CRAGSISA LOVE AND
LIFE
Part 2 (Kepergiannya Bukan Akhir dari Segalanya)
Hingga
mereka tiba di depan rumah Chacha, merek melihat sebuah keributan dan
ketegangan di depan mobil yang sudah bertengger di depan teras. Chacha bingung
karena ia tak mengetahui kenapa tiba-tiba di depan rumahnya ada kejadian seperti
itu, apalagi saat ia melihat seorang paruh baya di gendong masuk ke dalam mobil
papanya. Segera Chacha masuk ke dalam rumahnya untuk menanyakan ada apa yang
terjadi. Sebelum Chacha masuk ke dalam rumah ia sempat berbincang kepada
pangeran tampannya, Vano.
“pangeran tampan boleh pulang dulu gapapa, Chacha mau masuk
dulu ya.” Ucap Chacha
“oke peri cantik pangeran tampan pulang dulu ya. Kalau putri
cantik mau maen, maen aja ke rumah pangeran tampan yaa.. dadahhh.” Jawab Vano
sambil melambaikan tangan dan meninggalkan Chacha di depan rumahnya.
Chacha
berlari menghampiri papanya yang telah bersiap masuk ke dalam mobilnya yang di
dalam ada mama nya yang tergeletak lemas di bangku belakang dan mang aki
(supir) di tempat duduk kemudi. Chacha segera memberhentikan papanya yang
hendak masuk ke dalam mobil dan berbincang-bincang sejenak.
“papa, mama kenapa? Mama kok tidur di dalam mobil? Papa mau
kemana?” tanya Chacha
“Chacha sayang, papa sama mama ada tugas di Singapura
sebentar. Chacha di rumah ya sama Bang Iel sebentar, di dalam sudah ada Bunda
Diana yang akan ngerawat dan nge jaga dedek Chacha sama Bang Iel selama papa
sama mama di Singapura. Jangan bandel dan jangan nakal ya sayang. Nanti sore
Tante Ahra mau ke sini sama Sivia. Jadi Chacha jangan sedih ya, habis ini
Chacha jemput bang Iel ke sekolah sama Bunda Diana ya. Janji Chacha ga akan
nakal kan?” ucap Mr. Naff seraya mencium kening anaknya.
“janji pa! Jagain Mama ya. Hati-hati di jalan pa.” jawab
Chacha sambil mencium pipi kanan kiri papa nya.
“siap tuan putri” jawab Mr. Naff
Perlahan
bayangan mobil yang di tumpangi oleh Papa dan Mama Chacha mulai menghilang.
Chacha memasuki rumahnya dan segera menemui Bunda Diana yang tak lain adalah
adik dari Mama Chacha. Bunda Diana sampai sekarang belum menikah karena ia
masih dalam proses penyelesaian program S3 nya di London, namun untuk menjaga
ke 2 ponakannya ini ia rela untuk tinggal di Indonesia untuk sementara waktu.
“Bundaaa?? Bunda Diana dimana?” tanya Chacha sambil
menelusuri di setiap sudut rumah yang megah bagaikan istana itu.
“DORRRRR!!! Bunda disini sayang” jawab Bunda Diana sambil
mengagetkan Chacha dari belakang dan mencium pipi Chacha lalu menggendong
Chacha.
“ah Bunda bisa aja buat Chacha kaget.” Ucap Chacha.
“ih Chacha bau, mandi dulu sana Cha. Habis itu kita jemput
Bang Iel yaa terus dandan yang cantik. Oke my princess?” suruh Bunda Diana.
“Oke my aunt!” jawan Chacha.
Setelah semuanya siap, Chacha dan
Bunda Diana segera menuju ke sekolah Kakak nya. Setelah melihat kakaknya
yang berada di teras sekolah, dengan segera Chacha berlari ke teras yang ada di
sekolah itu sambil memanggil kakaknya.
“Bang Iel...!!!” teriak Chacha
“Dedek Chacha!!!” jawab Bang Iel lalu memeluk Chacha.
“Bang Mama sama Papa ada tugas di Singapur, terus kita di
tinggal deh Bang.” Ucap Chacha sambil memasang wajah yang sedih.
“Udah dedek tenang aja kan disini ada bang Iel. Dedek jangan
sedih dong...!!” ucap Bang Iel
“Ayo Bang Pulang! Dedek punya kejutan buat abang di dalem
mobil.” Ucap Chacha.
Mereka
pun berlari menuju ke mobil. Ketika masuk ke dalam mobil, Bang Iel belum
menyadari kalau seseorang yang duduk di kemudi itu bukan supir biasanya. Hingga
seseorang itu mengeluarkan suaranya.
“Sudah siap pulang Jagoan Bunda?” tanya seseorang itu.
“bunda Dianaaaa!!!” teriak Bang Iel lalu memeluk Bunda Diana
dan langsung berpindah duduk di depan.
Mereka
semua asyik di dalam obrolan mereka hingga mereka tiba dirumah. Semuanya pun
turun dan langsung bermain dengan Bunda Diana. Bang Iel dan Chacha mulai
bermain dengan Bunda Diana hingga mereka terlelep saat malam. Bunda Diana
melihat kedua keponakannya tidur dengan tenang dan tenteram, meskipun
sebenarnya banyak beban yang mereka tidak mengetahuinya. Andaikan mereka
mengetahuinya, pasti mereka tidak akan sedamai ini.
---
Minggu
pagi, Bang Iel dan Chacha bersepeda mengitari taman kompleks yang biasa ia
jelajahi bersama. Kali ini mereka bersepeda bersama Bunda Diana juga. Di taman
kompleks Chacha bertemu dengan pangeran tampannya yang sedang berjogging ria.
“Pangeran Tampan!!!” teriak Chacha sehingga Vano pun menoleh
“Haii peri cantik! Halooo my broo!!” jawab Vano sambil ber
tos ria dengan Iel
“lho kok Bang Iel kenal sama Pangeran Tampan?” ucap Chacha
“o iya dek, jadi Vano ini teman sekolah kakak. Ternyata
dedek juga kenal sama Vano. Hehehehe” jawab bang Iel.
“oh gitu. Ya udah pangeran tampan ayo kita main ke rumah
pohon lagi mumpung ada Bang Iel sama Bunda Diana.” Ajak Chacha
“AYOO...!!!” seru semuanya
Bang
Iel, Vano dan chacha pun bermain basket. Sedangkan bunda Diana duduk diatas
rumah pohon sambil mengabadikan moment-moment kedua keponakannya bersama Vano.
Bunda Diana senang melihat kedua keponakannya bahagia.
---
Di
salah satu rumah sakit di Singapura, disana terdapat Mama Riana yang terbaring
lemah dengan berbagai peralatan medis yang menghiasi tubuhnya. Mama riana
tergeletak lemah disana. Begitu mirisnya nasib mama Riana yang harus menderita
penyakit Leukimia stadium akhir. Semua upaya sudah di lakukan oeh Mr. Naff,
namun semua hanya bergantung kepada Tuhan yang akan memberikan mukjizatnya
kepada istrinya atau tidak. Hingga akhirnya, setelah beberapa bulan melalui
masa kritisnya, kini Mis Riana telah membaik walaupun ia tak bisa berpaling
dari tempat tidurnya.
“Papa, Mama boleh minta satu permintaan terakhir?” ucap Mis
Riana.
“Apa Ma? Mama jangan bicara seperti itu. sampai kapan pun
Papa akan mengabulkan permintaan Mama.” Jawab Mr. Naff sambil menggenggam
tangan istrinya.
“Mama mau Bang Iel sama dedek Chacha di bawa kesini Pa, Mama
mohon pa.” Pinta Mis Riana.
“baiklah kalu iitu permintaan Mama, beberapa jam lagi Iel
dan Chacha akan sampai disini.” Jawab Mr. Naff meyakinkan istrinya.
Mis
Riana lalu memejamkan matanya kembali. Kondisinya kini semakin parah dan
semakin mengkhawatirkan. Beberapa jam kemudian, di ruang rawat Miss Riana sudah
ada Tuan Sam, Nyonya Rossa, Mr. Naff, Miss Diana, dan tentunya sudah ada Iel
dan Chacha disana. Iel dan Chacha hanya bisa diam dan memegang tangan Mamanya
karena ia tak tahu dan bingung kenapa mama nya seperti ini.
“Bang Iel sayang, mama pesan sama Bang Iel ya. Bang Iel harus bisa
jadi orang yang bermanfaat dan orang yang bijaksana untuk semua nya ya. Bang
Iel juga harus tekun dalam menuntut ilmu. Bang Iel harus menggapai cita-cita
Abang. Bang Iel juga harus jagain dan juga nglindungin dedek Chacha dari apapun. Buat Mama Bangga akan apa
yang dilakukan bang Iel ya Bang! Mama bangga punya anak laki-laki yang hebat
kaya Bang Iel.” Pesan mama untuk Bang Iel.
“Iya Ma, Iel janji Ma.” Jawab Iel sambil mencium punggung
tangan dan kening Mamanya.
“dedek Chacha, nurut kata-kata orang disekitar kamu ya nak!
Dedek Chacha harus jadi cewek tangguh dan ga boleh lemah. Dedek Chacha juga
harus bisa jadi pianis dan penyanyi yang hebat dan profesional yang jauh lebih
baik dari mama yang masih abal-abal ini. Dedek Chacha juga harus bisa gapai
semua cita-cita dedek Chacha ya! Dedek Chacha harus bisa buat Mama bangga.Oke?”
pinta Mis Riana.
“oke Ma! Dedek Chacha janji! Ini semua buat Mama Chacha!”
ucap Chacha sambil memeluk Mamanya.
“Ayah, maafkan Riana ya yah, Riana masih belum bisa menjadi
anak yang baik untuk Papa. Riana belum bisa memimpin Damanik Corp dengan baik
Pa. Tolong jaga cucu-cucu Papa ya Pa. Sekali lagi maafkan riana Pa, Riana
sayang Papa.” Ucap Miss Riana
“Iya Sayang tak apa-apa. Ayah bangga sama kamu nak!” jawab
Tuan Sam
“Bunda, Maafkan Riana selama ini Riana belum bisa menjadi
anak yang baik bagi Bunda. Riana masih tergolong belum bisa menghasilkan
apa-apa untuk membahagiakan Bunda. Jaga Iel sama Chacha ya Bun, Riana mohon.
Sekali lagi maafkan Riana ya Bun.” Pinta Mis Riana.
“iya sayang, Bunda sudah maafkan kamu sayang. Bunda janji
akan menjaga cucu-cucu Bunda.” Jawab Nyonya Rossa.
“Diana adikku, kakak mohon sama kamu, kamu harus maafkan
semua kesalahan kakak. Kamu harus segera menyelesaikan semua kuliah kamu. Kamu
harus bisa menjadi pemimpin Damanik Corp dengan baik. Kamu harus bisa membangun
sebuah perusahaan baru yang sejaya dengan Damanik Corp. Kamu juga harus jaga
keponakan-keponakan kamu, kalau mereka kangen sama kakak biar mereka peluk
kamu. Kakak mohon!” pinta Mis Riana
“Iya kak, Diana mau menuruti semua kemauan kakak. Diana
berjanji.” Balas Diana
“Papa, jaga kedua berlian kita. Jangan lupakan mereka,
walaupun Papa sangatlah sibuk Papa harus menjaga kedua berlian kita Pa. Papa
jangan lupa waktu, Papa harus jaga kesehatan Papa juga jangan hanya memikirkan
perusahaan Papa. Yakinlah Pa, saat Papa melihat kedua berlian kita disitulah
Papa melihat kedamaian. Didik mereka dengan baik Pa! Jaga mereka dengan baik!
Cinta sejati Mama hanya untuk Papa! Yakinlah bahwa yang meninggalkan Papa hanya
Raga Mama, tetapi jiwa mama selalu singgah dan menyatu di hati Papa!” ucap Miss
Riana
“Iya Ma, Papa janji. Takkan ada yang bisa menggantikan Mama
di hati Papa. Papa akan emnjaga ke dua berlian kita Ma, Papa janji!” janji Mr.
Naff.
“Semuanya, kini tugas Riana sudah selesai..” ucap Miss Riana
“Ri..a..n..a..maa...uuu..tii..duu..rrr..duu..lluu..jaa..ngan..ba...ngun..kan..ri..an..a..ya...ja..ngan..a..da...air..ma..ta..se..te..lah..ri..a..na..ti..dur...pan..jang...yaaa”
ucap Mis Riana Terbata-bata.
Tiba-tiba
Miss Riana terlelap dan alat pendeteksi denut jantung yang ada di samping Mis
Riana telah menunjukkan garis lurus. Semua yang ada di dalam ruangan itu
terisak penuh duka termasuk Chacha dan Iel yang mereka belum sepenuhnya
mengerti apa itu maksud meninggal. Namun mereka sudah paham jikalau Mamanya
telah pergi jauh meninggalkan mereka. Namun mereka yakin kalau Mamanya sedang
bangun dan akan menghampiri mereka suatu saat. Mereka yakin itu.
Kini
Tuan Sam dan Nyonya Riana telah kehilangan anak pertamanya yang sangat mereka
banggakan dan tentunya sangat mereka sayangi. Diana Damanik kini juga sudah
kehilangan sosok kakak perempuannya yang sangat ia banggakan dan merupakan
seorang yang selalu memotivasinya kini sudah tiada dan raganya jelah
meninggalkannya jauh ke alam sana. Mr.Naff kini kehilangan sesosok istri yang
sangat ia banggakan dan ia sayangi seutuhnya, sesosok istri yang selalu
mendampinginya walaupun sang istri sendiri sibuk dengan perusahaan nya tetapi
selalu ada dalam keadaan sesibuk apapun untuk dirinya. Dan begitu mirisnya,
Gabriel Stevent Damanik dan Alyssa Saufika Umari diusia yang masih belia harus
kehilangan Mamanya. Gabriel yang masih berusia 7 tahun dan Chacha yang masih
berusia 5 tahun harus bisa merelakan kepergian sang Mama. Benar-benar tragis
anak seusia mereka harus bisa merelakan akan kehilangan orang yang sangat berarti
untuk hidupnya. Namun pada kenyataannya, kehidupan masih harus berjalan
walaupun memang harus ada satu diantara mereka yang telah berpulang. Karena
dengan berjalannya waktu mereka memang akan berpulang ke dalam dekapan-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar