aku mau ngajak kamu main basket peri cantik, aku juga mau ngajarin kamu kalo kamu ga keberatan. Hmmm,,, atau kalo kamu msih sakit kamu bisa duduk di rumah pohon yang ada di samping lapangan basket.” Ucap Vano.

“wahh.. aku mau aku mau. Bener disana ada rumah pohon? Wahhh... aku pingin kesana pangeran tampan. Ayo kesana” ucap Chacha,

“ayoo peri cantik” jawab Vano,

Mereka pun berjalan menuju tempat yang di maksud oleh Vano. Disana terdapat lapangan basket dan sebuah rumah pohon yang begitu asri di pandang mata. Vano mengajari Chacha bagaimana bermain basket yang benar dan juga meng shoot bola ke ring agar bola itu masuk ke ring dengan sempurna. Setelah beberapa waktu Vano mengajari Chacaha bermain basket, mereka merasa lelah dan akhirnya mereka menuju ke rumah pohon yang berada di samping lapangan basket itu. setelah beberapa waktu mereka istirahat, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang.

“gadis cantik, dimana rumah kamu? Biar aku antar kamu pulang. Kelihatannya kaki kamu masih sakit untuk mengayuh sepeda kamu.” Ucap Vano

“Rumah aku di kompleks ini, lebih tepatnya rumah aku ada di Blok B nomor 7A. Aku bisa pulang sendiri kok tanpa merepotkanmu lagi.” Jawab Chacha

“Blok B nomor 7A? Berarti kamu tinggal di depan rumah aku persis. Karena rumah aku berada di Blok B nomor 7B yang ada di depan rumah kamu persis. Kalau begitu ayo kita pulang bareng aja. Bair aku yang nge boncengin kamu.” Kata Vano.

“baik lah kalau memang itu kemauan kamu pangeran tampanku” jawab Chacha seraya tersinyum simpul menatap wajah Vano yang ikut tersenyum.


Mereka pun pulang bersama. Dimana disitu Vano memboncengkan Chacha menggunakan sepeda Chacha. Sesampainya di depan rumah Chacha.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar