Sabtu, 22 November 2014

CERBUNG CRAGSISA LOVE AND LIFE PART 2

CRAGSISA LOVE AND LIFE

Part 2 (Kepergiannya Bukan Akhir dari Segalanya)

                Hingga mereka tiba di depan rumah Chacha, merek melihat sebuah keributan dan ketegangan di depan mobil yang sudah bertengger di depan teras. Chacha bingung karena ia tak mengetahui kenapa tiba-tiba di depan rumahnya ada kejadian seperti itu, apalagi saat ia melihat seorang paruh baya di gendong masuk ke dalam mobil papanya. Segera Chacha masuk ke dalam rumahnya untuk menanyakan ada apa yang terjadi. Sebelum Chacha masuk ke dalam rumah ia sempat berbincang kepada pangeran tampannya, Vano.

“pangeran tampan boleh pulang dulu gapapa, Chacha mau masuk dulu ya.” Ucap Chacha

“oke peri cantik pangeran tampan pulang dulu ya. Kalau putri cantik mau maen, maen aja ke rumah pangeran tampan yaa.. dadahhh.” Jawab Vano sambil melambaikan tangan dan meninggalkan Chacha di depan rumahnya.

                Chacha berlari menghampiri papanya yang telah bersiap masuk ke dalam mobilnya yang di dalam ada mama nya yang tergeletak lemas di bangku belakang dan mang aki (supir) di tempat duduk kemudi. Chacha segera memberhentikan papanya yang hendak masuk ke dalam mobil dan berbincang-bincang sejenak.

“papa, mama kenapa? Mama kok tidur di dalam mobil? Papa mau kemana?” tanya Chacha

“Chacha sayang, papa sama mama ada tugas di Singapura sebentar. Chacha di rumah ya sama Bang Iel sebentar, di dalam sudah ada Bunda Diana yang akan ngerawat dan nge jaga dedek Chacha sama Bang Iel selama papa sama mama di Singapura. Jangan bandel dan jangan nakal ya sayang. Nanti sore Tante Ahra mau ke sini sama Sivia. Jadi Chacha jangan sedih ya, habis ini Chacha jemput bang Iel ke sekolah sama Bunda Diana ya. Janji Chacha ga akan nakal kan?” ucap Mr. Naff seraya mencium kening anaknya.

“janji pa! Jagain Mama ya. Hati-hati di jalan pa.” jawab Chacha sambil mencium pipi kanan kiri papa nya.

“siap tuan putri” jawab Mr. Naff

                Perlahan bayangan mobil yang di tumpangi oleh Papa dan Mama Chacha mulai menghilang. Chacha memasuki rumahnya dan segera menemui Bunda Diana yang tak lain adalah adik dari Mama Chacha. Bunda Diana sampai sekarang belum menikah karena ia masih dalam proses penyelesaian program S3 nya di London, namun untuk menjaga ke 2 ponakannya ini ia rela untuk tinggal di Indonesia untuk sementara waktu.

“Bundaaa?? Bunda Diana dimana?” tanya Chacha sambil menelusuri di setiap sudut rumah yang megah bagaikan istana itu.

“DORRRRR!!! Bunda disini sayang” jawab Bunda Diana sambil mengagetkan Chacha dari belakang dan mencium pipi Chacha lalu menggendong Chacha.

“ah Bunda bisa aja buat Chacha kaget.” Ucap Chacha.

“ih Chacha bau, mandi dulu sana Cha. Habis itu kita jemput Bang Iel yaa terus dandan yang cantik. Oke my princess?” suruh Bunda Diana.

“Oke my aunt!” jawan Chacha.

Setelah semuanya siap, Chacha dan Bunda Diana segera menuju ke sekolah Kakak nya. Setelah melihat kakaknya yang berada di teras sekolah, dengan segera Chacha berlari ke teras yang ada di sekolah itu sambil memanggil kakaknya.

“Bang Iel...!!!” teriak Chacha

“Dedek Chacha!!!” jawab Bang Iel lalu memeluk Chacha.

“Bang Mama sama Papa ada tugas di Singapur, terus kita di tinggal deh Bang.” Ucap Chacha sambil memasang wajah yang sedih.

“Udah dedek tenang aja kan disini ada bang Iel. Dedek jangan sedih dong...!!” ucap Bang Iel

“Ayo Bang Pulang! Dedek punya kejutan buat abang di dalem mobil.” Ucap Chacha.

                Mereka pun berlari menuju ke mobil. Ketika masuk ke dalam mobil, Bang Iel belum menyadari kalau seseorang yang duduk di kemudi itu bukan supir biasanya. Hingga seseorang itu mengeluarkan suaranya.

“Sudah siap pulang Jagoan Bunda?” tanya seseorang itu.

“bunda Dianaaaa!!!” teriak Bang Iel lalu memeluk Bunda Diana dan langsung berpindah duduk di depan.

                Mereka semua asyik di dalam obrolan mereka hingga mereka tiba dirumah. Semuanya pun turun dan langsung bermain dengan Bunda Diana. Bang Iel dan Chacha mulai bermain dengan Bunda Diana hingga mereka terlelep saat malam. Bunda Diana melihat kedua keponakannya tidur dengan tenang dan tenteram, meskipun sebenarnya banyak beban yang mereka tidak mengetahuinya. Andaikan mereka mengetahuinya, pasti mereka tidak akan sedamai ini.

---

                Minggu pagi, Bang Iel dan Chacha bersepeda mengitari taman kompleks yang biasa ia jelajahi bersama. Kali ini mereka bersepeda bersama Bunda Diana juga. Di taman kompleks Chacha bertemu dengan pangeran tampannya yang sedang berjogging ria.

“Pangeran Tampan!!!” teriak Chacha sehingga Vano pun menoleh

“Haii peri cantik! Halooo my broo!!” jawab Vano sambil ber tos ria dengan Iel

“lho kok Bang Iel kenal sama Pangeran Tampan?” ucap Chacha

“o iya dek, jadi Vano ini teman sekolah kakak. Ternyata dedek juga kenal sama Vano. Hehehehe” jawab bang Iel.

“oh gitu. Ya udah pangeran tampan ayo kita main ke rumah pohon lagi mumpung ada Bang Iel sama Bunda Diana.” Ajak Chacha

“AYOO...!!!” seru semuanya

                Bang Iel, Vano dan chacha pun bermain basket. Sedangkan bunda Diana duduk diatas rumah pohon sambil mengabadikan moment-moment kedua keponakannya bersama Vano. Bunda Diana senang melihat kedua keponakannya bahagia.

---

                Di salah satu rumah sakit di Singapura, disana terdapat Mama Riana yang terbaring lemah dengan berbagai peralatan medis yang menghiasi tubuhnya. Mama riana tergeletak lemah disana. Begitu mirisnya nasib mama Riana yang harus menderita penyakit Leukimia stadium akhir. Semua upaya sudah di lakukan oeh Mr. Naff, namun semua hanya bergantung kepada Tuhan yang akan memberikan mukjizatnya kepada istrinya atau tidak. Hingga akhirnya, setelah beberapa bulan melalui masa kritisnya, kini Mis Riana telah membaik walaupun ia tak bisa berpaling dari tempat tidurnya.

“Papa, Mama boleh minta satu permintaan terakhir?” ucap Mis Riana.

“Apa Ma? Mama jangan bicara seperti itu. sampai kapan pun Papa akan mengabulkan permintaan Mama.” Jawab Mr. Naff sambil menggenggam tangan istrinya.

“Mama mau Bang Iel sama dedek Chacha di bawa kesini Pa, Mama mohon pa.” Pinta Mis Riana.

“baiklah kalu iitu permintaan Mama, beberapa jam lagi Iel dan Chacha akan sampai disini.” Jawab Mr. Naff meyakinkan istrinya.

                Mis Riana lalu memejamkan matanya kembali. Kondisinya kini semakin parah dan semakin mengkhawatirkan. Beberapa jam kemudian, di ruang rawat Miss Riana sudah ada Tuan Sam, Nyonya Rossa, Mr. Naff, Miss Diana, dan tentunya sudah ada Iel dan Chacha disana. Iel dan Chacha hanya bisa diam dan memegang tangan Mamanya karena ia tak tahu dan bingung kenapa mama nya seperti ini.

“Bang Iel sayang, mama pesan sama Bang Iel ya. Bang Iel harus bisa jadi orang yang bermanfaat dan orang yang bijaksana untuk semua nya ya. Bang Iel juga harus tekun dalam menuntut ilmu. Bang Iel harus menggapai cita-cita Abang. Bang Iel juga harus jagain dan juga nglindungin dedek Chacha dari apapun. Buat Mama Bangga akan apa yang dilakukan bang Iel ya Bang! Mama bangga punya anak laki-laki yang hebat kaya Bang Iel.” Pesan mama untuk Bang Iel.

“Iya Ma, Iel janji Ma.” Jawab Iel sambil mencium punggung tangan dan kening Mamanya.

“dedek Chacha, nurut kata-kata orang disekitar kamu ya nak! Dedek Chacha harus jadi cewek tangguh dan ga boleh lemah. Dedek Chacha juga harus bisa jadi pianis dan penyanyi yang hebat dan profesional yang jauh lebih baik dari mama yang masih abal-abal ini. Dedek Chacha juga harus bisa gapai semua cita-cita dedek Chacha ya! Dedek Chacha harus bisa buat Mama bangga.Oke?” pinta Mis Riana.

“oke Ma! Dedek Chacha janji! Ini semua buat Mama Chacha!” ucap Chacha sambil memeluk Mamanya.

“Ayah, maafkan Riana ya yah, Riana masih belum bisa menjadi anak yang baik untuk Papa. Riana belum bisa memimpin Damanik Corp dengan baik Pa. Tolong jaga cucu-cucu Papa ya Pa. Sekali lagi maafkan riana Pa, Riana sayang Papa.” Ucap Miss Riana

“Iya Sayang tak apa-apa. Ayah bangga sama kamu nak!” jawab Tuan Sam

“Bunda, Maafkan Riana selama ini Riana belum bisa menjadi anak yang baik bagi Bunda. Riana masih tergolong belum bisa menghasilkan apa-apa untuk membahagiakan Bunda. Jaga Iel sama Chacha ya Bun, Riana mohon. Sekali lagi maafkan Riana ya Bun.” Pinta Mis Riana.

“iya sayang, Bunda sudah maafkan kamu sayang. Bunda janji akan menjaga cucu-cucu Bunda.” Jawab Nyonya Rossa.

“Diana adikku, kakak mohon sama kamu, kamu harus maafkan semua kesalahan kakak. Kamu harus segera menyelesaikan semua kuliah kamu. Kamu harus bisa menjadi pemimpin Damanik Corp dengan baik. Kamu harus bisa membangun sebuah perusahaan baru yang sejaya dengan Damanik Corp. Kamu juga harus jaga keponakan-keponakan kamu, kalau mereka kangen sama kakak biar mereka peluk kamu. Kakak mohon!” pinta Mis Riana

“Iya kak, Diana mau menuruti semua kemauan kakak. Diana berjanji.” Balas Diana

“Papa, jaga kedua berlian kita. Jangan lupakan mereka, walaupun Papa sangatlah sibuk Papa harus menjaga kedua berlian kita Pa. Papa jangan lupa waktu, Papa harus jaga kesehatan Papa juga jangan hanya memikirkan perusahaan Papa. Yakinlah Pa, saat Papa melihat kedua berlian kita disitulah Papa melihat kedamaian. Didik mereka dengan baik Pa! Jaga mereka dengan baik! Cinta sejati Mama hanya untuk Papa! Yakinlah bahwa yang meninggalkan Papa hanya Raga Mama, tetapi jiwa mama selalu singgah dan menyatu di hati Papa!” ucap Miss Riana

“Iya Ma, Papa janji. Takkan ada yang bisa menggantikan Mama di hati Papa. Papa akan emnjaga ke dua berlian kita Ma, Papa janji!” janji Mr. Naff.

“Semuanya, kini tugas Riana sudah selesai..” ucap Miss Riana

“Ri..a..n..a..maa...uuu..tii..duu..rrr..duu..lluu..jaa..ngan..ba...ngun..kan..ri..an..a..ya...ja..ngan..a..da...air..ma..ta..se..te..lah..ri..a..na..ti..dur...pan..jang...yaaa” ucap Mis Riana Terbata-bata.

                Tiba-tiba Miss Riana terlelap dan alat pendeteksi denut jantung yang ada di samping Mis Riana telah menunjukkan garis lurus. Semua yang ada di dalam ruangan itu terisak penuh duka termasuk Chacha dan Iel yang mereka belum sepenuhnya mengerti apa itu maksud meninggal. Namun mereka sudah paham jikalau Mamanya telah pergi jauh meninggalkan mereka. Namun mereka yakin kalau Mamanya sedang bangun dan akan menghampiri mereka suatu saat. Mereka yakin itu.


                Kini Tuan Sam dan Nyonya Riana telah kehilangan anak pertamanya yang sangat mereka banggakan dan tentunya sangat mereka sayangi. Diana Damanik kini juga sudah kehilangan sosok kakak perempuannya yang sangat ia banggakan dan merupakan seorang yang selalu memotivasinya kini sudah tiada dan raganya jelah meninggalkannya jauh ke alam sana. Mr.Naff kini kehilangan sesosok istri yang sangat ia banggakan dan ia sayangi seutuhnya, sesosok istri yang selalu mendampinginya walaupun sang istri sendiri sibuk dengan perusahaan nya tetapi selalu ada dalam keadaan sesibuk apapun untuk dirinya. Dan begitu mirisnya, Gabriel Stevent Damanik dan Alyssa Saufika Umari diusia yang masih belia harus kehilangan Mamanya. Gabriel yang masih berusia 7 tahun dan Chacha yang masih berusia 5 tahun harus bisa merelakan kepergian sang Mama. Benar-benar tragis anak seusia mereka harus bisa merelakan akan kehilangan orang yang sangat berarti untuk hidupnya. Namun pada kenyataannya, kehidupan masih harus berjalan walaupun memang harus ada satu diantara mereka yang telah berpulang. Karena dengan berjalannya waktu mereka memang akan berpulang ke dalam dekapan-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar