CRAGSISA LOVE AND LIFE
Part 6 (Pemuda itu lagi?)
Matahari
mulai menampakkan sinarnya, burung pun terus berkicau menunjukkan kemerduannya.
Pagi itu, Gabriel telah bersiap diri untuk menyambut pagi hari nya. Gabriel
duduk di meja makan sendirian. Ia sudah terbiasa dengan hal ini semenjak sang adik
berpindah ke Australi. Namun tak mengapa untuk Gabriel. Suatu saat nanti, ah
lebih tepatnya sebentar lagi sang adik akan segera menemani hari-hari nya. Hari
ini adalah hari pertama ia masuk dan duduk di bangku kelas XI. Ia merasa kini
ia harus lebih tanggung jawab lagi.
Setelah
ia telah melahap beberapa lapis roti dan sudah ia rasa cukup untuk mengganjal
perutnya itu, ia segera menuju ke garasi nya dan ia memilih untuk mengenakan
motornya. Ia ingin pagi ini ia sambut menggunakan sepeda motor hitamnya itu. Perlahan
ia mengenakan helm fullface nya lalu ia menstater motornya dan mulai mengegas
dan akhirnya sampailah juga ia di sekolahnya. Di parkiran, ia ketemu sama Cakka
dan Alvin yang tak lain adalah sahibnya Gabriel.
“Gabriel mamen!” ucap Cakka dan Alvin sambil bertos-tos ria
dengan Gabriel.
“Hallo Bro!” jawab Gabriel sambil membalas tos dari Cakka
dan Alvin.
“Buruan bro masuk kelas gua mau ngopast PR lu broo!” ucap
Cakka sambil melirik ke arah Gabriel.
“Ah elu cak, bisanya Cuma main copast-copast doang. Dasar
Cakkue lu.” Jawab Gabriel.
“Hehehehe...” jawab Cakka sambil nyengir.
“Eh Bro, kapan Ify balik? Gue udah kangen ama dia.” Tanya
Alvin sambil merangkul pudak Gabriel.
“Rencana 3 bulan lagi bro! Berharap aja lebih cepat ya!”
jawab Gabriel dan hanya di beri anggukan oleh Alvin.
Mereka
berjalan melalui lorong-lorong sekolah sambil tersenyum kepada semua orang yang
berpapasan dengannya. Mereka adalah idola di sekolah ini. Saat mereka melintas
di sekolah pun mereka seperti dikagumi oleh beribu-ribu fans-fans nya, apalagi
saat mereka udah terjun ke lapangan basket, beuh.. udah berasa kaya di suatu
konser tertentu dengan membeli tiket yang harganya selangit.
Langkah mereka pun terhenti di
depan pintu sebuah kelas, mereka menatap sebuah papan kayu kecil yang
bertengger di sana, XI MIA 1 yang notabene adalah kelas yang berisi anak-anak
yang IQ nya melebihi batas normal, kelas yang berisi anak-anak yang luar biasa.
Guru-guru yang masuk ke ruang ini adalah guru-guru yang sudah di test tingkat
kesabarannya. Betapa tidak, saat guru-guru sedang menjelaskan panjang kali lebar
dengan penuh ocehan hanya dianggap sebagai angin lalu oleh orang-orang yang
menghuni ruangan ini. Namun ketika mereka melaksanakan ulhar ataupun ujian
akhir, hasilnya tak bisa di bandingkan dengan sikap mereka, hasilnya sangat dan
sangat luar biasa mengalahkan kemampuan bapak ibu guru disini.
Bel
telah berdering menandakan sudah saatnya KBM dimulai. Seperti biasa, kelas
Gabriel telah ramai melebihi ramainya pasar tradisional yang isinya ibu-ibu
yang sibuk menawar harga. Gabriel masih tetap stay dengan bola basket yang ia
mainkan di tangannya, Cakka masih asik dengan kacanya dan berfantasi di alam
ketampanannya, dan Alvin masih asik dengan Iphone nya. Tiba-tiba Mr. Jo masuk
ke kelas itu bersama seorang anak laki-laki yang tampak begitu memukau kaum
hawa yang ada di kelas ini.
“Good Morning students! How are you?” tanya Mr. Jo
“We are fine. And you Sir?” tanya anak-anak.
“I’m fine too, thankyou. Today, you have a new friend. Let’s
introduce your self!” jawab Mr. Jo
“My name is Mario Stevano Aditya Halling. You can call me
Rio. I come from Australia, but i can speak indonesia well. Thanks” perkenalan
Mario cukup jelas dan cukup padat.
“Rio, silahkan duduk di samping Gabriel.”
“Baik Pak.” Jawab Rio enteng.
Rio pun
melangkahkan kakinya langkah demi langkah hingga akhirnya ia sampai di tempat
duduk pojok paling belakang. Disana sudah ada Gabriel yang sejak tadi memang
sudah bertengger disana. Gabriel menyambut kedatangan Rio dengan seulas senyum
ikhlas nya.
“Ketemu lagi Bro!” sapa Gabriel ramah.
“Iya Bro, gue ga bakal ngira kalo kita bakal ketemu lagi
Bro!” jawab Rio.
Alvin
dan Cakka hanya bisa menatap Rio dan Gabriel dengan tatapan melongo. Mereka pun
bingung kenapa mereka bisa seakrab itu, seperti yang mereka ketahui kalau
Gabriel itu ya akrabnya cuma sama mereka aja dari jaman TK sampai sekarang. Ya
walaupun Alvin dan Cakka merasa Rio ini sedikit mirip dengan teman SD nya,
Vano. Dulu Vano memang satu SD dengan Alvin, Gabriel, dan Cakka, tapi Vano ada
di kelas A dan mereka bertiga ada di kelas B.
“Eh iya bro sorry, gue ngacangin loe berdua. Ya udah deh gue
kenalin nama dia Rio.” Ucap Gabriel.
“Gue Alvin.” Jawab alvin sambil berjabat tangan dengan Rio.
“Gue Cakka Kawekas Nuraga yang pesona dan ketampanannya tiada
tara.” Ucap Cakka dengan PD nya dan mendapat jitakan di pelipis kanan dan
kirinya dari Alvin dan Gabriel.
“Gue Rio, gue seneng deh bakal punya temen kaya loe-loe
pada.” Jawab Rio.
“Eh iya bro, kok loe udah kenal sama Rio aja? Ah si Gabriel
kagak asyik dia punya temen kagak mau ngenalin temennya ke kita-kita. Iya kagak
cak?”. Ucap Alvin
“Yoi loe bener bro!. Tapi tuh ya sebener-bener nya loe
ngucap kaya begituan, pesona dan ketampanan loe itu masih belum ada apa-apanya sama Tuan Cakka Kawekas Nuraga yang pesona dan ketampanannya tiada tara bro!.” Jawab
Cakka panjang lebar padahal kagak ada nyambungnya sama sekali.
“KAGAK ADA HUBUNGANNYA CAKKUE!!!”. Jawab Gabriel dan alvin
serta diikuti oleh Rio, tak lupa Cakka pun mendapat jitakan di kepalanya dari
ketiga temennya itu.
“Hehehehehe...” jawab Cakka.
Akhirnya,
Gabriel menceritakan semuanya kepada Alvin dan juga Cakka bagaimana sebenarnya
kenapa mereka bisa seakrab tadi. Mereka berempat pun akhrinya memutuskan untuk
melupakan Mr. Jo yang sedang menjelaskan di depan. Mereka berempat pun langsung
akrab seperti sudah kenal lama dan sedang melakukan reunian.
“Eh, gue punya ide nih guys.” Ucap Rio seketika.
“Apa?” tanya Gabriel, Alvin dan Cakka.
“Kan kita berempat nih guys, nama depan gue pake R, nama denpan
Gabriel kan G, nama depan Alvin kan pake A, dan nama Cakka kan depannya pake C tuh. Gue ada ide
gimana kalo kita sebut diri kita itu “CRAG” guys? Biar keren gitu.” Jawab Rio.
“Oke gue setuju tuh apa yang loe kata yo, bener banget tuh
kdaripada kita harus nyebut nama satu-satu kan kelamaan kalo pas lagi di via
chat atau apa.” Jawab Garbiel.
“Gue juga setuju!” tambah Alvin
“Gue setuju-setuju aja sih, tapi perlu kalian ketahui ya
kalo dari CRAG itu yang paling ganteng dan paling cool itu ya Tuan Cakka Kwekas
Nuraga yang pesona dan ketampanannya tiada tara! Oke?” jawab Cakka.
“Ah elu dasar Cakkue bisanya Cuma numpang eksis doang. Dasar
Cakkue.” Jawab Alvin.
“Ah daripada elu kodok sipit.”
“Elu Cakkue!”
“Elu Cina gendeng!”
“Elu Cicak keinjek!”
“Gue ganteng!”
“Gue cakep!”
“Gue cool!”
“Gue keren!”
Gabriel
dan Rio yang hanya melongo melihat mereka berantem. Rio dan Gabriel hanya
memangku wajahnya dengan kedua tangannya kaya chibi-chibi di atas meja sambil
membuka mulut mereka membuat huruf O. Tak disadari oleh Cakka dan Alvin yang
sedang asik beradu argumen kalau baru saja bel istirahat telah berdering. Baru
mereka sadari kalau Rio dan Gabriel telah beranjak dari tempat duduknya dan
sekarang mereka sampai di ambang pintu. Ya mereka pasti menuju ke kantin
sekolah saat istirahat seperti ini.
“Ah elu si Kodok gara-gara elu kita ditinggal sama Rio
Gabriel.” Omel Cakka.
“Ah dasar lu Cakkue!” jawab Alvin.
Akhirnya
dengan deru langkah yang begitu cepat, mereka bisa menyamai langkah Gabriel dan
Rio. Semua pasang mata yang berada di sepanjang lorong sekolah hanya bisa
melongo terkagum-kagum saat rombongan CRAG melewati mereka. Hingga tibalah
mereka di kantin yang saat itu sangatlah penuh. Mereka bingung mau duduk
dimana. Gabriel mencoba untuk menelusuri seluk beluk keramaian itu, hingga
akhirnya mata Gabriel berhenti saat ia melihat dua sosok gadis yang ada disana.
Gabriel segera mendekati 2 gadis itu dan hanya di buntuti oleh Rio, Cakka, dan
Gabriel.
“Haii Agni, Sivia, kakak sama temen-temen kakak boleh duduk
gabung kalian?” tanya Gabriel.
Sivia
yang mengetahui kalau disitu ada Alvin ia hanya bisa diam saja sesekali dan
bahkan sangat sering ia memilih untuk menunduk.
“Boleh kok kak,
dengan senang hati kak.” Jawab Agni ramah.
“Agni, gue masih cakep kan? Masih kaya pangeran kan? Dan
tentunya, pesona dan ketampanan gue yang tiada tara itu belum luntur sedikitpun
kan?” tanya Cakka panjang lebar.
“Serah lu mau ngomong apa kak!” jawab Agni singkat.
“Biarkan anjing menggonggong, iya ga Ag?” tanya Alvin.
“Yoi bener kak. Setuju banget gue ama lu kak!” jawab Agni.
Cakka
hanya bisa mendengus kesal dan memberi pelototan matanya kearah Agni dan Alvin.
Tapi Alvin dan Agni hanya bisa menjulurkan lidah mereka panjang-panjang ke arah
Cakka.
“Eh iya Ag, Vi, kenalin dia ini namanya Rio dia pindahan
dari australia. Kenalin yo,ini Via sama Agni. Mereka udah kita anggep kaya adik
kita sendiri.” Ucap Gabriel.
“Gue Rio.” Ucap Rio sambil menjulrukan tangannya.
“Agni.”
“Sivia.”
Semua
masih pada sibuk dengan makanannya. Cakka masih asik menyantap mie ayam
pesanannya sambil berkaca-kaca ria. Sivia pun masih nerves akan keberadaan
Alvin disini. Ia sesekali melirik ke arah Alvin, dan tak jarang mata mereka
bertemu dan Sivia pun langsung menunduk. Untuk menutupi ke nervesannya, Sivia
mencoba untuk mengeluarkan suaranya.
“Kak, kapan Ify pulang ke Indo? Sivia udah kangen banget
sama Ify kak.”
“kemungkinan sebentar lagi Vi, sabar aja. Walaupun kini Ify
udah membaik tapi kan masih perlu proses rehabilitasi. Karena kan alasan
kesadaran Ify juga masih di pertanyakan kenapa tiba-tiba kaya gitu.” Jawab
gabriel.
“Oh ya ya..” jawab Sivia.
Bel masuk
pun berdering, akhirnya mereka kembali ke habitatnya masing-masing setelah
menghabiskan makanan pesanan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar