CRAGSISA LOVE AND
LIFE
CLL Part 3 (Kehilangan Lagi)
Kini Chacha
dan Bang Iel sudah berada di Indonesia kembali setelah mungkin hampir 3 tahun
lebih mereka berada di London untuk memusnahkan rasa kehilangan akan kepergian
Mama mereka. Mereka tinggal di London bersama Tuan Sam dan Nyonya Rossa serta
Diana. Kini mereka menjalani kehidupannya di Indonesia lagi namun tanpa ada
sosok Mama nya dalam menjalani kehidupan mereka setelah beberapa tahun yang
lalu Mama mereka berpulang. Bang Iel dan Chacha pun tak jarang ditinggal sang
Papa keluar kota bahkan keluar negri untuk menyelesaikan urusan pekerjaannya.
Namun, Mr. Naff masih tetap menjalankan amanat sang istri untuk menjaga ke dua
berlian mereka, sehingga ia masih menyempatkan waktu untuk Iel dan Chacha.
Di sore
itu, Vano, Iel, dan Chacha sudah berada di taman kompleks perumahan mereka. Iel
dan Vano sedang asyik bermain basket. Sedangkan Chacha hanya menyaksikan mereka
dari atas rumah pohon yang berada tepat di samping lapangan basket itu. Vano
dan Iel bermain basket cukup lama, sehingga mereka memutuskan untuk
memberhentikan permainannya dan menyambangi Chacha yang masih duduk di rumah
pohon.
“Peri cantik, ikut pangeran tampan sebentar ya. Biar Bang
Iel disini sebentar. Gapapa kan yel?” tanya Vano penuh harap
“Iya gapapa My Bro! Asal
kamu jaga my little princess yaa!” jawab Iel.
“Siap My Bro!”. Ucap Vano penuh semangat seraya ber tos ria
dengan Iel.
Chacha
dan Vano kini berjalan menyelusuri jalan kecil yang mengarah ke danau. Sebentar
lagi, matahari akan berpaling dari singgasana nya yang luas itu. chacha dan
Vano kini sudah berada di ujung jembatan dimana itu adalah tempat mereka
pertama kali bercengkrama dulu. Vano dan Chacha kini sedang melihat begitu
indahnya mahakarya Tuhan yan sangat memukau, mereka sedang menyaksikan sunset
yang sangat indah. Vano lalu mengajak Chacha ke tepi danau yang disana terdapat
sebuah batu yang cukup besar, Vano memahat batu itu hingga terdapat banyak luka
ditangannya. Chacha yang berada di samping Vano pun bingung akan tindakan yang di
lakukan oleh Vano.
“aww, akhirnya selesai juga.” Ucap Vano
“sini lihat tangan kamu pangeran!” ucap Chacha sambil
mengelap tangan Vano dengan sapu tangannya dengan penuh hati-hati karena Chacha
tau pasti rasanya perih.
“Peri cantik, ini pangeran tampan udah ngukir di batu ini.
Ini ada ukiran “V & C” artinya Vano dan Chacha. Jadi batu ini akan menjadi
saksi pesahabatan kita. Aku memang memilih batu untuk mengukir ini, karena
kalau di pohon pasti akan hilang lama-lama. Hehehe” ucap Vano
“terimakasih pangeran tampan. Pasti suatu saat jikalau Tuhan
memisahkan kita dan aku merindukanmu, aku akan datang disini saat sunset
seperti ini. Aku janji!” jawab Chacha
“Terimakasih peri kecilku” ucap Vano sambil memeluk tubuh
Chacha
“Samasama Pangeran tampanku. Ya udah pangeran ayo kita
pulang udah mau malem.” Jawab Chacha.
Chacha,
Iel, dan Vano pun berjalan pulang. Hingga mereka sampai di depan rumah Vano dan
Chacha pun segera menyeberang jalan untuk sampai ke rumahnya, namun naas Chacha
tak melihat samping kanan kirinya, dan akhirnya...
“PERI CANTIKK AWASSSSSSSSSSSS......!!!!!!!!!!!!!!” Ucap Vano
sambil berlari mendekati Chacha.
GLUDAK.......... DUARRRRR..........
CYITTTTTTTTTTTTT.........
Vano
dan Chacha sudah tergeletak di jalanan. Vano yang hendak menolong Chacha pun
ikut tertabrak mobil kijang yang menghantam mereka. Chacha tertabrak hingga
terpental sekitar 15 meter dari depan rumahnya. Kepalanya telah menghantam batu
dan terbentur cukup keras, bahkan sangat keras hingga menimbulkan banyak darah
yang bercucuran di kepalanya. Iel yang melihat dengan jelas langsung
menghampiri sang adik dan sahabatnya.
Iel
langsung memasuki rumahnya dan meminta Papa nya yang kebetulan saat itu sedang
ada di rumah untuk menolong adik dan sahabatnya. Di jalanan sudah banyak orang
yang mengerumuni Chacha dan Vano termasuk Mama Vano yang sudah berada disana.
Papa Chacha langsung memeluk dan tegang melihat keadaan anaknya. Ia takut
jikalau nanti ia harus kehilangan berlian cantik nya. Ia juga takut jikalau harus
kehilangan untuk kedua kalinya. Saat
ambulance datang, Vano dan Chacha dimasukkan ke dalam ambulance. Di dalam
ambulance, tak tahu kenapa bisa terjadi, ternyata tangan Vano dan Tangan Chacha
saling menggenggam dan saling menguatkan satu sama lain. Chacha dan Vano masih
bercucuran darah. Hingga mereka tiba di rumah sakit mereka juga berada di dalam
ruang UGD dan tangan mereka masih bergandengan. Iel, Mr. Naff, dan Mama Shifa
sedang panik menunggu di depan ruang UGD. Hingga keluarlah seorang dokter dari
pintu ruang UGD dan melepaskan masker yang ia kenakan.
“keluarga pasien?” tanya sang dokter
“kami dok!” jawab Mr. Naff dan Mama Shifa bersamaan
“ikut saya ke ruangan saya sekarang juga.” Ucap dokter
tersebut yang tak lain adalah ayah dari Ashilla.
Mama Shifa
dan Mr. Naff lalu beranjak mengikuti dokter Atma ke ruangannya. Mama Shifa dan
Mr. Naff melangkah dengan ragu untuk menuju ruangan itu, mereka takut apabila
apa yang mereka harapkan tak sejalan dengan kenyataan yang ada. Hingga tibalah
mereka di ruangan dokter Atma ini. Dokter Atma pun mempersilahkan Mr. Naff dan
Mama Shifa untuk duduk di kursi yang telah disediakan di ruangan ini.
“Begini Mr. Naff, untuk kali ini nyawa Chacha alhamdulillah
masih bisa di selamatkan. Namun, karena terdapat luka yang begitu parah di
bagian kepala belakangnya yang menyebabkan proses penyembuhannya cukup lama.
Dan sayangnya, di Indonesia belum ada alat yang mampu untuk mengatasi masalah
seperti yang di derita oleh Chacha ini. Sehingga mau tak mau Chacha harus
dibawa ke Australi untuk kesembuhannya. Namun Mr. Naff tak perlu khawatir,
disana Chacha akan di rawat saya karena kebetulan saya akan bertugas disana
untuk beberapa waktu.” Ucap dokter Atma.
“Lakukan apa saja dok demi anak saya! Berapa pun biayanya
dok dan apa pun tindakan nya! Saya akan usahakan dok!” jawab Mr. Naff.
“Baiklah Mr. Naff. Lalu untuk keadaan Vano, terdapat luka
yang serius di bagian dalam tubuhnya. Terdapat banyak patah tulang, diantaranya
di tangan dan kaki, serta tulang rusuknya juga ada 2 yang retak. Dan naasnya,
sumsum tulang belakang Vano terjepit. Mungkin agar kondisi Vano dapat kembali
seperti dulu, Vano dapat melanjutkan pengobatannya di Singapura saja
secepatnya.” Ucap dokter Atma.
“Apapun dan dimana pun dok! Lakukan untuk anak saya dok!
Lakukan!!” jawab mama Shifa
“Baiklah, untuk keberangkatan Chacha ke Australia akan
dijadwalkan jam 3 pagi ini, sedangkan untuk keberangkatan Vano ke Singapura
akan dijadwalkan jam 3.15. sudah siap semua?” tanya dokter Atma.
“Sudah dok!” jawab Mama Shifa dan Mr. Naff bersamaan.
Kini
pesawat yang membawa Mr. Naff dan Chacha sudah take off 15 menit yang lalu,
kini saatnya pesawat yang akan membawa Vano ke Singapura yang akan take off.
Sungguh memilukan kisah ini, kisah persahabatan yang harus dipisahkan dengan
cara tragis seperti ini, mungkin Tuhan memiliki rencana yang indah dibalik
semua ini, percayalah!
Ketika
tiba di Australia, Chacha sudah berada di sebuah rumah sakit yang sangat
terkenal akan kcanggihannya. Disana Chacha bak mayat hidup yang di penuhi peralatan-peralatan
medis yang menghiasi tubuhnya, hal ini mengingatkan Mr. Naff terhadap kejadian
yang menimpanya beberapa tahun yang lalu saat sang istri masih terbaring lemah
seperti saat ini. Mr. Naff tak ingin kehilangan sesosok wanita lagi dalam
hidupnya. Ia akan merelakan apapun walaupun itu menyangkut nyawanya sendiri
demi sang berlian tercinta.
Di
Singapura, kini Mama Shifa tak menemani sang anak sendirian, di sampingnya kini
sudah ada sang suami yang mendampinginya. Mr. Zeth pun memutuskan untuk langsung
mengunjungi Singapura untuk merawat sang anak. Ia rela meninggalkan pekerjaan
nya di Tokyo untuk sementara waktu hingga sang anak sembuh dari penyakitnya.
Hingga beberapa waktu kemudian,
tibalah saatnya....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar