Sabtu, 22 November 2014

CERBUNG CRAGSISA LOVE AND LIFE PART 3

CRAGSISA LOVE AND LIFE

CLL Part 3 (Kehilangan Lagi)

                Kini Chacha dan Bang Iel sudah berada di Indonesia kembali setelah mungkin hampir 3 tahun lebih mereka berada di London untuk memusnahkan rasa kehilangan akan kepergian Mama mereka. Mereka tinggal di London bersama Tuan Sam dan Nyonya Rossa serta Diana. Kini mereka menjalani kehidupannya di Indonesia lagi namun tanpa ada sosok Mama nya dalam menjalani kehidupan mereka setelah beberapa tahun yang lalu Mama mereka berpulang. Bang Iel dan Chacha pun tak jarang ditinggal sang Papa keluar kota bahkan keluar negri untuk menyelesaikan urusan pekerjaannya. Namun, Mr. Naff masih tetap menjalankan amanat sang istri untuk menjaga ke dua berlian mereka, sehingga ia masih menyempatkan waktu untuk Iel dan Chacha.

                Di sore itu, Vano, Iel, dan Chacha sudah berada di taman kompleks perumahan mereka. Iel dan Vano sedang asyik bermain basket. Sedangkan Chacha hanya menyaksikan mereka dari atas rumah pohon yang berada tepat di samping lapangan basket itu. Vano dan Iel bermain basket cukup lama, sehingga mereka memutuskan untuk memberhentikan permainannya dan menyambangi Chacha yang masih duduk di rumah pohon.

“Peri cantik, ikut pangeran tampan sebentar ya. Biar Bang Iel disini sebentar. Gapapa kan yel?” tanya Vano penuh harap

“Iya gapapa My Bro! Asal  kamu jaga my little princess yaa!” jawab Iel.

“Siap My Bro!”. Ucap Vano penuh semangat seraya ber tos ria dengan Iel.

                Chacha dan Vano kini berjalan menyelusuri jalan kecil yang mengarah ke danau. Sebentar lagi, matahari akan berpaling dari singgasana nya yang luas itu. chacha dan Vano kini sudah berada di ujung jembatan dimana itu adalah tempat mereka pertama kali bercengkrama dulu. Vano dan Chacha kini sedang melihat begitu indahnya mahakarya Tuhan yan sangat memukau, mereka sedang menyaksikan sunset yang sangat indah. Vano lalu mengajak Chacha ke tepi danau yang disana terdapat sebuah batu yang cukup besar, Vano memahat batu itu hingga terdapat banyak luka ditangannya. Chacha yang berada di samping Vano pun bingung akan tindakan yang di lakukan oleh Vano.

“aww, akhirnya selesai juga.” Ucap Vano

“sini lihat tangan kamu pangeran!” ucap Chacha sambil mengelap tangan Vano dengan sapu tangannya dengan penuh hati-hati karena Chacha tau pasti rasanya perih.

“Peri cantik, ini pangeran tampan udah ngukir di batu ini. Ini ada ukiran “V & C” artinya Vano dan Chacha. Jadi batu ini akan menjadi saksi pesahabatan kita. Aku memang memilih batu untuk mengukir ini, karena kalau di pohon pasti akan hilang lama-lama. Hehehe” ucap Vano

“terimakasih pangeran tampan. Pasti suatu saat jikalau Tuhan memisahkan kita dan aku merindukanmu, aku akan datang disini saat sunset seperti ini. Aku janji!” jawab Chacha

“Terimakasih peri kecilku” ucap Vano sambil memeluk tubuh Chacha

“Samasama Pangeran tampanku. Ya udah pangeran ayo kita pulang udah mau malem.” Jawab Chacha.

                Chacha, Iel, dan Vano pun berjalan pulang. Hingga mereka sampai di depan rumah Vano dan Chacha pun segera menyeberang jalan untuk sampai ke rumahnya, namun naas Chacha tak melihat samping kanan kirinya, dan akhirnya...

“PERI CANTIKK AWASSSSSSSSSSSS......!!!!!!!!!!!!!!” Ucap Vano sambil berlari mendekati Chacha.

GLUDAK.......... DUARRRRR.......... CYITTTTTTTTTTTTT.........

                Vano dan Chacha sudah tergeletak di jalanan. Vano yang hendak menolong Chacha pun ikut tertabrak mobil kijang yang menghantam mereka. Chacha tertabrak hingga terpental sekitar 15 meter dari depan rumahnya. Kepalanya telah menghantam batu dan terbentur cukup keras, bahkan sangat keras hingga menimbulkan banyak darah yang bercucuran di kepalanya. Iel yang melihat dengan jelas langsung menghampiri sang adik dan sahabatnya.

                Iel langsung memasuki rumahnya dan meminta Papa nya yang kebetulan saat itu sedang ada di rumah untuk menolong adik dan sahabatnya. Di jalanan sudah banyak orang yang mengerumuni Chacha dan Vano termasuk Mama Vano yang sudah berada disana. Papa Chacha langsung memeluk dan tegang melihat keadaan anaknya. Ia takut jikalau nanti ia harus kehilangan berlian cantik nya. Ia juga takut jikalau harus kehilangan untuk kedua kalinya.  Saat ambulance datang, Vano dan Chacha dimasukkan ke dalam ambulance. Di dalam ambulance, tak tahu kenapa bisa terjadi, ternyata tangan Vano dan Tangan Chacha saling menggenggam dan saling menguatkan satu sama lain. Chacha dan Vano masih bercucuran darah. Hingga mereka tiba di rumah sakit mereka juga berada di dalam ruang UGD dan tangan mereka masih bergandengan. Iel, Mr. Naff, dan Mama Shifa sedang panik menunggu di depan ruang UGD. Hingga keluarlah seorang dokter dari pintu ruang UGD dan melepaskan masker yang ia kenakan.

“keluarga pasien?” tanya sang dokter

“kami dok!” jawab Mr. Naff dan Mama Shifa bersamaan

“ikut saya ke ruangan saya sekarang juga.” Ucap dokter tersebut yang tak lain adalah ayah dari Ashilla.

                Mama Shifa dan Mr. Naff lalu beranjak mengikuti dokter Atma ke ruangannya. Mama Shifa dan Mr. Naff melangkah dengan ragu untuk menuju ruangan itu, mereka takut apabila apa yang mereka harapkan tak sejalan dengan kenyataan yang ada. Hingga tibalah mereka di ruangan dokter Atma ini. Dokter Atma pun mempersilahkan Mr. Naff dan Mama Shifa untuk duduk di kursi yang telah disediakan di ruangan ini.

“Begini Mr. Naff, untuk kali ini nyawa Chacha alhamdulillah masih bisa di selamatkan. Namun, karena terdapat luka yang begitu parah di bagian kepala belakangnya yang menyebabkan proses penyembuhannya cukup lama. Dan sayangnya, di Indonesia belum ada alat yang mampu untuk mengatasi masalah seperti yang di derita oleh Chacha ini. Sehingga mau tak mau Chacha harus dibawa ke Australi untuk kesembuhannya. Namun Mr. Naff tak perlu khawatir, disana Chacha akan di rawat saya karena kebetulan saya akan bertugas disana untuk beberapa waktu.” Ucap dokter Atma.

“Lakukan apa saja dok demi anak saya! Berapa pun biayanya dok dan apa pun tindakan nya! Saya akan usahakan dok!” jawab Mr. Naff.

“Baiklah Mr. Naff. Lalu untuk keadaan Vano, terdapat luka yang serius di bagian dalam tubuhnya. Terdapat banyak patah tulang, diantaranya di tangan dan kaki, serta tulang rusuknya juga ada 2 yang retak. Dan naasnya, sumsum tulang belakang Vano terjepit. Mungkin agar kondisi Vano dapat kembali seperti dulu, Vano dapat melanjutkan pengobatannya di Singapura saja secepatnya.” Ucap dokter Atma.

“Apapun dan dimana pun dok! Lakukan untuk anak saya dok! Lakukan!!” jawab mama Shifa

“Baiklah, untuk keberangkatan Chacha ke Australia akan dijadwalkan jam 3 pagi ini, sedangkan untuk keberangkatan Vano ke Singapura akan dijadwalkan jam 3.15. sudah siap semua?” tanya dokter Atma.

“Sudah dok!” jawab Mama Shifa dan Mr. Naff bersamaan.

                Kini pesawat yang membawa Mr. Naff dan Chacha sudah take off 15 menit yang lalu, kini saatnya pesawat yang akan membawa Vano ke Singapura yang akan take off. Sungguh memilukan kisah ini, kisah persahabatan yang harus dipisahkan dengan cara tragis seperti ini, mungkin Tuhan memiliki rencana yang indah dibalik semua ini, percayalah!

Ketika tiba di Australia, Chacha sudah berada di sebuah rumah sakit yang sangat terkenal akan kcanggihannya. Disana Chacha bak mayat hidup yang di penuhi peralatan-peralatan medis yang menghiasi tubuhnya, hal ini mengingatkan Mr. Naff terhadap kejadian yang menimpanya beberapa tahun yang lalu saat sang istri masih terbaring lemah seperti saat ini. Mr. Naff tak ingin kehilangan sesosok wanita lagi dalam hidupnya. Ia akan merelakan apapun walaupun itu menyangkut nyawanya sendiri demi sang berlian tercinta.

Di Singapura, kini Mama Shifa tak menemani sang anak sendirian, di sampingnya kini sudah ada sang suami yang mendampinginya. Mr. Zeth pun memutuskan untuk langsung mengunjungi Singapura untuk merawat sang anak. Ia rela meninggalkan pekerjaan nya di Tokyo untuk sementara waktu hingga sang anak sembuh dari penyakitnya.


Hingga beberapa waktu kemudian, tibalah saatnya....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar