Kamis, 27 November 2014

CERBUNG CRAGSISA LOVE AND LIFE PART 4

CRAGSISA LOVE AND LIFE

Part 4 (Masih Adakah Kehidupan?)

                Keadaan Chacha setelah beberapa waktu dirawat di Australia belum ada perubahan apapun bahkan malah keadaannya semakin hari semakin runyam dan semakin memburuk. Peralatan medis yang terpasang di tubuhnya semakin hari semakin banyak agar nyawanya masih dipertahankan. Keadaannya kini sungguh mengenaskan, benar-benar seperti mayat yang masih diharapkan untuk hidup kembali. Namun usaha Mr. Naff masih tetap berlanjut untuk mempertahankan sang anak dan menyelamatkan nyawanya. Ini semua ia lakukan demi kesejahteraan dan menepati janji nya terhadap mendiang sang istri, ia ingin sang istri tenang di alam istri. Namun dengan kesibukannya, ia tak jarang meminta tolong Nyonya Rossa untuk menggantikan posisinya menjaga sang anak. Semua begitu mengharapkan Chacha menunjukkan sebuah perubahannya untuk melegakan hati mereka semua, mereka sanat mengharapkan hal itu bisa terjadi.

                Disni Chacha memiliki sahabat yang sangat setia menyambanginya setiap hari, dialah Ashilla atau Shilla yang setia kepada Chacha. Shilla adalah anak dari dokter Atma yang sangat menyayangi Chacha. Shilla memilih ikut tinggal bersama Papa nya di Australia dan harus meninggalkan Mamanya yang ada di Paris. Shilla memilih tinggal di Australia karena ia tahu sahabatnya sedang berada di dalam batas alam akhirat dan alam dunia. Seperti anggota keluarga Chacha yang lain, Shilla sangat berharap sekali kalau Chacha bisa bangkit lagi.

                Shilla adalah sahabat dari Chacha, ia sangat dekat dengan Chacha walaupun ia sangat jarang sekali bertemu dengan Chacha tetapi komunikasi mereka terjalin sangat baik. Setiap hari pasti mereka berkomunikasi. Sering melalui via telpon, skype, chat, dan lain-lain. Ketika mama Chacha pergi untuk selamanya pun Shilla juga merasakan kesedihan yang amat dalam. Ia benar-benar merasakan kehilangan seorang Ibu.

“Oma... Chacha hari ini ada tanda-tanda apa Oma? Shilla kangen Chacha Oma” tanya Shilla.

“Shilla yang sabar ya sayang, Oma juga kangen sama Chacha, tapi hari ini Chacha masih seperti hari kemarin, Chacha belum menunjukkan apa-apa. Chacha masih ingin bertahan di singgasana nya, tunggu beberapa waktu ya sayang, pasti Chacha mau kembali lagi.” Jawab Oma Rossa.

“Iya Oma. Udah Oma jangan sedih ya..” ucap Shilla sambil mengusap air mata Oma Rossa yang tersenyum dan mengangguk dan memeluk Shilla.

                Entah apa yang dipikirkan oleh gadis yang saat ini sedang terbaring lemah di tempat tidur itu. Entah apa yang membuat gadis kecil ini betah berada di singgasana nya saat ini, aahh tidak! Tidak seperti yang kalian pikirkan! Gadis ini tak betah berada di singgasananya saat ini, ia ingin segera kembali ke singgasananya yang dulu dan bertemu dengan pangeran tampannya. Ia mencoba untuk terus mencari jalan keluar dan kembali ke asal nya dulu, namun semakin ia menemukan jalan itu dan hendak berjalan mengarah kesana, tubuhnya terasa lemah tak berdaya. Semakin ia mencoba untuk mencari bergerak mendekati jalan kecil itu, tubuhnya semakin lunglai dan jauh dari jalan itu, entah mengapa. Hingga akhirnya ia menemukan sesosok yang bercahaya yang membawanya ke tempat yang serba putih. Disana Chacha berada di tempat yang sangat putih, ia mengenakan dress warna putih dan juga rambutnya terurai begitu saja.

“Tunjukkan lah wahai kau sosok itu, sekarang aku berada dimana? Dimana kakakku? Dimana Papa ku? Dimana keluargaku? Dimana sahabat-sahabatku? Dan dimana pangeran tampanku berada? Tunjukkanlah mereka berada dimana, aku mohon.” Ucap Chacha penuh harap.

“kamu berada di antara alam akhirat dan alam dunia nak. Semua orang yang kau cari sekarang berada di alam dunia nak.” Jawab sesosok malaikat itu.

“Aku mohon, bawa aku kesana. Aku ingin bertemu mereka, aku mohon, aku sangat merindukan mereka.” Mohon Chacha

“Tunggu sampai seseorang datang untuk menyadarkanmu nak, dia akan menyalurkan kekuatannya untuk kamu. Jangan kau cari dan kau telusuri jalan kecil yang sering menghantuimu itu nak. Kau hanya membutuhkan waktu sedikit lagi untuk bertemu dengan seseorang itu nak. Kau hanya menyalurkan radar mu kepadanya agar ia segera datang kesini dan memberikan first kiss mu dan first kiss nya. Karena radar cinta yang dapat menyembuhkanmu itu hanya dapat di salurkan melalui first kiss kalian.” Jawab sang malaikat meyakinkan gadis itu.

“Beri tahu aku siapa dia! Siapa dia? Aku akan menyalurkan radar ku agar ia segera kesini sehingga aku bisa kembali ke alam ku sesungguhnya. Aku mohon, beritahu aku dan bantu aku. Aku mohon...” mohon Chacha kepada sang malaikat.

“Aku akan memberi tahumu siapa dia dan aku juga akan membantu mu. Dia adalah pangeran tampan mu, kuatkan radarmu agar kamu dapat menemukan radarnya juga. Itu lah kekuatan yang paling ampuh untuk segera bertemu dengannya. Perlu kamu ketahui nak, dia lah jodohmu! Jangan kau sia-siakan dia! Jadilah dia menjadi pendamping hidupmu! Percayalah...” jawab sang malaikat

“Baiklah, terimakasih atas bantuanmu ini. Aku sangat percaya aku bisa menemukan radarnya dan membawanya kesini untuk mengembalikan ku ke alam dunia yang sesungguhnya. Aku yakin itu aku yakin!!” yakin si gadis kecil itu.
             
                Perlahan tapi pasti, bayangan malaikat tadi itu perlahan mulai menghilang. Bayangan nya semakin lama semakin pudar di pelupuk mata gadis itu. Dalam hatinya sedang mengedarkan radarnya mencari radar pangeran tampannya, Vano. Ia ingin sekali pangeran tampannya itu berada disampingnya dan membantu nya saat ini. Ia sangat berharap.

---

                Di sudut lain, anak laki-laki itu masih terbaring lemah di tempat tidurnya, walaupun ia kini sudah bisa membuka matanya, namun mulutnya masih terkunci dengan sangat rapat. Orang tuanya pun merasa lega dengan kemajuan yang telah diberikan oleh Vano, walaupun memang Vano belum sembuh total. Perlahan dan perlahan Vano terus mencoba untuk mengeluarkan sedikit demi sedikit suaranya. Ingatannya pun tak sedikit yang hilang, lumayan banyak yang hilang. Namun dengan sangat jelas, ia dapat mengingat semua kejadian-kejadiannya bersama sang putri cantiknya. Namun sangatlah naas, Vano tak mengingat wajah putri cantiknya itu. ia benar-benar telah lupa dengan wajah putri cantiknya itu. Namun Vano terus mengingat, mengingat dan mengingat. Semakin Vano mencoba mengingat, semakin kondisinya terpuruk dan semakin sakit yang ia rasakan.

                Feeling Vano sangat kuat, ia ingin mengunjungi sebuah negara yang berada di belahan bumi selatan. Ya benar, ia ingin mengunujungi negara kanguru, Australia. Entah mengapa feelingnya berkata ia harus pergi ke negara itu secepatnya. Ia ingin segera beranjak dari sini dan ingin terbang ke negri itu. kini Vano sudah mulai bisa mengeluarkan suaranya, walaupun ia belum bisa bicara secara lancar. Mungkin ini salah satu dari efek sumsum tulang belakang nya yang terjepit dulu. Namun Vano tetap Vano yang tak ingin menyerah.

“Ma..ma... Pa..pa..” ucap Vano lirih namun bisa di dengar oleh mamanya.

“Iya nak? Ada apa? Alhamdulillah kamu sudah bisa berbicara.” Ucap Mama Shifa sambil tersenyum.

“Va..no..pi..ngin..ke..Aus..tra...lii..aa..ma..va..no..mo...hon...ka..bul..kan..ya..ma..pa...” ucap Vano ternata-bata.

“Iya nak, kalau itu kemauan kamu, perawatan kamu akan kita pindah ke Australia. Namun kamu harus janji nak setelah kamu dipindah ke Australia, kamu harus cepat sembuh dengan pesat. Okee?” tanya Mr. Zeth meyakinkan Vano.

“Hmm... " Jawab Vano sambil tersenyum dan mengangguk.

                Vano sangat bahagia setelah permintaannya di setujui oleh Mama dan Papanya. Vano kini telah packing dan telah siap untuk pindah ke Australia. Entah kenapa Vano merasa kalau di Australia ia akan merasa tenang dan ia akan segera sembuh. Ia ingin kembali ke Indonesia untuk kembali ke sahabat-sahabatnya. Namun naas, ia lupa siapa nama sahabat-sahabatnya dan juga wajah sahabat-sahabatnya. Namun feeling nya mengatakan kalau sahabat-sahabatnya di Indonesia sangat mengharapkan kehadirannya. Ini lah alasan yang membuat Vano ingin sekali sembuh dan bangkit dari apa yang ia rasakan saat ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar