CRAGSISA LOVE AND LIFE
Part 9 (Tempat Ini Telah Menjadi Saksi Bisu!)
Ify
merasa bosan dengan hari-hari nya di rumah, apalagi saat ia ditinggal kakaknya
sekolah dan tak jarang kakaknya pulang hingga maghrib karena kesibukannya
menjadi Ketua OSIS. Ify hanya menjalani hari-hari di rumahnya dengan hal-hal
kecil yang sangat membosankan. Seperti nonton TV, baca novel, dengerin musik,
dll yang sangat membosankan. Shilla pun kini telah menjadi siswi SMA yang sama
dengan Gabriel. Shilla sekarang menempuh pendidikan di SMA Perintis
Kemerdekaan. Ia sekarang duduk di kelas XI-MIA 2.
Rencananya, setelah kondisi Ify
mambaik dan mampu lepas dari kursi roda, dan juga setelah dokter Atma
mengijinkan, ia brencana untuk melanjutkan sekolahnya di SMA yang sama dengan
kakak dan teman-temannya. Ia ingin mengakhiri masa-masa membosankan ini dengan
segera. Ify ingin menjalani hari-hari dengan tean-temannya.
Sore itu, tepat pukul 3 sore
Gabriel telah tiba di rumahnya. Kali ini ia pulang lebih awal karena semua tugas
di sekolahnya telah usai dan ia telah kangen dengan sang adik. Namun, saat
turun dari mobil Gabriel tak turun sendiri. Ia turun bersama Shilla yang duduk
di bangku yang berada disamping tempat duduk pengemudi, ah lebih tepatnya di
samping Gabriel. Gabrel dan Shilla pun masuk ke dalam rumah dan menghampiri
sesosok gadis yang sedang duduk di sofa ruang keluarga sambil mengganti ganti
channel TV.
“Hai dek.” Sapa Gabriel sambil duduk di sebelah Ify sambil
merangkul dan mencium puncak kepala Ify.
“Hai kakak! Eh ada kak Shilla juga to..!” ucap Ify
“Iya, hehehe... gapapa kan Fy?” tanya Shilla.
“Iya gapapa kok kak, Ify malah seneng. Yang lain mana kok
Cuma kak Gabriel sama Kak Shilla aja
yang keisni?” Jawab Ify
“Yang lain masih ada acara.” Jawab Shilla dan gabriel secara
bersama.
“Eciyee barengan, akakakak :v jadi obat nyamuk tapi gue -_-
ishh” kata Ify
“Nggak kok dek santai aja.” Kata Gabriel
Shilla
hanya menunduk saja dibuat Gabriel tadi, mungkinkah dengan kekompakan menjawab
perkataan Ify tadi itu berarti hati dan pikirannya telah kompak dan sejalan
dengan Gabriel. Ah mungkin itu hanya sebuah kebetulan.
“Eh kak, aku pingin kita main ke taman deket kompleks
perumahan kak. Kakak sama Kak Shilla mau kan nganterin Ify kesana?” tanya Ify.
“Oke Fy, sana siap-siap. Kakak juga mau mandi dulu. Shil, lo
bawa baju ganti kan?” tanya Gabriel
“Iya kok gue bawa, gue numpang mandi disini aja yaa..” kata
Shilla
“Iya deh kakak mandi di kamar Ify aja.” Kata Ify dan hanya
di angguki oleh Shilla.
Setelah
semuanya siap, kini Ify, Shilla dan Gabriel menuju ke mobil Gabriel. Shilla
duduk di depan lebih tepatnya disamping Gabriel, ini karena suruhan dari Ify
dan Ify sendiri pun duduk di belakang. Hingga tibalah mereka di taman komplek
dekat perumahan.
---
Disisi
lain, Sivia masih memperhatikan Alvin yang sedang bermain futsal di lapangan
indoor yang terletak di sekolah mereka. Sivia duduk di bangku samping lapangan.
Alvin pun bermain bola futsal sendirian. Sivia melihat Alvin yang tengah duduk
dan meluruskan kakinya di tengah lapangan, ya benar Alvin saat ini sedang
istirahat. Perlahan Sivia mendekati Alvin ke tengah lapangan dengan membawa
handuk kecil dan sebotol air mineral. Lalu Sivia memberikan handuk dan air
mineral itu ke Alvin.
“Ini kak minum sama handuknya, kayaknya kakak capek banget
deh.” Kata Sivia.
“Thanks Vi,” Jawab Alvin cuek.
Alvin
pun meminum air mineral yang di berikan oleh Sivia dalam satu tegukan. Sepertinya
ia memang benar-benar haus saat ini. Lalu ia mengelap keringatnya dengan handuk
kecil yang diberikan oleh Sivia tadi. Terasa ada getaran di sebelah tangan
Sivia, ternyata HP Alvin bergetar pertanda ada sebuah pesan masuk. Begitu
kagetnya hati Sivia saat melihat wallpaper HP Alvin, ternyata wallpaper HP
Alvin adalah foto sahabatnya, yaitu foto Ify. Hatinya merasa tercabik-cabik
saat itu. ia mencoba untuk menahan air mata dan emosinya.
“Vi..” ucap Alvin namun tidak ada respon apapun dari Sivia.
“Sivia..?” ucap Alvin lebih keras sehingga membuat Sivia
tersadar dari lamunannya.
“Eh i iiya kak ada apa?” jawab Sivia gugup.
“Loe percaya ga sih kalo penantian itu pasti ada jawabannya?
Walaupun itu lama Vi. Loe percaya ga?” tanya Alvin
“Via percaya kak, setiap penantian itu pasti ada jawabannya,
ya walaupun itu sangat sangat dan sangat lama kak. Seperti saat ini, Sivia
sudah menanti seseorang sejak saat Sivia masih kecil dulu kak, tapi Via yakin
ko kalo penantian nya Via ini pasti akan terbalas suatu saat nanti, tunggu aja
rencana Tuhan kedepannya.” Jawab Sivia
“Loe bener juga Vi, penantian pasti ada jawabannya. Berarti
penantian gue sama Ify menurut loe akan dibales juga kan Vi?” tanya Alvin.
DEG..!!!!
Hati Sivia terasa bak dihujani oleh beri juta-juta tusuk jarum yang menyakiti
dan melukai hatinya. Apakah setelah ucapan Alvin tadi bisa membuktikan kalau
penantian itu pasti ada jawabannya? Ah tidak, Sivia sangat ingin menarik
kata-katanya tadi. Ia ingin membatalkan ucapannya tadi, namun mana mungkin
bisa. Hati Sivia kini semakin tak berdaya lagi, ia semakin bingung dengan
perasaannya. Namun ia tak boleh egois untuk hal ini karena ify adalah
sahabatnya, Ify adalah sebagian dari hidupnya.
“Vi..? Viaa..?” panggil Alvin sambil mengayunkan telapak
tangannya di depan pelupuk mata Sivia.
“Eh iya kak? Kenapa?” jawab
Sivia
“Ish.. loe tuh ditanya malah nglamun.” Kata Alvin sambil
mengacak-acak rambut Sivia.
“Emang tadi kakak nanya apa sama Via?” tanya Via
“Ish lo tuh, tadi itu kakak nanya, berarti penantian kakak
sama Ify itu bakal dibales juga kan sama Ify?” jawab Alvin.
“Mungkin kak, tunggu saja rencana Tuhan selanjutnya. Pasti
rencana Tuhan itu bagus banget kak, ga ada yang bisa nandingin. Jadi,
percayalah sama Tuhan kak!” jawab Sivia.
“Bener juga apa yang loe kata Vi! Udah sore nih, balik yuk.”
Ajak Alvin.
“Ayo kak.” Jawab Sivia
Sivia
pun mengambil tasnya yang berada di bangku yang ia duduki tadi. Lalu ia
berjalan menyusuri koridor sekolah yang cukup panjang itu hingga akhirnya ia
sampai di halaman depan sekolah lalu beranjak ke halte sekolah yang berada di
sebelah selatan gerbang sekolah, kira-kira 15 meter dari gerbang sekolah. Sivia
menatap ke atas langit yang gelap gulita, sepertinya sebentar lagi akan turun
hujan dan mungkin sangat lebat. Benar saja, setetes dua tetes air hujan mulai
membasahi atap-atap halte itu. jalanan terlihat sangat sepi karena hujan yang
lama kelamaan mulai deras berjatuhan ke permukaan bumi.
Di
tempat lain, Alvin berjalan dari tengah lapangan menuju ke lokernya. Ia lalu
mengambil barang-barang nya dan keluar ke parkiran untuk menghampiri sepeda
motornya. Namun langkahnya terhenti saat ia melihat berjuta-juta tetesan air
hujan yang jatuh membasahi permukaan bumi ini. Sambil menenteng tas nya yang ia
selempangkan di bahu kanan dan tangan kirinya menenteng helm fullface nya
menambah ketampanan pemuda ini. Pemuda ini lalu berjalan menembus derasnya
hujan dan menghampiri motornya lalu beranjak meninggalkan parkiran sekolah.
Alvin
mulai menjalankan sepeda motornya keluar sekolah, namun ia berhenti saat
melihat sesosok gadis yang sedang berdiri di halte bus dekat sekolahnya sambil
kedinginan. Gadis itu ternyata adalah Sivia. Alvin kemudian memutuskan untuk
memberhentikan sepeda motornya, ia memakirkan motornya dan langsung menghampiri
Sivia yang terlihat kedinginan saat itu.
Sivia
masih memejamkan matanya menahan dinginnya cuaca yang menusuk hingga ke dalam
tulangnya. Namun, terasa ada seseorang yang memberinya kehangatan. Ternyata
setelah Sivia membuka matanya disana ada sesosok Alvin yang memakaikan jaketnya
ke badan Sivia. Sivia langsung tersenyum kepada Alvin.
Mereka
pun mengobrol banyak hal di tengah derasnya hujan yang menemani mereka. Tak
jarang tersirat tawa diantara obrolan mereka. Kini hujan pun telah reda dan
membuat kedua sejoli ini tersadar dari obrolannya.
“Vi jalanan sepi banget ini, lebih baik lo pulang ama gue
aja. Gue ga bakal tega liat cewe jalan sendirian.” Ajak Alvin.
“Bentar lagi juga ada taxi atau bis yang lewat sini kok
kak.” Kata Sivia ngeles.
“Vi, lo liat dari arah sana (sambil nunjuk) jalanan sepi
kan? Ga ada kendaraan yang berlalu lalang ga kaya biasanya kan Vi? Mending loe
ikut gue aja Vi, gue ga bakal ngapa-ngapain loe kok santai aja. Percaya ama
gue.” Kata Alvin sambil menarik tangan Sivia ke arah motornya. sedangkan Sivia hanya bisa menelan ludahnya yang terasa kering itu.
“Cepetan naik Vi, ga usah ragu-ragu.” Ucap Alvin sambil
memakai helm fullface nya.
Sivia
hanya bisa diam sambil menuruti perkataan Alvin. Perlahan Alvin mulai
menjalankan motornya. Sivia pun tak tau harus berpegangan dimana, karena tak ada
satupun benda yang dapat ia gunakan untuk
berpegangan kecuali tubuh Alvin.
Alvin
memacu motornya begitu cepat dan tiba-tiba ia menekan rem mendadak sehingga
membuat Sivia memeluk nya erat sekali. Dengan segera, sivia melepas pelukannya
itu. Alvin tau kalau Sivia saat ini sedang ketakutan karena ia memacu motornya
dengan kecepatan tinggi. Perlahan Alvin mengarahkan tangan Sivia untuk
berpegangan dengan cara melingkarkan tangan Sivia ke pinggangnya. Sivia pun
sontak kaget dengan apa yang di lakukan oleh alvin, namun Sivia hanya bisa
menuruti apa yang Alvin perintahkan kepadanya.
---
Disisi
lain, Gabriel, Shilla, dan Ify pun berada dibawah naungan mega mendung yang
menghantui sore itu. sebercik dua bercik tetes hujan membasahi alam ini. Mereka
bertiga pun memilih untuk berteduh di sebuah saung yang berada di taman itu. Setelah hujan reda dan muncul matahari yang tadinya bersembunyi maka mereka
memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mengitari taman ini.
“Kak, Ify boleh ke jembatan yang mengarah ke tengah danau
itu?” tanya Ify.
“Boleh kok sayang... kakak antar yaa!” jawab Gabriel
“Iya kak.” Kata ify
Gabriel
dan Shilla pun akhirnya mengantarkan Ify ke ujung jembatan itu. Tibalah ify fi
ujung jembatan itu. Nampaklah sebuah pelangi yang muncul akibat hujan deras
yang menerpa tadi dan disana juga nampak sang surya yang telah bersiap untuk
kembali ke alam tidurnya setelah ia bekerja menyinari dunia ini seharian penuh.
“Kak, boleh ga Kak Gabriel sama Kak Shilla ninggalin Ify
seharian disini? Nanti baru kalian boleh kesini setelah matahari tenggelam. Ify
mohon.” Pinta Ify
“Baiklah kalu itu mau kamu dek, tapi kalau ada apa-apa
segera telpon kakak ya. Kakak ada di lapangan basket dulu itu dek, kakak mau ke
rumah pohon. Oke?” tanya Gabriel.
“Oke kak!” Jawab Ify
Gabriel
dan Shilla pun akhirnya meninggalkan Ify sendiri di ujung jembatan itu. Gabriel
dan Shilla berjalan menyelusuri jalanan dan tibalah mereka di lapangan basket
yang tepat disampingnya ada rumah pohon yang bertengger kokoh disana.
---
Sedalam-dalam
udara yang dihirup oleh gadis yang ada di ujung jembatan ini membuat sang gadis
merasa lega dan tenang. Ia menghirup udara dalam-dalam seraya memejamkan
matanya. Di dalam otaknya sedang me replay kejadian-kejadian beberapa tahun
yang lalu tepat di tempat ini dan di suasana yang seperti ini. Namun saat ini
di tambah keelokan pelangi yang menghiasi sunset ini, namun tak ada lagi sosok
pangeran tampan dsisinya.
“Haii Pangeran. Dimana kamu?Aku sangat merindukanmu.” Kata
Ify
“Aku sudah menepati janjiku. Dimana disaat aku merindukanmu
aku akan datang kesini disaat waktu menjelang matahari meninggalkan singgasananya yang damai itu dan aku akan mengenang
semua peristiwa-peristiwa kita.” Lanjut Ify sambil menitihkan air mata.
“Dan sekarang, mana janji kamu? Mana janji kamu yang akan
datang disaat aku disini?” ucap Ify menahan tangisnya.
“Dimana kamu pangeran tampan? Dimana kamu? Aku
merindukanmu.”
Bintang malam sampaikan padanya
Aku ingin melukis sinarmu dihatinya
Embun pagi katakan padanya
Biar kudekap erat waktu dingin membelenggunya
Tahukah engkau wahai langit
Aku ingin bertemu membelai wajahnya
Kan ku pasang hiasan akngkasa yang terindah
Hanya untuk dirinya
Lagu rindu ini ku ciptakan
Hanya untuk pangeran tampanku tercinta
Walau hanya nada sederhana
Ijinkan ku ungkap sejenak rasa dan kerinduan
“Seandainya kaki ini mampu melangkah lagi, seandainya diri
ini mampu berjuang lagi, dan seandainya jiwa ini masih menyatu lagi, takkan
kusiasiakan hidupku dan hidupmu lagi! Aku berjanji!”
“Dan aku berharap penuh kepada Tuhan, tolong pertemukanlah
jiwaku dan jiwamu di tempat ini suatu saat nanti. Aku mohon, aku ingin bertemu
dengan mu lagi.”
“Dibawah batu yang berlumut itu, terdapat seukiran batu yang menjadi saksi bisu keberadaanmu di dalam seluk beluk kehidupanku. Dan di tempat ini lah semua deru haru menyelimutiku. Tempat ini lah yang menjadi saksi bisu akan kehadiran dirimu di dalam jiwa ku. Tempat inilah satu-satunya saksi bisu yang tersisa diantara kisah kasih cintaku kepadamu. Aku sangat mencintaimu, Pangeran Tampanku..” Ucap Ify tak mampu menahan haru.
"Ingin rasanya ku dekap rembulan, ku hentikan perputaran rotasi waktu yang terus berjalan maju meninggalkan segersit waktu ku bersamamu. ku ingin dirimu kembali lagi merajut kisah kita, kisah yang tak akan pernah terkikis oleh apapun!" tambah Ify
Ify
menangis tersedu-sedu bersama menghilangnya sang mentari dari hadapannya.
Hingga tibalah Gabriel dan Shilla yang membuyarkan tangisan Ify. Garbiel sontak
berlutut untuk menyamakan tingginya dengan sang adik seraya memeluk adik semata
wayangnya ini. Gabriel tau apa yang sedang sirasakan oleh adiknya ini.
Perlahan kursi roda Ify didorong oleh sang kakak meninggalkan tempat itu, disamping sang kakak juga ada seorang bidadari cantik yang berjalan seirama dengannya. Bidadari yang selalu siap sedia untuk Ify, bidadari yang selalu me motivasi dirinya. Berat rasanya hati Ify meninggalkan tempat yang menjadi saksi bisu kebersamaan dirinya dengan pangeran tampannya. Sungguh ia sangat ingin bertemu dengan pangeran tampannya saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar