Kamis, 27 November 2014

CERBUNG CRAGSISA LOVE AND LIFE PART 6

CRAGSISA LOVE AND LIFE

Part 6 (Pemuda itu lagi?)

                Matahari mulai menampakkan sinarnya, burung pun terus berkicau menunjukkan kemerduannya. Pagi itu, Gabriel telah bersiap diri untuk menyambut pagi hari nya. Gabriel duduk di meja makan sendirian. Ia sudah terbiasa dengan hal ini semenjak sang adik berpindah ke Australi. Namun tak mengapa untuk Gabriel. Suatu saat nanti, ah lebih tepatnya sebentar lagi sang adik akan segera menemani hari-hari nya. Hari ini adalah hari pertama ia masuk dan duduk di bangku kelas XI. Ia merasa kini ia harus lebih tanggung jawab lagi.

                Setelah ia telah melahap beberapa lapis roti dan sudah ia rasa cukup untuk mengganjal perutnya itu, ia segera menuju ke garasi nya dan ia memilih untuk mengenakan motornya. Ia ingin pagi ini ia sambut menggunakan sepeda motor hitamnya itu. Perlahan ia mengenakan helm fullface nya lalu ia menstater motornya dan mulai mengegas dan akhirnya sampailah juga ia di sekolahnya. Di parkiran, ia ketemu sama Cakka dan Alvin yang tak lain adalah sahibnya Gabriel.

“Gabriel mamen!” ucap Cakka dan Alvin sambil bertos-tos ria dengan Gabriel.

“Hallo Bro!” jawab Gabriel sambil membalas tos dari Cakka dan Alvin.

“Buruan bro masuk kelas gua mau ngopast PR lu broo!” ucap Cakka sambil melirik ke arah Gabriel.

“Ah elu cak, bisanya Cuma main copast-copast doang. Dasar Cakkue lu.” Jawab Gabriel.

“Hehehehe...” jawab Cakka sambil nyengir.

“Eh Bro, kapan Ify balik? Gue udah kangen ama dia.” Tanya Alvin sambil merangkul pudak Gabriel.

“Rencana 3 bulan lagi bro! Berharap aja lebih cepat ya!” jawab Gabriel dan hanya di beri anggukan oleh Alvin.

                Mereka berjalan melalui lorong-lorong sekolah sambil tersenyum kepada semua orang yang berpapasan dengannya. Mereka adalah idola di sekolah ini. Saat mereka melintas di sekolah pun mereka seperti dikagumi oleh beribu-ribu fans-fans nya, apalagi saat mereka udah terjun ke lapangan basket, beuh.. udah berasa kaya di suatu konser tertentu dengan membeli tiket yang harganya selangit.

Langkah mereka pun terhenti di depan pintu sebuah kelas, mereka menatap sebuah papan kayu kecil yang bertengger di sana, XI MIA 1 yang notabene adalah kelas yang berisi anak-anak yang IQ nya melebihi batas normal, kelas yang berisi anak-anak yang luar biasa. Guru-guru yang masuk ke ruang ini adalah guru-guru yang sudah di test tingkat kesabarannya. Betapa tidak, saat guru-guru sedang menjelaskan panjang kali lebar dengan penuh ocehan hanya dianggap sebagai angin lalu oleh orang-orang yang menghuni ruangan ini. Namun ketika mereka melaksanakan ulhar ataupun ujian akhir, hasilnya tak bisa di bandingkan dengan sikap mereka, hasilnya sangat dan sangat luar biasa mengalahkan kemampuan bapak ibu guru disini.

                Bel telah berdering menandakan sudah saatnya KBM dimulai. Seperti biasa, kelas Gabriel telah ramai melebihi ramainya pasar tradisional yang isinya ibu-ibu yang sibuk menawar harga. Gabriel masih tetap stay dengan bola basket yang ia mainkan di tangannya, Cakka masih asik dengan kacanya dan berfantasi di alam ketampanannya, dan Alvin masih asik dengan Iphone nya. Tiba-tiba Mr. Jo masuk ke kelas itu bersama seorang anak laki-laki yang tampak begitu memukau kaum hawa yang ada di kelas ini.

“Good Morning students! How are you?” tanya Mr. Jo

“We are fine. And you Sir?” tanya anak-anak.

“I’m fine too, thankyou. Today, you have a new friend. Let’s introduce your self!” jawab Mr. Jo

“My name is Mario Stevano Aditya Halling. You can call me Rio. I come from Australia, but i can speak indonesia well. Thanks” perkenalan Mario cukup jelas dan cukup padat.

“Rio, silahkan duduk di samping Gabriel.”

“Baik Pak.” Jawab Rio enteng.

                Rio pun melangkahkan kakinya langkah demi langkah hingga akhirnya ia sampai di tempat duduk pojok paling belakang. Disana sudah ada Gabriel yang sejak tadi memang sudah bertengger disana. Gabriel menyambut kedatangan Rio dengan seulas senyum ikhlas nya.

“Ketemu lagi Bro!” sapa Gabriel ramah.

“Iya Bro, gue ga bakal ngira kalo kita bakal ketemu lagi Bro!” jawab Rio.

                Alvin dan Cakka hanya bisa menatap Rio dan Gabriel dengan tatapan melongo. Mereka pun bingung kenapa mereka bisa seakrab itu, seperti yang mereka ketahui kalau Gabriel itu ya akrabnya cuma sama mereka aja dari jaman TK sampai sekarang. Ya walaupun Alvin dan Cakka merasa Rio ini sedikit mirip dengan teman SD nya, Vano. Dulu Vano memang satu SD dengan Alvin, Gabriel, dan Cakka, tapi Vano ada di kelas A dan mereka bertiga ada di kelas B.

“Eh iya bro sorry, gue ngacangin loe berdua. Ya udah deh gue kenalin nama dia Rio.” Ucap Gabriel.

“Gue Alvin.” Jawab alvin sambil berjabat tangan dengan Rio.

“Gue Cakka Kawekas Nuraga yang pesona dan ketampanannya tiada tara.” Ucap Cakka dengan PD nya dan mendapat jitakan di pelipis kanan dan kirinya dari Alvin dan Gabriel.

“Gue Rio, gue seneng deh bakal punya temen kaya loe-loe pada.” Jawab Rio.

“Eh iya bro, kok loe udah kenal sama Rio aja? Ah si Gabriel kagak asyik dia punya temen kagak mau ngenalin temennya ke kita-kita. Iya kagak cak?”. Ucap Alvin

“Yoi loe bener bro!. Tapi tuh ya sebener-bener nya loe ngucap kaya begituan, pesona dan ketampanan loe itu masih belum ada apa-apanya sama Tuan Cakka Kawekas Nuraga yang pesona dan ketampanannya tiada tara bro!.” Jawab Cakka panjang lebar padahal kagak ada nyambungnya sama sekali.

“KAGAK ADA HUBUNGANNYA CAKKUE!!!”. Jawab Gabriel dan alvin serta diikuti oleh Rio, tak lupa Cakka pun mendapat jitakan di kepalanya dari ketiga temennya itu.

“Hehehehehe...” jawab Cakka.

                Akhirnya, Gabriel menceritakan semuanya kepada Alvin dan juga Cakka bagaimana sebenarnya kenapa mereka bisa seakrab tadi. Mereka berempat pun akhrinya memutuskan untuk melupakan Mr. Jo yang sedang menjelaskan di depan. Mereka berempat pun langsung akrab seperti sudah kenal lama dan sedang melakukan reunian.

“Eh, gue punya ide nih guys.” Ucap Rio seketika.

“Apa?” tanya Gabriel, Alvin dan Cakka.

“Kan kita berempat nih guys, nama depan gue pake R, nama denpan Gabriel kan G, nama depan Alvin kan pake A, dan nama  Cakka kan depannya pake C tuh. Gue ada ide gimana kalo kita sebut diri kita itu “CRAG” guys? Biar keren gitu.” Jawab Rio.

“Oke gue setuju tuh apa yang loe kata yo, bener banget tuh kdaripada kita harus nyebut nama satu-satu kan kelamaan kalo pas lagi di via chat atau apa.” Jawab Garbiel.

“Gue juga setuju!” tambah Alvin

“Gue setuju-setuju aja sih, tapi perlu kalian ketahui ya kalo dari CRAG itu yang paling ganteng dan paling cool itu ya Tuan Cakka Kwekas Nuraga yang pesona dan ketampanannya tiada tara! Oke?” jawab Cakka.

“Ah elu dasar Cakkue bisanya Cuma numpang eksis doang. Dasar Cakkue.” Jawab Alvin.

“Ah daripada elu kodok sipit.”

“Elu Cakkue!”

“Elu Cina gendeng!”

“Elu Cicak keinjek!”

“Gue ganteng!”

“Gue cakep!”

“Gue cool!”

“Gue keren!”

                Gabriel dan Rio yang hanya melongo melihat mereka berantem. Rio dan Gabriel hanya memangku wajahnya dengan kedua tangannya kaya chibi-chibi di atas meja sambil membuka mulut mereka membuat huruf O. Tak disadari oleh Cakka dan Alvin yang sedang asik beradu argumen kalau baru saja bel istirahat telah berdering. Baru mereka sadari kalau Rio dan Gabriel telah beranjak dari tempat duduknya dan sekarang mereka sampai di ambang pintu. Ya mereka pasti menuju ke kantin sekolah saat istirahat seperti ini.

“Ah elu si Kodok gara-gara elu kita ditinggal sama Rio Gabriel.” Omel Cakka.

“Ah dasar lu Cakkue!” jawab Alvin.

                Akhirnya dengan deru langkah yang begitu cepat, mereka bisa menyamai langkah Gabriel dan Rio. Semua pasang mata yang berada di sepanjang lorong sekolah hanya bisa melongo terkagum-kagum saat rombongan CRAG melewati mereka. Hingga tibalah mereka di kantin yang saat itu sangatlah penuh. Mereka bingung mau duduk dimana. Gabriel mencoba untuk menelusuri seluk beluk keramaian itu, hingga akhirnya mata Gabriel berhenti saat ia melihat dua sosok gadis yang ada disana. Gabriel segera mendekati 2 gadis itu dan hanya di buntuti oleh Rio, Cakka, dan Gabriel.

“Haii Agni, Sivia, kakak sama temen-temen kakak boleh duduk gabung kalian?” tanya Gabriel.

                Sivia yang mengetahui kalau disitu ada Alvin ia hanya bisa diam saja sesekali dan bahkan sangat sering ia memilih untuk menunduk.

“Boleh kok  kak, dengan senang hati kak.” Jawab Agni ramah.

“Agni, gue masih cakep kan? Masih kaya pangeran kan? Dan tentunya, pesona dan ketampanan gue yang tiada tara itu belum luntur sedikitpun kan?” tanya Cakka panjang lebar.

“Serah lu mau ngomong apa kak!” jawab Agni singkat.

“Biarkan anjing menggonggong, iya ga Ag?” tanya Alvin.

“Yoi bener kak. Setuju banget gue ama lu kak!” jawab Agni.

                Cakka hanya bisa mendengus kesal dan memberi pelototan matanya kearah Agni dan Alvin. Tapi Alvin dan Agni hanya bisa menjulurkan lidah mereka panjang-panjang ke arah Cakka.

“Eh iya Ag, Vi, kenalin dia ini namanya Rio dia pindahan dari australia. Kenalin yo,ini Via sama Agni. Mereka udah kita anggep kaya adik kita sendiri.” Ucap Gabriel.

“Gue Rio.” Ucap Rio sambil menjulrukan tangannya.

“Agni.”

“Sivia.”

                Semua masih pada sibuk dengan makanannya. Cakka masih asik menyantap mie ayam pesanannya sambil berkaca-kaca ria. Sivia pun masih nerves akan keberadaan Alvin disini. Ia sesekali melirik ke arah Alvin, dan tak jarang mata mereka bertemu dan Sivia pun langsung menunduk. Untuk menutupi ke nervesannya, Sivia mencoba untuk mengeluarkan suaranya.

“Kak, kapan Ify pulang ke Indo? Sivia udah kangen banget sama Ify kak.”

“kemungkinan sebentar lagi Vi, sabar aja. Walaupun kini Ify udah membaik tapi kan masih perlu proses rehabilitasi. Karena kan alasan kesadaran Ify juga masih di pertanyakan kenapa tiba-tiba kaya gitu.” Jawab gabriel.

“Oh ya ya..” jawab Sivia.


                Bel masuk pun berdering, akhirnya mereka kembali ke habitatnya masing-masing setelah menghabiskan makanan pesanan mereka. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar