Sabtu, 06 Desember 2014

CERBUNG CRAGSISA LOVE AND LIFE PART 10

CRAGSISA LOVE AND LIFE

Part 10 (Awal dari Putih Abu ku)

                Keadaan ify membaik sudah saat ini. Tak ada lagi yang namanya kursi roda yang selalu menemaninya. Kini ia sudah benar-benar dinyatakan sembuh oleh dokter Atma. Ify pun langsung mengurus kelanjutan sekolahnya di SMA Perintis Kemerdekaan. Ia akan sekolah disana seperti kakak dan para sahabat-sahabatnya.

                Pagi itu, Ify berangkat ke sekolah dengan membonceng motor Kakaknya. Ify pun berpegangan dengan begitu erat karena memang ia sendiri sangat takut menaiki kendaraan ber roda dua itu, walaupun sang pengendara adalah pengendara yang sangat profesional. Padahal pagi itu Gabriel menjalankan motornya dengan kesepatan yang sedang-sedang saja namun cukup membuat Iy ketakutan.

                Sesampainya mereka di sekolah, keadaan sekolah langsung gempar dengan kenyataan bahwa ketua OSIS mereka yang notabene cuek dan dingin dengan cewe ternyata berangkat sekolah dengan membonceng seorang cewe yang memeluknya dengan erat. Disinilah kebencian Zahra mulai memuncak kepada si cewe yang di bonceng Gabriel itu. Ia merasa benci dengan apa yang ia ihat saat ini. Ingin rasanya Zahra mencabik-cabik muka cewe yang sedang dibonceng oleh sang pangeran hatinya itu.

“Kak, cukup grup CRAGSISA aja yang tau kalo aku ini adik kakak. Aku mau jadi Ify yang benar-benar Ify kan. Bukan Ify yang merupakan anak dari Mr. Naff dan adik dari Gabriel Steven Damanik ya kak.” Pinta Ify

“Tapi dek, kamu masih perlu perlindungan kakak dek. Dunia SMA itu penuh senioritas dek!” jawab Gabriel.

“Tapi kak, please. Ini aja permintaan dari Ify kak.” Rengek Ify.

“Baiklah kalau itu memang mau kamu dek, asal kalau ada apa-apa segera bilang ke kakak!” kata gabriel.

“Siap Kak” jawab Ify sambil hormat kepada kakaknya.

                Ify menyelusuri koridor sekolah barunya dengan tangan yang digandeng oleh sang Kakak. Berpasang-pasang mata yang menyaksikan kejadian itu hanya bisa melongo tanpa percaya. Seorang Gabriel Steven Damanik yang notabene adalah orang yang sangat dingin ini sekarang sedang menggandeng tangan perempuan.  Akhirnya tibalah Ify di depan kepala sekolah dan Gabriel pun pergi meninggalkan Ify.

---

                Diketuklah pintu ruang kelas XI MIA 1 oleh Ibu kepala sekolah, yaitu Ibu Ira. Dibelakang Bu Ira sudah terdapat seorang gadis cantik yang membiarkan rambut pirangnya itu tergerai dan berterbangan dengan bebasnya ketika ia memasuki ruangan itu. dialah murid baru di sekolah kita yang pagi tadi sempat membuat gempar sekolah ini.

“Baiklah silahkan kamu perkenalkan diri kamu nak!” perintah Bu ira

“Terimakasih bu atas waktunya. Baik teman-teman semua, nama saya Alyssa Saufika, cukup kalian panggil Ify saja. Saya pindahan dari Australia. Terimakasih” perkenalan Ify begitu singkat tanpa menyebutkan nama “Umari” demi menunjukkan siapa dirinya yang asli tanpa ada sudut pandang yang khusus dari pihak manapun.

“Baik Ify, silahkan kamu duduk di bangku kosong yang ada di samping Sivia itu ya!” suruh bu ira.

“Baik Bu.” Jawab Ify.

                Ify pun segera beranjak ke bangku yang berada di samping Sivia. Agni dan Sivia pun sangat senang karena pada kenyataannya sahabat mereka satu kelas dengan mereka. Mereka pun berbincang-bincang selama pelajaran berlangsung. Hingga akhirnya bel pertanda istirahat pun berdering menggetarkan gendang telinga mereka dan mereka pun langsung berjalan menuju kantin untuk melayani cacing-cacing yang bersarang di perut mereka yang saat ini perlu dikasihani dan diberikan makanan.

                Selama perjalanan menuju ke kantin, tak jarang Ify mendapat tatapan sinis dari fans-fans Gabriel yang tadi pagi melihat mereka. Ketika Ify berjalan di lorong sekolah dan bertemu dengan geng ZZA (Zahra, Zevanna, dan Angel) Ify pun langsung mendapat sodokan di siku kanannya karena bertabrakan dengan Zahra. Namun Ify hanya diam saja.

                Sesampainya di kantin, ternyata disana CRAGSISA sudah lengkap dengan posisi duduk Gabriel berhadapan dengan Ify yang duduk di samping Rio, Rio berhadapan dengan Shilla yang duduk disamping Sivia, Sivia berada didepan Alvin, serta Agni yang duduk berhadapan dengan Cakka yang pesona dan ketampanannya riada tara -_-.

“Kak Malling bagi yuppinya, Ify kan juga mau kak!” pinta Ify manja kepada Rio

“Apa lu bilang Fy? Malling? Jelas-jelas nama gue itu “Mario Stevano Aditya Halling” nyonya Alyssa!” jawab Rio ketus.

“Kak malling, kakak itu IQ nya berapa sih kak? Kakak nyadar ga sih kalau Malling itu = mario Halling kak! Sini bagi yuppinya ah!” jawab Ify sambil merebut yuppi dari tangan Rio.

“Ish,, ya udah deh sono buat lu aja. Eh bagi Chittato nya dong! Ipy kan baik. Hehehe” rengek Rio

“Gini nih kalo ada mau nya baru aja muji-muji, kalo kagak ya udah benci nya setengah mati.” Kata Ify sambil menyelamatkan Chittato dari tangan Rio yang mencoba untuk merebutnya.

“Eh Fy itu Cakka punya 10 yuppi mau dikasih ke elo!” kata Rio, Ify pun langsung menengok ke arah Cakka.

“Yes gue berhasil dapetin Chittato lo :P” kata Rio sambil menjulurkan lidahnya dan Ify pun mendengus kesal.

                Ify dengan Rio memang sudah akrab setelah beberapa kali mereka bertemu dan akrab ngobrol satu sama lain karena sama-sama nyambung obrolannya. Zevanna yang sedang berdiri di antara Zahra dan Angel yang sedang menyaksikan kejadian mesra itu hanya bisa mengepalkan kuat-kuat menahan emosinya. Bagaimana tidak, Rio yang selama ini sangat dicintainya bermesraan dengan seorang gadis yang tadi pagi bersama dengan Gabriel itu. lalu ZZA pergi karena tak kuasa menahan emosinya.

“Eh Ag, gimana pesona dan ketampanan dari Tuan Cakka kawekas Nuraga belum ada yang luntur sama sekali kan?” tanya Cakka kepada Agni dan langsung mendapat toyoran dari Rio, Gabriel, dan Alvin.

“Ih lu apaan banget sih kak? Jelas-jelas loe kan ga punya pesona dan ketampanan yang tiada tara itu. loe aja tuh yang ber hayal di dunia hayal lo!” kata Agni

“Ah elu Ag tega bener ame gue ag, gue kan serius nih minta pendapat loe!” jawab Cakka penuh memelas.

“Penting gitu buat hidup gue?” tanya Agni

“Serah lu kata ah Ag. Gini-gini juga loe doyan dan mau jadi cewe gue!” kata Cakka dengan santainya

“AW....!!!” teriak Cakka saat mendapat tendangan dari Agni

“LOE BERDUA PACARAN....?” Tanya semua anak yang duduk di meja itu.

“Loe kapan jadian cak?” tanya Gabriel

“Loe kapan mau jadi nyonya yang tiada tara itu Ag?” tanya Shilla

“Loe kapan nyunting tuh bocah Cak?” tambah Alvin sambil mencoba untuk memelototkan matanya.

“Eh Cakkue, semenjak kapan ada cakkue basi kaya loe laku?” tanya Rio

“Ag, loe kapan punya selera rendahan kaya kak cakue begituan?” tanya Ify

“Kak Cakue jangan lupa makan-makannya ya!” ucap Sivia

“Ah elu Vi, bisanya Cuma minta makan dulu.” Jawab semuanya

“Zzztt.... diem loe semua biar gue jelasin!” kata Cakka

Agni hanya bisa diam saja


*Flashback ON*

                Agni dibonceng Cakka menuju ke sebuah tempat yang sangat disenangi oleh kedua sejoli ini. Yaitu lapangan basket yang ada di dekat kompleks perumahan Gabriel. Agni merasa sangat damai ketika ia ada di lapangan ini bersama Cakka. Sebenarnya dibalik rasa gengsinya itu ada sebuah cinta yang tertanam di hati Agni untuk Cakka seorang.

Lalu Agni dan Cakka bermain basket hingga mereka kelelahan. Tetapi rasa lelah mereka tak membuat mereka patah semangat dan memberhentikan permainan ini.

“Ag, udah berapa lama sih kita temenan kaya gini?” tanya Cakka sambil mendrible bola.

“Semenjak kita masih orok lah.” Jawab Agni ketus

“loe kagak bosen gitu temenan terus sama gue?” tanya Cakka

“Ya kagak lah, mana ada sih yang mau ngerasain bosen sama temen sendiri?”  jawab Agni sambil mengambil alih bola dari tangan Cakka.

“Tapi gue bosen Ag temenan terus sama loe. Gue mau nya lebih dari temen. Rasanya tuh sakit banget Ag kalo selama ini cuman dianggep temenan aja sama loe. Loe ngerasa ga sih?” ucap Cakka

“Maksud loe?” tanya Agni karena memang ia tak mengerti dengan apa yang dimaksud Cakka.

“Ya maksud gue, gue selama ini bosen gitu sama hubungan kita yang dalam tanda kutip “CUMA TEMEN” doang sama loe. Gue bingung kenapa ada istilah itu diantara kita. Loe mau kagak ngejalin hubungan sama gue ngelebihin “CUMA TEMEN”?” tanya Cakka serius

“Sumpah demi apapun kak, gue kagak ngerti apa yang loe kata. Hehehe” Jawab Agni ngelantur

“Ah elu mah cewek kagak tau di kode, kagak peka banget sih loe jadi cewe.” Kata Cakka kesal

“Loe pikir gue mesin barcode yang musti tahu semua kode gitu Tuan Nuraga?” tanya Agni sambil mendrible lagi bola yang ada di tangannya  dan ia mencoba untuk meng shoot bola ke ring.

“LOE MAU KAGAK JADI PACAR GUE GADIS DINGDONG?” tanya Cakka

                Sejenak Agni mengentikan permainannya, ia membalikkan badannya menghadap ke Cakka. Agni hanya bisa melongo saja setelah ia mendengar apa kata Cakka barusan. Ia langsung menganga lebar ketika seorang Cakka kawekas Nuraga yang pesona dan ketampanannya tiada tara itu berlutut dihadapannya untuk meminta jawaban nya.

“Would you be my girl, Nona Agni?” tanya Cakka

“Demi apapun di dunia ini, loe beneran kak? Ahhh tapi kan loe itu playboy kak. Paling juga gue ujung-ujung nya gue jadi simpenan loe!” jawab Agni gengsi.

“Sumpah Ag demi apa pun juga, loe kagak tau yang namanya romantis ya. Cepetan nih loe ngasih jawaban yang serius kek. Pegel nih lutut nahan badan gue. Kalo kagak demi loe, gua kagak bakal juga sampek berlutu kaya begini!” kata Cakka mulai gemes.

“Iya deh iya sorry, gue bukan cewe kaya mereka yang ada di luar sana. Gue mau jadi “LEBIH DARI TEMAN” sama loe kak!” jawab Agni.

“YEAAHH........ THANKS GOD!!!!!” teriak Cakka sambil senangnya.

                Agni pun kemudian diantar Cakka pulang kerumahnya. Namun sebelum Cakka mengantarkan Agni pulang kerumahnya, ia menyempatkan unutk mengajak Agni makan dulu di kafe yang bisa dibilang suasananya begitu nyaman dan damai. Akhirnya penantian Agni selama ini pun terbalas oleh Cakka beberapa jam yang lalu.

*FLASHBACK OFF*

“Oh gitu to...” Jawab semuanya.

“Eh y, loe makan chitato nya gimana sih? Bumbunya blepotan gitu deh. Masak sama anak PAUD aja loe kalah?” kata Alvin sambil mengusap pipi Ify yang memang dipenuhi dengan bumbu-bumbu chitatto yang ia lahao tadi.

               Ify hanya bisa melongo dengan apa yang Alvin akukan saat ini. Sivia pun langsung menundukkan kepalanya karena ia tak mampu melihat apa yang sedang terjadi saat ini. Ify pun hanya bisa mengusir tangan Alvin dari wajahnya karena ia sangat tau bagimana perasaan Sivia saat ini, ia tak mau menyakiti hati Sivia walau sekecil apapun luka itu.

                Disudut lain, ada Angel yang melihat kejadian semua ini. ZZA menatap dengan benci wajah Ify dan ingin segera mencabik-cabik muka Ify saat ini juga. Bagimana tidak, Gabriel yang notabene adalah cowok yang diidamkan oleh Zahra kini sedang PDKT dengan Ify. Rio yang notabene adalah cowok idola Zevanna kini sedang dan sangat akrab dengan Rio. Dan terakhir, Alvin yang sangat didambakan oleh seorang Angel semenjak ia duduk di bangku putih birunya pun tak kalah dekat dengan Ify.

“Eh guys, kita harus balas dendam dengan tuh cewek!” kaata Zevanna penuh kebencian

“Bener banget lo Zev, kita harus buat perhitungan sama tuh cewek brengsek.” Kata Angel

“Gue penuh ide cemerlang buat musnahin tuh bocah bau kencur!” kata Zahra.

CERBUNG CRAGSISA LOVE AND LIFE PART 9

CRAGSISA LOVE AND LIFE

Part 9 (Tempat Ini Telah Menjadi Saksi Bisu!)

                Ify merasa bosan dengan hari-hari nya di rumah, apalagi saat ia ditinggal kakaknya sekolah dan tak jarang kakaknya pulang hingga maghrib karena kesibukannya menjadi Ketua OSIS. Ify hanya menjalani hari-hari di rumahnya dengan hal-hal kecil yang sangat membosankan. Seperti nonton TV, baca novel, dengerin musik, dll yang sangat membosankan. Shilla pun kini telah menjadi siswi SMA yang sama dengan Gabriel. Shilla sekarang menempuh pendidikan di SMA Perintis Kemerdekaan. Ia sekarang duduk di kelas XI-MIA 2.

Rencananya, setelah kondisi Ify mambaik dan mampu lepas dari kursi roda, dan juga setelah dokter Atma mengijinkan, ia brencana untuk melanjutkan sekolahnya di SMA yang sama dengan kakak dan teman-temannya. Ia ingin mengakhiri masa-masa membosankan ini dengan segera. Ify ingin menjalani hari-hari dengan tean-temannya.
Sore itu, tepat pukul 3 sore Gabriel telah tiba di rumahnya. Kali ini ia pulang lebih awal karena semua tugas di sekolahnya telah usai dan ia telah kangen dengan sang adik. Namun, saat turun dari mobil Gabriel tak turun sendiri. Ia turun bersama Shilla yang duduk di bangku yang berada disamping tempat duduk pengemudi, ah lebih tepatnya di samping Gabriel. Gabrel dan Shilla pun masuk ke dalam rumah dan menghampiri sesosok gadis yang sedang duduk di sofa ruang keluarga sambil mengganti ganti channel TV.

“Hai dek.” Sapa Gabriel sambil duduk di sebelah Ify sambil merangkul dan mencium puncak kepala Ify.

“Hai kakak! Eh ada kak Shilla juga to..!” ucap Ify

“Iya, hehehe... gapapa kan Fy?” tanya Shilla.

“Iya gapapa kok kak, Ify malah seneng. Yang lain mana kok Cuma kak Gabriel sama Kak Shilla aja 
yang keisni?” Jawab Ify

“Yang lain masih ada acara.” Jawab Shilla dan gabriel secara bersama.

“Eciyee barengan, akakakak :v jadi obat nyamuk tapi gue -_- ishh” kata Ify

“Nggak kok dek santai aja.” Kata Gabriel

                Shilla hanya menunduk saja dibuat Gabriel tadi, mungkinkah dengan kekompakan menjawab perkataan Ify tadi itu berarti hati dan pikirannya telah kompak dan sejalan dengan Gabriel. Ah mungkin itu hanya sebuah kebetulan.

“Eh kak, aku pingin kita main ke taman deket kompleks perumahan kak. Kakak sama Kak Shilla mau kan nganterin Ify kesana?” tanya Ify.

“Oke Fy, sana siap-siap. Kakak juga mau mandi dulu. Shil, lo bawa baju ganti kan?” tanya Gabriel

“Iya kok gue bawa, gue numpang mandi disini aja yaa..” kata Shilla

“Iya deh kakak mandi di kamar Ify aja.” Kata Ify dan hanya di angguki oleh Shilla.

                Setelah semuanya siap, kini Ify, Shilla dan Gabriel menuju ke mobil Gabriel. Shilla duduk di depan lebih tepatnya disamping Gabriel, ini karena suruhan dari Ify dan Ify sendiri pun duduk di belakang. Hingga tibalah mereka di taman komplek dekat perumahan.

---

                Disisi lain, Sivia masih memperhatikan Alvin yang sedang bermain futsal di lapangan indoor yang terletak di sekolah mereka. Sivia duduk di bangku samping lapangan. Alvin pun bermain bola futsal sendirian. Sivia melihat Alvin yang tengah duduk dan meluruskan kakinya di tengah lapangan, ya benar Alvin saat ini sedang istirahat. Perlahan Sivia mendekati Alvin ke tengah lapangan dengan membawa handuk kecil dan sebotol air mineral. Lalu Sivia memberikan handuk dan air mineral itu ke Alvin.

“Ini kak minum sama handuknya, kayaknya kakak capek banget deh.” Kata Sivia.

“Thanks Vi,” Jawab Alvin cuek.

                Alvin pun meminum air mineral yang di berikan oleh Sivia dalam satu tegukan. Sepertinya ia memang benar-benar haus saat ini. Lalu ia mengelap keringatnya dengan handuk kecil yang diberikan oleh Sivia tadi. Terasa ada getaran di sebelah tangan Sivia, ternyata HP Alvin bergetar pertanda ada sebuah pesan masuk. Begitu kagetnya hati Sivia saat melihat wallpaper HP Alvin, ternyata wallpaper HP Alvin adalah foto sahabatnya, yaitu foto Ify. Hatinya merasa tercabik-cabik saat itu. ia mencoba untuk menahan air mata dan emosinya.

“Vi..” ucap Alvin namun tidak ada respon apapun dari Sivia.

“Sivia..?” ucap Alvin lebih keras sehingga membuat Sivia tersadar dari lamunannya.

“Eh i iiya kak ada apa?” jawab Sivia gugup.

“Loe percaya ga sih kalo penantian itu pasti ada jawabannya? Walaupun itu lama Vi. Loe percaya ga?” tanya Alvin

“Via percaya kak, setiap penantian itu pasti ada jawabannya, ya walaupun itu sangat sangat dan sangat lama kak. Seperti saat ini, Sivia sudah menanti seseorang sejak saat Sivia masih kecil dulu kak, tapi Via yakin ko kalo penantian nya Via ini pasti akan terbalas suatu saat nanti, tunggu aja rencana Tuhan kedepannya.” Jawab Sivia

“Loe bener juga Vi, penantian pasti ada jawabannya. Berarti penantian gue sama Ify menurut loe akan dibales juga kan Vi?” tanya Alvin.

                DEG..!!!! Hati Sivia terasa bak dihujani oleh beri juta-juta tusuk jarum yang menyakiti dan melukai hatinya. Apakah setelah ucapan Alvin tadi bisa membuktikan kalau penantian itu pasti ada jawabannya? Ah tidak, Sivia sangat ingin menarik kata-katanya tadi. Ia ingin membatalkan ucapannya tadi, namun mana mungkin bisa. Hati Sivia kini semakin tak berdaya lagi, ia semakin bingung dengan perasaannya. Namun ia tak boleh egois untuk hal ini karena ify adalah sahabatnya, Ify adalah sebagian dari hidupnya.

“Vi..? Viaa..?” panggil Alvin sambil mengayunkan telapak tangannya di depan pelupuk mata Sivia.

“Eh iya kak? Kenapa?” jawab  Sivia

“Ish.. loe tuh ditanya malah nglamun.” Kata Alvin sambil mengacak-acak rambut Sivia.

“Emang tadi kakak nanya apa sama Via?” tanya Via

“Ish lo tuh, tadi itu kakak nanya, berarti penantian kakak sama Ify itu bakal dibales juga kan sama Ify?” jawab Alvin.

“Mungkin kak, tunggu saja rencana Tuhan selanjutnya. Pasti rencana Tuhan itu bagus banget kak, ga ada yang bisa nandingin. Jadi, percayalah sama Tuhan kak!” jawab Sivia.

“Bener juga apa yang loe kata Vi! Udah sore nih, balik yuk.” Ajak Alvin.

“Ayo kak.” Jawab Sivia

                Sivia pun mengambil tasnya yang berada di bangku yang ia duduki tadi. Lalu ia berjalan menyusuri koridor sekolah yang cukup panjang itu hingga akhirnya ia sampai di halaman depan sekolah lalu beranjak ke halte sekolah yang berada di sebelah selatan gerbang sekolah, kira-kira 15 meter dari gerbang sekolah. Sivia menatap ke atas langit yang gelap gulita, sepertinya sebentar lagi akan turun hujan dan mungkin sangat lebat. Benar saja, setetes dua tetes air hujan mulai membasahi atap-atap halte itu. jalanan terlihat sangat sepi karena hujan yang lama kelamaan mulai deras berjatuhan ke permukaan bumi.

                Di tempat lain, Alvin berjalan dari tengah lapangan menuju ke lokernya. Ia lalu mengambil barang-barang nya dan keluar ke parkiran untuk menghampiri sepeda motornya. Namun langkahnya terhenti saat ia melihat berjuta-juta tetesan air hujan yang jatuh membasahi permukaan bumi ini. Sambil menenteng tas nya yang ia selempangkan di bahu kanan dan tangan kirinya menenteng helm fullface nya menambah ketampanan pemuda ini. Pemuda ini lalu berjalan menembus derasnya hujan dan menghampiri motornya lalu beranjak meninggalkan parkiran sekolah.

                Alvin mulai menjalankan sepeda motornya keluar sekolah, namun ia berhenti saat melihat sesosok gadis yang sedang berdiri di halte bus dekat sekolahnya sambil kedinginan. Gadis itu ternyata adalah Sivia. Alvin kemudian memutuskan untuk memberhentikan sepeda motornya, ia memakirkan motornya dan langsung menghampiri Sivia yang terlihat kedinginan saat itu.

                Sivia masih memejamkan matanya menahan dinginnya cuaca yang menusuk hingga ke dalam tulangnya. Namun, terasa ada seseorang yang memberinya kehangatan. Ternyata setelah Sivia membuka matanya disana ada sesosok Alvin yang memakaikan jaketnya ke badan Sivia. Sivia langsung tersenyum kepada Alvin.

                Mereka pun mengobrol banyak hal di tengah derasnya hujan yang menemani mereka. Tak jarang tersirat tawa diantara obrolan mereka. Kini hujan pun telah reda dan membuat kedua sejoli ini tersadar dari obrolannya.

“Vi jalanan sepi banget ini, lebih baik lo pulang ama gue aja. Gue ga bakal tega liat cewe jalan sendirian.” Ajak Alvin.

“Bentar lagi juga ada taxi atau bis yang lewat sini kok kak.” Kata Sivia ngeles.

“Vi, lo liat dari arah sana (sambil nunjuk) jalanan sepi kan? Ga ada kendaraan yang berlalu lalang ga kaya biasanya kan Vi? Mending loe ikut gue aja Vi, gue ga bakal ngapa-ngapain loe kok santai aja. Percaya ama gue.” Kata Alvin sambil menarik tangan Sivia ke arah motornya. sedangkan Sivia hanya bisa menelan ludahnya yang terasa kering itu.

“Cepetan naik Vi, ga usah ragu-ragu.” Ucap Alvin sambil memakai helm fullface nya.

                Sivia hanya bisa diam sambil menuruti perkataan Alvin. Perlahan Alvin mulai menjalankan motornya. Sivia pun tak tau harus berpegangan dimana, karena tak ada satupun benda yang dapat ia gunakan untuk  berpegangan kecuali tubuh Alvin.

                Alvin memacu motornya begitu cepat dan tiba-tiba ia menekan rem mendadak sehingga membuat Sivia memeluk nya erat sekali. Dengan segera, sivia melepas pelukannya itu. Alvin tau kalau Sivia saat ini sedang ketakutan karena ia memacu motornya dengan kecepatan tinggi. Perlahan Alvin mengarahkan tangan Sivia untuk berpegangan dengan cara melingkarkan tangan Sivia ke pinggangnya. Sivia pun sontak kaget dengan apa yang di lakukan oleh alvin, namun Sivia hanya bisa menuruti apa yang Alvin perintahkan kepadanya.

---

                Disisi lain, Gabriel, Shilla, dan Ify pun berada dibawah naungan mega mendung yang menghantui sore itu. sebercik dua bercik tetes hujan membasahi alam ini. Mereka bertiga pun memilih untuk berteduh di sebuah saung yang berada di taman itu. Setelah hujan reda dan muncul matahari yang tadinya bersembunyi maka mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mengitari taman ini.

“Kak, Ify boleh ke jembatan yang mengarah ke tengah danau itu?” tanya Ify.

“Boleh kok sayang... kakak antar yaa!” jawab Gabriel

“Iya kak.” Kata ify

                Gabriel dan Shilla pun akhirnya mengantarkan Ify ke ujung jembatan itu. Tibalah ify fi ujung jembatan itu. Nampaklah sebuah pelangi yang muncul akibat hujan deras yang menerpa tadi dan disana juga nampak sang surya yang telah bersiap untuk kembali ke alam tidurnya setelah ia bekerja menyinari dunia ini seharian penuh.

“Kak, boleh ga Kak Gabriel sama Kak Shilla ninggalin Ify seharian disini? Nanti baru kalian boleh kesini setelah matahari tenggelam. Ify mohon.” Pinta Ify

“Baiklah kalu itu mau kamu dek, tapi kalau ada apa-apa segera telpon kakak ya. Kakak ada di lapangan basket dulu itu dek, kakak mau ke rumah pohon. Oke?” tanya Gabriel.

“Oke kak!” Jawab Ify

                Gabriel dan Shilla pun akhirnya meninggalkan Ify sendiri di ujung jembatan itu. Gabriel dan Shilla berjalan menyelusuri jalanan dan tibalah mereka di lapangan basket yang tepat disampingnya ada rumah pohon yang bertengger kokoh disana.

---

                Sedalam-dalam udara yang dihirup oleh gadis yang ada di ujung jembatan ini membuat sang gadis merasa lega dan tenang. Ia menghirup udara dalam-dalam seraya memejamkan matanya. Di dalam otaknya sedang me replay kejadian-kejadian beberapa tahun yang lalu tepat di tempat ini dan di suasana yang seperti ini. Namun saat ini di tambah keelokan pelangi yang menghiasi sunset ini, namun tak ada lagi sosok pangeran tampan dsisinya.

“Haii Pangeran. Dimana kamu?Aku sangat merindukanmu.” Kata Ify

“Aku sudah menepati janjiku. Dimana disaat aku merindukanmu aku akan datang kesini disaat waktu menjelang matahari meninggalkan singgasananya yang damai itu dan aku akan mengenang semua peristiwa-peristiwa kita.” Lanjut Ify sambil menitihkan air mata.

“Dan sekarang, mana janji kamu? Mana janji kamu yang akan datang disaat aku disini?” ucap Ify menahan tangisnya.

“Dimana kamu pangeran tampan? Dimana kamu? Aku merindukanmu.”

Bintang malam sampaikan padanya
Aku ingin melukis sinarmu dihatinya
Embun pagi katakan padanya
Biar kudekap erat waktu dingin membelenggunya
Tahukah engkau wahai langit
Aku ingin bertemu membelai wajahnya
Kan ku pasang hiasan akngkasa yang terindah
Hanya untuk dirinya
Lagu rindu ini ku ciptakan
Hanya untuk pangeran tampanku tercinta
Walau hanya nada sederhana
Ijinkan ku ungkap sejenak rasa dan kerinduan


“Seandainya kaki ini mampu melangkah lagi, seandainya diri ini mampu berjuang lagi, dan seandainya jiwa ini masih menyatu lagi, takkan kusiasiakan hidupku dan hidupmu lagi! Aku berjanji!”

“Dan aku berharap penuh kepada Tuhan, tolong pertemukanlah jiwaku dan jiwamu di tempat ini suatu saat nanti. Aku mohon, aku ingin bertemu dengan mu lagi.”

“Dibawah batu yang berlumut itu, terdapat seukiran batu yang menjadi saksi bisu keberadaanmu di dalam seluk beluk kehidupanku. Dan di tempat ini lah semua deru haru menyelimutiku. Tempat ini lah yang menjadi saksi bisu akan kehadiran dirimu di dalam jiwa ku. Tempat inilah satu-satunya saksi bisu yang tersisa diantara kisah kasih cintaku kepadamu. Aku sangat mencintaimu, Pangeran Tampanku..” Ucap Ify tak mampu menahan haru.

"Ingin rasanya ku dekap rembulan, ku hentikan perputaran rotasi waktu yang terus berjalan maju meninggalkan segersit waktu ku bersamamu. ku ingin dirimu kembali lagi merajut kisah kita, kisah yang tak akan pernah terkikis oleh apapun!" tambah Ify

                Ify menangis tersedu-sedu bersama menghilangnya sang mentari dari hadapannya. Hingga tibalah Gabriel dan Shilla yang membuyarkan tangisan Ify. Garbiel sontak berlutut untuk menyamakan tingginya dengan sang adik seraya memeluk adik semata wayangnya ini. Gabriel tau apa yang sedang sirasakan oleh adiknya ini.


                Perlahan kursi roda Ify didorong oleh sang kakak meninggalkan tempat itu, disamping sang kakak juga ada seorang bidadari cantik yang berjalan seirama dengannya. Bidadari yang selalu siap sedia untuk Ify, bidadari yang selalu me motivasi dirinya. Berat rasanya hati Ify meninggalkan tempat yang menjadi saksi bisu kebersamaan dirinya dengan pangeran tampannya. Sungguh ia sangat ingin bertemu dengan pangeran tampannya saat ini.

Kamis, 27 November 2014

CERBUNG CRAGSISA LOVE AND LIFE PART 8

CRAGSISA LOVE AND LIFE

Part 8 (Welcome Back To Indonesia)

Beberapa bulan kemudian...

                Anggota CRAG serta Agni dan Shilla sedang berkumpul di rumah Gabriel malam ini. Tepat malam Minggu mereka habiskan bersama. Malam ini mereka berpesta BBQ sambil bernyanyi-nyanyi ria di halaman belakang rumah Gabriel yang cukup luas itu. mereka merasa malam ini ada yang istimewa, tak seperti malam minggu biasanya, namun mereka tak tau apa yang istimewa. Tiba-tiba,

TOK... TOK... TOK...

“Bro, kayaknya ada tamu deh.” Ucap Rio

“Loe buka aja yo, gue nanggung nih takut gosong sosisnya.” Ucap Gabriel sambil membolak balikkan sosis yang sedang dibakarnya.

                Rio pun melangkahkan kakinya menuju ruang tamu. Ia melangkahkan kaki nya lebih tepat dari biasanya. Ketika ia membuka pintu..

KLEKK...

                DEG, Jantung Rio seolah berhenti berdetak saat itu. ia merasa ada getaran tersendiri saat ia melihat siapa tamunya ini. Ia merasa memiliki sebuah ikatan batin yang begitu kuat dengan gadis ini. Ia seperti merasa sudah akrab dengan gadis yang duduk di kursi roda itu. Hm, benar juga ia pernah bertemu dengannya. Ia pernah bertemu dengannya hanya di VideoCall dulu saat Gabriel dan teman-temannya sedang melakukan video call dengan adiknya. Ya, gadis ini adalah Ify, adiknya Gabriel yang tinggal di Australia.

                Tak hanya Rio yang merasakan ada getaran tersendiri, Ify pun juga merasakan hal yang sama dengan Rio. Ify merasakan ada getaran yang membuat jantungnya berdegup lebih cepat dan tak beraturan notasinya. Dari ujung rambut hingga pangkal kaki terasa seperti tersengat aliran listrik bertegangan 220 V. Ify merasa pria ini pernah dekat dengan dirinya, ia merasa bahwa pria ini pernah mengisi lembaran-lembaran kosong dalam hidupnya menjadi lebih indah.

“Siapa sih yo? Kok lo buka pintunya lama bang...” ucapan Gabriel terpotong saat ia melihat sesosok gadis yang duduk di kursi roda dan seorang perempuan yang usianya sepadan dengannya berdiri di belakang kursi roda itu.

“IFYYYY...!!!!!” Teriak Gabriel begitu girangnya saat mengetahui itu benar-benar Ify.

Gabriel pun langsung berlutut untuk menyamakan tinggi badannya dengan kursi roda yang dikenakan oleh adiknya tersebut. Perasaannya tidak dapat diukir betapa bahagianya saat ia mengetahui bahwa adiknya telah kembali ke pelukannya lagi. Gabriel menatap mata seseorang yang berdiri di belakang kursi roda Ify lalu memberikan seulas senyum penuh arti kepada sang gadis itu, gadis itu tak lain adalah Shilla.

“Fy, Shil, ayo kita buat kejutan di belakang. Buat mereka terkejut seperti kamu dan kak Shilla membuat kaget kakak.” Ucap Gabriel.
            Gabriel pun mendorong kursi roda Ify. Disamping Gabriel terdapat Shilla yang berjalan beriringan dengan langkah Gabriel.  Di belakang Gabriel dan Shilla ada sepasang kaki yang mengikuti langkah mereka, yaitu langkah Rio. Hingga mereka tiba di halaman belakang, mereka yang ada di halaman belakang masih asyik dengan kegiatannya masing-masing. Cakka masih berfantasi dengan kacanya, Agni masih asyik dengan bola basketnya, Alvin masih asyik dengan gitarnya, dan Sivia masih bercuri-curi pandang untuk melirik dan memandangi wajah Alvin. Ify pun sangat merindukan moment-moment seperti ini. Terakhir mereka berkumpul bersama seperti ini kurang lebih 8,5 tahun yang lalu saat mereka masih kecil.

“GUYS TENGOK KESINI...!!!!!!!!” Teriak Gabriel sehingga membuat mereka semua meninggalkan alam mereka baru saja.

“IFFFFFFFFFYYYYYYYY..............!!!!!!!!!! SHILLAAAAAA...!!!!!!” Teriak semuanya.

                Semuanya pun mendekati Ify dan Shilla, lalu mereka saling berpelukan dan ber cipika cipiki. Rio merasa seperti orang asing karena ia lah satu-satunya manusia yang menjadi pendatang baru disini. Alvin pun dengan segera langsung memeluk Ify erat-erat. Awalnya Ify pun enggan untuk membalas pelukan Alvin, karena pada saat ia koma dulu ia sempat mendengar curhatan Sivia kepadanya, walaupun Sivia tak mengetahui jikalau saat itu Ify dapat mendengarnya. Saat itu Sivia curhat kalau ia menyukai. Mencintai, serta menyayangi sosok seorang Alvin. Namun untuk menghormati Alvin, akhirnya Ify pun memberanikan diri untuk membalas pelukan Alvin yang berjalan begitu lama.

“Eh Cakkue, gimana pesona dan ketampanan loe yang tiada tara itu udah ada yang luntur belum Cak? Atau bahkan udah ilang?” tanya Shilla meledek Cakka.

“BIG NO NO Shilla. Pesona dan ketampanan dari seorang Tuan Cakka Kawekas Nuraga masih tetap dan akan terus bertambah setiap hari nya. Eitsss,, jangan-jangan loe naksir gue ya Shil? Ya jangan-jangan aja loe Love at the first sight gitu sama gue.” Jawab Cakka panjang lebar.

“Ih hoek banget gue naksir ame Cakkue Basi kaya loe gitu. Hoek banget gue. Bakal jadi apa tar keturunan gue.” Jawab Shilla.

“Tuh dengerin Cak, apa yang Shilla bilang.” Tambah Gabriel sambil menjitak kepala Cakka.

“Sakit masee, kula nggih ngertos anggenipun mba Shilla menika kagunganipun panjenengan.” Ucap Cakka dengan bahasa jawa nya.

“Hehehehe...” jawab Gabriel

“Loe ngomong apa sih Cak? Pake kula kula apa itu? apaan tuh artinya?” tanya Shilla.

“Karena gue sama kakak Cakkue Bisa bahasa kaya begituan, jadi gue mau bantu kak Shilla yang cantik ini buat menterjemahkan kalimat kak Cakkue tadi. Jadi, kak Cakkue itu tadi bilang kal...” ucap Agni tetapi langsung di bekap mulutnya oleh gabriel.

“Ah gapapa kok Shil itu Cuma canda doang.” Kata Gabriel.

“Eh enggak kok Shil, itu kagak bercanda. Gue berani sumpah.” Kata Cakka dan langsung mendapat pelototan dari Gabriel. Shilla pun menjadi semakin bingung.

                Sementara itu, Sivia merasa hatinya tercabik-cabik saat ini. Ia tak bisa mengontrol rasa cemburunya kepada sahabatnya sendiri, Ify. Hati Sivia terasa seperti dihujani ber juta-juta meteor yang jatuh di ladang gandum dan terjadilah chocho crunch -_-. Sivia merasa tak kuat dengan apa yang sedang ia saksikan secara live saat ini. Ia sedang melihat Ify dan Alvin yang sedang berpelukan dengan erat dan tidak segera melapaskan pelukan mereka sejak tadi, pelukan mereka udah lama banget. Sampai akhirnya Sivia memutuskan untuk pergi.

“Gu.. gu..gue.. ke.. to.. toilet.. du..lu.. guys.. per.. per..misi...” kata Sivia sambil terbata-bata menahan tangisnya.

                Ify yang menyadari itu semua langsung melepaskan pelukan Alvin dan sontak Alvin pun langsung berdiri. Ify menggerakkan kursi rodanya menuju ke toilet dan disusul oleh Agni sama Shilla. Ify terus mencoba mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi yang dari luar terdengar suara kran yang sedang di nyalakan. Ify tau kalau saat ini Sivia sedang menangis terbahak-bahak, eh maksudnya tersedu-sedu karena pelukannya dengan Alvin tadi. Agni pun juga sudah mengetahui perasaan Sivia yang sesungguhnya, begitupun dengan Shilla yang saat mereka masih di Australi Ify sempat menceritakan itu kepadanya.

                Sivia masih stress di dalam kamar mandi. Ia menangis sejadi-jadinya di kamar mandi. Ia berteriak mengeluarkan semua emosinya. Namun ia kemudian tersadarkan kalau pintu kamar mandi sudah di ketuk-ketuk daritadi. Sivia pun mencoba menetralkan semuanya. Setelah itu ia mencoba keluar kamar mandi dengan fake smile nya yang sudah ia persiapkan dari tadi untuk menutupi semua kesakitan hatinya.

“Ada apa kok pintunya di ketok-ketok?” tanya Sivia polos.

“Gue tau kok loe sebenarnya kenapa Vi, loe harus jujur sama kita. Loe juga harus tau Vi kalo kejadian pelukan tadi itu tak semata-mata pelukan yang lebih dari pelukan seorang kakak dan adik yang sudah lama tak bertemu Vi. Kamu yakini itu Vi.” Jelas Ify

“Iya kok aku gapapa. Itu bukan masalah itu kok. Aku Cuma lagi agak flu aja fy, maklum ini kan udah malem jadinya gue kayak gini deh. Hehehe.. “ jawab Sivia mencoba menutupi rasa sakit hatinya itu.

                Disisi lain, tak hanya Sivia yang merasa cemburu dengan tindakan Alvin tadi. Ya, Rio merasa ada sebuah pengganjal yang bersarang di hatinya saat melihat Alvin dan Ify berpelukan. Namun kenapa Rio cemburu? Ia saja baru mengenal Ify dan baru kali ini ia bertemu langsung dengan sosok yang bernama Ify itu. lalu Rio memilih untuk bermain gitar di tepi kolam dan bermain air kolam dengan menggunakan kedua kakinya.

                Acara BBQ dan outdoor party tetap berlanjut hingga larut malam. Kali ini mereka semua memilih untuk bermalam di rumah Rio. Pagi harinya, mereka mengadakan jogging. Untuk menjaga kestabilan tubuh Ify, Ify belum di perbolehkan untuk lari. Bahkan untuk jalan pun ia belum di perkenankan untuk saat ini. Mungkin satu minggu lagi baru ia di perbolehkan untuk berjalan kemana-kemana tanpa menaiki kursi roda lagi.

                Gabriel masih setia mendorong kursi roda Ify, namun seketika Alvin pun ingin menggantikan posisi gabriel. Sebenarnya Ify enggan untuk didorong oleh alvin, karena pada dasarnya ia akan menyakiti hati sahabatnya, yaitu Sivia.

“Kak Alvin, kak Alvin stop dulu deh dorongnya. Lagian kan udah jauh juga kak Alvin dorong Ify nya. Itu kak gabriel lagi asyik sama kak Shilla, Kak Cakka lagi asyik adu mulut sama Agni, Aku mohon ya Kak, Kakak sama Sivia dulu, aku pingin sama Kak Rio. Aku pingin mengenal lebih dekat siapa itu kak Rio lebih dalam.” Pinta Ify.

“Ya udah deh Fy kalo itu emang kemauan kamu. Kakak gapapa!” jawab Alvin jutek dengan menunjukkan wajah kecewanya.

“Sekali lagi Ify minta maaf kak.” Ucap Ify.

“Iya gapapa Fy!” jawab Alvin malas

                Ify pun sudah melihat sosok Alvin yang sudah mendekati Sivia. Dari ekor mata Ify, ia juga melihat sosok Rio yang sedang asyik berlari kecil sambil mengenakan earphone nya. Ify pun masih canggung untuk ingin ngobrol dengan Rio. Ia memilih untuk menggerakkan kursi rodanya itu ke arah tempat duduk yang bertengger di bawah pohon yang rindang itu. namun, ia merasa kesulitan untuk menggerakkan kursi rodanya itu. tiba-tiba, ada seseorang yang mendorong kursi rodanya. Ify mendongak ke atas dan melihat siapa yang mendorong kursi rodanya itu. ternyata, yang mendorong kursi rodanya itu adalah Rio.

“Thanks Kak!” ucap Ify

“Sama-sama Ify, kamu mau ke bangku itu ya?” tanya Rio

“Iya kak, kursi yang kosong itu.” jawab Ify

                Rio pun mendorong kursi roda Ify hingga ke tempat duduk yang dimaksud oleh Ify tadi. Perlahan Ify di bantu Rio untuk berpindah dari kursi roda ke bangku taman yang ada di samping kursi rodanya itu.

“Fy kamu udah berapa lama tinggal di Australi?” tanya Rio membuka percakapan.

“Kurang lebih hampir sembilan tahun kak. Aku sendiri juga lupa kapan aku pindah kesana.” Jawab Ify.

“Oh gitu, kirain baru aja.” Jawab Rio

“Eh iya, kakak sendiri kapan mulai kenal sama kak Gabriel?” tanya Ify

“Semenjak 1 tahun yang lalu Fy, semenjak aku mutusin pindah dari Singapura ke sini. Sebenarnya aku kenal Gabriel sebelum kita satu sekolah.” Kata Rio

“Terus?” tanya Ify.

“Kita ketemu di Bandara pas kita sama-sama mau balik ke Indonesia dari Australia. Terus ternyata kita satu kelas pas aku pindah SMA keisni.” Jawab Rio

“Oh gitu, eh kak aku mau pulang dulu ya kak, aku capek.” Kata Ify.

“oh yaudah kakak anter ya Fy!” jawab Rio

“Ga ngrepotin kak?” tanya Ify

“Enggak kok santai aja, anggap aku kakak kamu aja Fy!” ucap Rio

“Thanks kak!” kata Ify

“Sama-sama Ify!” jawab Rio sambil tersenyum.

                Rio pun mengantar Ify pulang hingga ke rumahnya. Selama perjalanan tak henti-hentiya mereka sambil berbincang dan tak jarang di selingi oleh gelak tawa penuh bahagia yang menyellimuti mereka. Hingga tibalah mereka tiba di rumah Ify. Ify pun memilih untuk ke kamarnya, Rio memilih untuk pergi ke lapangan basket yang ada di halaman belakang rumah Ify. Ify memandangi Rio yang sedang bermain basket dari balkon belakang rumahnya. Ia melihat Rio bermain basket dengan lihai.


                Setelah semua mengetahui kalau Rio dan Ify sudah pulang, Sivial (Sivia Alvin), Gabshill (Gabriel Shilla) dan Cagni (Cakka Agni) pun beranjak pulang ke rumah Gabriel. Setelah sampai di rumah Gabriel, mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing termasuk Rio.

CERBUNG CRAGSISA LOVE AND LIFE PART 7

CRAGSISA LOVE AND LIFE

Part 7 (Sebentar Lagi...)

                Kini Ify masih menjalani proses terapi nya. Shilla masih tetap dengan setia menemani sahabatnya ini. Shilla sangat menyayangi Ify seperti adik kandung nya sendiri. Ify melakukan terapi dengan sangat seirus, sehingga hasil terapinya itu membuahkan hasil yang sangatlah maksimal. Ify melakukan ini semua karena ia ingin sekali cepat-cepat pulang ke Indonesia. Ia merindukan semua tentang Indonesia seisihya.

“Ify semangat...!!!!” timpal Shilla

“Makasih shil, hmm.. mulai sekarang gue manggil loe kakak aja deh. Hehehe..” jawab Ify.

“ya udah deh terserah loe aja Fy!” jawab Shilla

                Shilla sangat senang saat Ify ingin memanggilnya kakak, ia berharap Ify menyetujui perasaan cinta dan sayangnya kepada Gabriel. Ia ingin sekali cinta nya di balas oleh seorang Gabriel, karena Gabriel adalah cinta pertamanya. Shilla pun lalu membuka kunci layar HP nya lalu tersenyum saat melihat wallpaper HP nya. Wallpaper HP nya itu adalah foto saat Shilla dan Gabriel berfoto bersama saat Shilla sedang menemani Gabriel berjalan-jalan menelusuri kota Melbourne.

*Flashback ON*

                Saat itu setelah Ify tersadar dari masa-masa komanya, semua keluarga berkumpul di ruang rawat Ify. Di pagi harinya, Gabriel pun merasa bosan dengan situasi kamar Ify. Karena ia sering berada di ruangan ini. Namun sekarang, di ruangan ini ada Shilla. Gabriel pun memiliki ide untunk meminta Shilla menemaninya berjalan mengitari kota ini.

“Shil, boleh ga gue minta loe anter gue jalan-jalan keliling-keliling Australi?” tanya Gabriel

“mau kak dengan senang hati. Emang kakak mau jalan-jalan kemana?” tanya Shilla.

“Terserah Shilla aja kan yang tau daerah sini Shilla.” Jawab Gabriel.

                Akhirnya Shilla mengajak Gabriel ke beberapa tempat yang terkenal di Australia. Shilla mengajak Gabriel ke “The Great Ocean Road”, Ayers Rock-Uluru, The Great Barrier Reef, Kangaroo Island, Sydney Harbour Bridge, Sydney Opera House, Gold Coast Dreamworld, Kings Canyon, Parnululu National Park, Barossa Valley, dan Walls of Jerussalem nationa park tasmania. Tentu saja tak mungkin sebelas tempat itu di datangi Shilla dan Gabriel dalam waktu sehari, mereka berlibur bersama secara 7 hari berturut-turut.

“Shil, ini Sydney Harbour Bridge nya lampunya lagi bagus banget, kita foto bareng yuk Shil.” Ajak gabriel.

“Oke kak.” Jawab Shilla.
                Mereka mengabadikan moment-moment mereka di ponsel Gabriel dan ponsel Shilla serta menggunakan kamera DSLR milik Gabriel yang tentunya versi terbaru. Mereka ingin mengabadikan moment-moment ini untuk kenang-kenangan. Sebenarnya tak hanya di tempat ini mereka mengabadikan moment mereka, namun moment yang suasananya mendukung untuk ber romantis ria disini.

*Flashback OFF*

                Shilla masih saja tersenyum melihat apa yang ada di layar ponsel nya. Ia masih mengingat kejadian-kejadian yang ia lalui bersama Gabriel dulu. Hingga akhirnya sapaan Ify mengalihkan pikiran Shilla saat ini.

“Ayo kak terapinya udah selesai. Aku pingin ke Sydney Harbour Bridge kak. Boleh kan?” pinta Ify.

“Boleh sayang...” jawab Shilla seraya menarik hidung Ify.

“Ih kakak kayak kak Gabriel aja deh sukanya narik-narik hidung Ify. Ciyeee kakak sehati ni sama kak Gabriel. Eciye,, cuitcuit..” ucap Ify.

“Apaan sih kamu Fy?” jawab Shilla malu
.
                Perlahan Shilla mendorong kursi roda yang ditumpangi oleh Ify. Sebenarnya sedikit demi sedikit Ify sudah diperbolehkan untuk berjalan, namun karena keadaan Ify yang masih lumayan labil sehingga ia harus menumpangi kursi roda untuk sementara waktu. Shilla dan Ify pun menaiki kendaraan umum menuju tempat yang mereka ingin tuju. Ini semua atas permintaan Ify dan di setujui oleh Shilla. Karena kendaraan umum yang ada di sini ga kaya di Indonesia dan tentunya sangat jauh beda kondisinya.

                Tibalah mereka di tempat itu, tempat yang membuat Shilla teringat akan kejadian beberapa waktu yang lalu bersama dengan pangeran hatinya, Gabriel.  Shilla pun mengeluarkan sebuah senyuman yang mempertandakan tempat ini adalah saksi kebersamaannya bersama Gabriel. Shilla ingin mengulangi itu lagi.

“Kak, ayo kita selfie dulu kak.” Ajak Ify

“Oke Nona Alyssa ku.” Jawab Shilla.

                Mereka pun akhirnya ber selfie-selfie ria hingga ter captured banyak sekali photo. Ify merasa rindu kepada sang kakak, ia mengeluarkan ipad nya lalu membuka aplikasi video call dan mencari kontak Gabriel yang saat itu kebetulan sedang ON.

“Kak, mendingan kita VideoCall sama Kak Gabriel ya kak. Ify kangen sama Kak Gabriel.”

“Iya gapapa sayang. Kakak juga kangen. Eh maksudnya...” jawab Shilla keceplosan.

“Apa? Kakak kangen sama Kak Gabriel? Jangan-jangan kakak naksir ya sama kak Gabriel?”. Tanya Ify.

“Enggak gitu Fy, eh itu udah nyambung ke kak Gabriel.”

Dan akhirnya viedo call mereka pun dimulai.

“Hay kak Gabriel, Ify kangen kak. Kak Shilla juga :D”

“Hay Ify, kakak juga kangen sama Ify, kakak juga kangen sama Shilla, eh maksud kakak titip salam buat kak Shilla ya Ify.”

“Eciyee kak Gabriel sama Kak Shilla sama-sama kangen ini.. :D hahahaha...!! eh ada kak Cakkue sama Kak Kodok juga, hay kakak-kakak!!!”

“Hai Ifyyy. Kita kangen loe Fy! Cepet balik ya Fy!” ucap Alvin

“Iya kak sebentar lagi..!!!” jawab Ify.

“Eh iya Fy, ini sahabat kakak namanya kak Rio. Kenalin Rio ini Ify adik gue.” Sahut Gabriel.

“Kenalin nama gue Rio, cepet-cepet balik ke Indonesia ya dek. Kakak kamu udah galau mikirin kamu lho dek.”  Ucap Rio

                Dalam batin Ify, Tuhan dia mirip banget sama pangeran tampan, apa dia benar pengaran tampan? Apa benar dia adalah orang yang telah membangunkanku waktu itu? ah tapi kan namanya pangeran tampan bukan Rio, tapi Vano.

               Dalam batin Rio, Oh Tuhan dia mirip banget sama Peri Cantik. Senyumannya, gaya bicaranya, ah semuanya. Tapi kan nama peri cantik itu Chacha, bukan Ify.

Tiba-tiba suara kegaduhan timbul mendatangi CRAG yang sedang asik dengan viedo call nya.

“HAIII IFYYYYYYY..........!!!!!!!!” teriak Agni dan Sivia. CRAG hanya bisa menutup kedua telinga mereka karena teriakan Sivia dan Agni.

“Haii Sivia, hai Agni. Gue kangen eloo! Sorry ya pas loe berdua sama kak Cakka sama kak Alvin dateng kesini gue belum bisa kayak gini. Tapi gue janji gue bakal balik ke Indonesia secepetnya kok. Gue janji!” jawab Ify

“Oke Fy, kita tunggu kedatangan loe disini Fy!” jawab Sivia sambil menunjuk kusri kosong di sebelahnya.

“Dek, boleh ga kakak ngobrol sama Kak Shilla bentar aja?” tanya Gabriel.

“boleh banget kak :D nanti kalo udah ngobrol sama kak Shilla nya langsung dimatiin aja ya. Ify mau jalan-jalan dulu. Hehehe” jawab Ify

“Oke sayang, hati-hati ya.” Pesan Gabriel.

“Oke kak.!” Jawab Ify.

“Shil, gue pesen tolong jagain adek gue ya. Gue sayang banget ama dia. Anggep aja dia sebagai adek loe sendiri. Loe inegt kan kalo dulu pas kecil loe pingin punya adek kaya Ify? Nah sekarang saatnya loe jadi kakaknya Ify!” pinta Gabriel.

“Oke kak gue bakal ngejagain Ify sepeerti gue ngejaga adik gue sendiri. Gue janji kak!” janji Shilla.

“Gue pegang janji lo Shil.” Ucap Gabriel

“Oke kak, udah dulu ya aku mau nemenin Ify dulu.” Jawab Shilla.

“Siap. Bye Shill” Jawab Gabriel

“Bye Kak!” sahut Shilla

“Eh Shill” Kata Gabriel

“Iya kak?” jawab Shilla

“Gue tunggu loe di Indonesia dan loe bakal tau semuanya.” Kata Gabriel

“Iya kak, tunggu aku sampai di Indonesia beberapa waktu lagi.” Jawab Shilla.

“Oke gue tunggu Shil.” Sahut Gabriel

“Iya kak Shilla juga nunguu.” Jawab Shilla

“Iya Shil gue juga.” Ucap Gabriel.

“Ya udah dulu ya kak kalo kaya gini ga selesai-selesai kak.” Kata Shilla

“Oke.” Jawab Gabriel

“Bye Shilla sayang..” lanjut Gabriel lirih namun bisa di dengar oleh Shilla dan Shilla tersenyum.

                Shilla pun akhirnya memutuskan sambungan video call itu. Shilla lalu menemani Ify jalan-jalan. Ify sangat menikmati jalan-jalan itu sama Shilla. Ify sudah menganggap Shilla sebagai kakak nya sendiri. Begitupun dengan Shilla, ia telah menganggap Ify sebagai adiknya sendiri.

                Shilla masih mengingat kata-kata gabriel tadi. Rasanya ia ingin sekali berlama-lama ngobrol dengan Gabriel, tapi situasi yang tak mungkin saat ini. Shilla saat ini sedang bersama dengan Ify, dan Gabriel sedang bersama teman-temannya. Ia tak mungkin ingin ber ngobrol ria dan bercanda di depan orang banyak. Mereka masih jaim untuk masalah ini.

                Shilla masih memutar kembali kata-kata Gabriel yang menyebutkan kata “SAYANG” tadi. Walaupun lirih, tapi Shilla dapat mendengarnya dengan jelas. Sama seperti di tempat yang saat ini sedang diduduki oleh Shilla.

*Flashbak ON*

                Setelah mengitari tempat ini, Shilla dan Gabriel pun duduk di sebuah bangku yang tempatnya sangat strategis. Saat itu mereka masih tetap berselfie-selfie ria di bangku itu. lalu Gabriel merasa sangat lelah dan ingin menyandarkan kepalanya. Shilla pun sedang melihat-lihat foto mereka di kamera SLR Gabriel.

“Shil, gue boleh nyandarin kepala gue ke pundak loe? Gue ngerasa capek banget.” Ucap Gabriel.

“Boleh kok kak dengan senang hati.” Jawab Shilla.

“Gue sayang loe Shil.” Ucap Gabriel lirih namun bisa di dengar oleh Shilla yang sedang melihat-lihat foto mereka.

                Shilla hanya diam saja karena ia takut kalau itu hanya ia yang ke GR an dan hanya halusinasinya saja. Namun dalam hatinya sangat yakin kalau itu memang suara Gabriel.

*Flashback OFF*

                Shilla dan Ify pun telah lelah berjalan-jelan di tempat ini. Mereka memutuskan untuk pulang ke rumah Shilla. Selama di perjalanan Ify sangat menikmati perjalanan ini. Ia merasakan nyamannya menggunakan alat transportasi massal yang nyaman di negara ini. Ify dan Shilla dengan tak henti-henti nya mengobrol dan sesekali di selingi oleh tawa-tawa kecil yang tersirat di obrolan mereka. Mereka nampak begitu bahagia saat itu.


                Tibalah mereka di rumah Shilla, mereka langsung memasuki rumah. Setelah membersihkan diri dan sebagainya, Ify menuju ke ruang keluarga dan di susul oleh Shilla. Tak lama kemudian, muncullah dokter Atma dan Bunda Tiar yang tak lain adalah orang tua dari Shilla. Mereka pun kemudian ngobrol-ngobrol bersama. Untuk sementara waktu memang Ify tinggal di rumah Shilla krena Ify tidak ada yang menemani. Papanya sedang ada tugas di New York, sedangkan Oma dan Opa nya sedang ada di London.

CERBUNG CRAGSISA LOVE AND LIFE PART 6

CRAGSISA LOVE AND LIFE

Part 6 (Pemuda itu lagi?)

                Matahari mulai menampakkan sinarnya, burung pun terus berkicau menunjukkan kemerduannya. Pagi itu, Gabriel telah bersiap diri untuk menyambut pagi hari nya. Gabriel duduk di meja makan sendirian. Ia sudah terbiasa dengan hal ini semenjak sang adik berpindah ke Australi. Namun tak mengapa untuk Gabriel. Suatu saat nanti, ah lebih tepatnya sebentar lagi sang adik akan segera menemani hari-hari nya. Hari ini adalah hari pertama ia masuk dan duduk di bangku kelas XI. Ia merasa kini ia harus lebih tanggung jawab lagi.

                Setelah ia telah melahap beberapa lapis roti dan sudah ia rasa cukup untuk mengganjal perutnya itu, ia segera menuju ke garasi nya dan ia memilih untuk mengenakan motornya. Ia ingin pagi ini ia sambut menggunakan sepeda motor hitamnya itu. Perlahan ia mengenakan helm fullface nya lalu ia menstater motornya dan mulai mengegas dan akhirnya sampailah juga ia di sekolahnya. Di parkiran, ia ketemu sama Cakka dan Alvin yang tak lain adalah sahibnya Gabriel.

“Gabriel mamen!” ucap Cakka dan Alvin sambil bertos-tos ria dengan Gabriel.

“Hallo Bro!” jawab Gabriel sambil membalas tos dari Cakka dan Alvin.

“Buruan bro masuk kelas gua mau ngopast PR lu broo!” ucap Cakka sambil melirik ke arah Gabriel.

“Ah elu cak, bisanya Cuma main copast-copast doang. Dasar Cakkue lu.” Jawab Gabriel.

“Hehehehe...” jawab Cakka sambil nyengir.

“Eh Bro, kapan Ify balik? Gue udah kangen ama dia.” Tanya Alvin sambil merangkul pudak Gabriel.

“Rencana 3 bulan lagi bro! Berharap aja lebih cepat ya!” jawab Gabriel dan hanya di beri anggukan oleh Alvin.

                Mereka berjalan melalui lorong-lorong sekolah sambil tersenyum kepada semua orang yang berpapasan dengannya. Mereka adalah idola di sekolah ini. Saat mereka melintas di sekolah pun mereka seperti dikagumi oleh beribu-ribu fans-fans nya, apalagi saat mereka udah terjun ke lapangan basket, beuh.. udah berasa kaya di suatu konser tertentu dengan membeli tiket yang harganya selangit.

Langkah mereka pun terhenti di depan pintu sebuah kelas, mereka menatap sebuah papan kayu kecil yang bertengger di sana, XI MIA 1 yang notabene adalah kelas yang berisi anak-anak yang IQ nya melebihi batas normal, kelas yang berisi anak-anak yang luar biasa. Guru-guru yang masuk ke ruang ini adalah guru-guru yang sudah di test tingkat kesabarannya. Betapa tidak, saat guru-guru sedang menjelaskan panjang kali lebar dengan penuh ocehan hanya dianggap sebagai angin lalu oleh orang-orang yang menghuni ruangan ini. Namun ketika mereka melaksanakan ulhar ataupun ujian akhir, hasilnya tak bisa di bandingkan dengan sikap mereka, hasilnya sangat dan sangat luar biasa mengalahkan kemampuan bapak ibu guru disini.

                Bel telah berdering menandakan sudah saatnya KBM dimulai. Seperti biasa, kelas Gabriel telah ramai melebihi ramainya pasar tradisional yang isinya ibu-ibu yang sibuk menawar harga. Gabriel masih tetap stay dengan bola basket yang ia mainkan di tangannya, Cakka masih asik dengan kacanya dan berfantasi di alam ketampanannya, dan Alvin masih asik dengan Iphone nya. Tiba-tiba Mr. Jo masuk ke kelas itu bersama seorang anak laki-laki yang tampak begitu memukau kaum hawa yang ada di kelas ini.

“Good Morning students! How are you?” tanya Mr. Jo

“We are fine. And you Sir?” tanya anak-anak.

“I’m fine too, thankyou. Today, you have a new friend. Let’s introduce your self!” jawab Mr. Jo

“My name is Mario Stevano Aditya Halling. You can call me Rio. I come from Australia, but i can speak indonesia well. Thanks” perkenalan Mario cukup jelas dan cukup padat.

“Rio, silahkan duduk di samping Gabriel.”

“Baik Pak.” Jawab Rio enteng.

                Rio pun melangkahkan kakinya langkah demi langkah hingga akhirnya ia sampai di tempat duduk pojok paling belakang. Disana sudah ada Gabriel yang sejak tadi memang sudah bertengger disana. Gabriel menyambut kedatangan Rio dengan seulas senyum ikhlas nya.

“Ketemu lagi Bro!” sapa Gabriel ramah.

“Iya Bro, gue ga bakal ngira kalo kita bakal ketemu lagi Bro!” jawab Rio.

                Alvin dan Cakka hanya bisa menatap Rio dan Gabriel dengan tatapan melongo. Mereka pun bingung kenapa mereka bisa seakrab itu, seperti yang mereka ketahui kalau Gabriel itu ya akrabnya cuma sama mereka aja dari jaman TK sampai sekarang. Ya walaupun Alvin dan Cakka merasa Rio ini sedikit mirip dengan teman SD nya, Vano. Dulu Vano memang satu SD dengan Alvin, Gabriel, dan Cakka, tapi Vano ada di kelas A dan mereka bertiga ada di kelas B.

“Eh iya bro sorry, gue ngacangin loe berdua. Ya udah deh gue kenalin nama dia Rio.” Ucap Gabriel.

“Gue Alvin.” Jawab alvin sambil berjabat tangan dengan Rio.

“Gue Cakka Kawekas Nuraga yang pesona dan ketampanannya tiada tara.” Ucap Cakka dengan PD nya dan mendapat jitakan di pelipis kanan dan kirinya dari Alvin dan Gabriel.

“Gue Rio, gue seneng deh bakal punya temen kaya loe-loe pada.” Jawab Rio.

“Eh iya bro, kok loe udah kenal sama Rio aja? Ah si Gabriel kagak asyik dia punya temen kagak mau ngenalin temennya ke kita-kita. Iya kagak cak?”. Ucap Alvin

“Yoi loe bener bro!. Tapi tuh ya sebener-bener nya loe ngucap kaya begituan, pesona dan ketampanan loe itu masih belum ada apa-apanya sama Tuan Cakka Kawekas Nuraga yang pesona dan ketampanannya tiada tara bro!.” Jawab Cakka panjang lebar padahal kagak ada nyambungnya sama sekali.

“KAGAK ADA HUBUNGANNYA CAKKUE!!!”. Jawab Gabriel dan alvin serta diikuti oleh Rio, tak lupa Cakka pun mendapat jitakan di kepalanya dari ketiga temennya itu.

“Hehehehehe...” jawab Cakka.

                Akhirnya, Gabriel menceritakan semuanya kepada Alvin dan juga Cakka bagaimana sebenarnya kenapa mereka bisa seakrab tadi. Mereka berempat pun akhrinya memutuskan untuk melupakan Mr. Jo yang sedang menjelaskan di depan. Mereka berempat pun langsung akrab seperti sudah kenal lama dan sedang melakukan reunian.

“Eh, gue punya ide nih guys.” Ucap Rio seketika.

“Apa?” tanya Gabriel, Alvin dan Cakka.

“Kan kita berempat nih guys, nama depan gue pake R, nama denpan Gabriel kan G, nama depan Alvin kan pake A, dan nama  Cakka kan depannya pake C tuh. Gue ada ide gimana kalo kita sebut diri kita itu “CRAG” guys? Biar keren gitu.” Jawab Rio.

“Oke gue setuju tuh apa yang loe kata yo, bener banget tuh kdaripada kita harus nyebut nama satu-satu kan kelamaan kalo pas lagi di via chat atau apa.” Jawab Garbiel.

“Gue juga setuju!” tambah Alvin

“Gue setuju-setuju aja sih, tapi perlu kalian ketahui ya kalo dari CRAG itu yang paling ganteng dan paling cool itu ya Tuan Cakka Kwekas Nuraga yang pesona dan ketampanannya tiada tara! Oke?” jawab Cakka.

“Ah elu dasar Cakkue bisanya Cuma numpang eksis doang. Dasar Cakkue.” Jawab Alvin.

“Ah daripada elu kodok sipit.”

“Elu Cakkue!”

“Elu Cina gendeng!”

“Elu Cicak keinjek!”

“Gue ganteng!”

“Gue cakep!”

“Gue cool!”

“Gue keren!”

                Gabriel dan Rio yang hanya melongo melihat mereka berantem. Rio dan Gabriel hanya memangku wajahnya dengan kedua tangannya kaya chibi-chibi di atas meja sambil membuka mulut mereka membuat huruf O. Tak disadari oleh Cakka dan Alvin yang sedang asik beradu argumen kalau baru saja bel istirahat telah berdering. Baru mereka sadari kalau Rio dan Gabriel telah beranjak dari tempat duduknya dan sekarang mereka sampai di ambang pintu. Ya mereka pasti menuju ke kantin sekolah saat istirahat seperti ini.

“Ah elu si Kodok gara-gara elu kita ditinggal sama Rio Gabriel.” Omel Cakka.

“Ah dasar lu Cakkue!” jawab Alvin.

                Akhirnya dengan deru langkah yang begitu cepat, mereka bisa menyamai langkah Gabriel dan Rio. Semua pasang mata yang berada di sepanjang lorong sekolah hanya bisa melongo terkagum-kagum saat rombongan CRAG melewati mereka. Hingga tibalah mereka di kantin yang saat itu sangatlah penuh. Mereka bingung mau duduk dimana. Gabriel mencoba untuk menelusuri seluk beluk keramaian itu, hingga akhirnya mata Gabriel berhenti saat ia melihat dua sosok gadis yang ada disana. Gabriel segera mendekati 2 gadis itu dan hanya di buntuti oleh Rio, Cakka, dan Gabriel.

“Haii Agni, Sivia, kakak sama temen-temen kakak boleh duduk gabung kalian?” tanya Gabriel.

                Sivia yang mengetahui kalau disitu ada Alvin ia hanya bisa diam saja sesekali dan bahkan sangat sering ia memilih untuk menunduk.

“Boleh kok  kak, dengan senang hati kak.” Jawab Agni ramah.

“Agni, gue masih cakep kan? Masih kaya pangeran kan? Dan tentunya, pesona dan ketampanan gue yang tiada tara itu belum luntur sedikitpun kan?” tanya Cakka panjang lebar.

“Serah lu mau ngomong apa kak!” jawab Agni singkat.

“Biarkan anjing menggonggong, iya ga Ag?” tanya Alvin.

“Yoi bener kak. Setuju banget gue ama lu kak!” jawab Agni.

                Cakka hanya bisa mendengus kesal dan memberi pelototan matanya kearah Agni dan Alvin. Tapi Alvin dan Agni hanya bisa menjulurkan lidah mereka panjang-panjang ke arah Cakka.

“Eh iya Ag, Vi, kenalin dia ini namanya Rio dia pindahan dari australia. Kenalin yo,ini Via sama Agni. Mereka udah kita anggep kaya adik kita sendiri.” Ucap Gabriel.

“Gue Rio.” Ucap Rio sambil menjulrukan tangannya.

“Agni.”

“Sivia.”

                Semua masih pada sibuk dengan makanannya. Cakka masih asik menyantap mie ayam pesanannya sambil berkaca-kaca ria. Sivia pun masih nerves akan keberadaan Alvin disini. Ia sesekali melirik ke arah Alvin, dan tak jarang mata mereka bertemu dan Sivia pun langsung menunduk. Untuk menutupi ke nervesannya, Sivia mencoba untuk mengeluarkan suaranya.

“Kak, kapan Ify pulang ke Indo? Sivia udah kangen banget sama Ify kak.”

“kemungkinan sebentar lagi Vi, sabar aja. Walaupun kini Ify udah membaik tapi kan masih perlu proses rehabilitasi. Karena kan alasan kesadaran Ify juga masih di pertanyakan kenapa tiba-tiba kaya gitu.” Jawab gabriel.

“Oh ya ya..” jawab Sivia.


                Bel masuk pun berdering, akhirnya mereka kembali ke habitatnya masing-masing setelah menghabiskan makanan pesanan mereka. 

CERBUNG CRAGSISA LOVE AND LIFE PART 5

CRAGSISA LOVE AND LIFE

Part 5 (The Power Of First Kiss)

7 tahun 7 bulan dan 7 jam, Lantai 7 VVIP nomor 77

                Kini gadis itu masih terlelap di dalam masa kritisnya, 7 tahun 7 bulan dan 7 jam telah ia lalui dengan diruangan di lantai 7 di ruang rawat VVIP no 77 dengan berbagai macam alat medis yang menghiasi tubuhnya. Ia masih lunglai untuk bangun. Ia masih menunggu sang pangerannya untuk mambangunkannya. Tiba-tiba pintu kamar rawat gadis itu dibuka oleh seseorang yang duduk di kursi roda itu, pemuda yang memancarkan senyum dan wibawa nya.

*Flashback ON*

                Pesawat yang dinaiki oleh pangeran itu telah landing dengan baik di Bandara Internasional terbesar di benua ini. Ia langsung beranjak ke rumah sakit tercanggih pula yang ada di benua ini. Entah kenapa ia langsung sehat ketika ia sampai di rumah sakit ini. Feeling nya berkata ia harus menuju ke salah satu kamar yang ada di rumah sakit ini, ia harus mengunjungi kamar yang ada di lantai 7 VVIP nomor 77. Akhirnya setelah ia sampai di rumah sakit itu dan setelah menjalani check up ia langsung menuju ke ruang rawat yang ditunjukkan oleh feelingnya.

*Flashback OFF*

                Pemuda itu perlahan mulai menggerakan kursi rodanya mendekati sang gadis yang masih 
tergeletak lemah di atas tempat tidur itu. Perlahan ia membelai rambut gadis itu, lalu ia memberanikan diri untuk mencium keningnya. Terasa sangat damai di hati nya, ia merasa ingin selalu ada di dekat sang gadis ini, padahal ia tak tahu siapa gadis ini karena sebagian ingatannya sedikit pudar akibat kecelakaannya dulu. Nalurinya berkata untuk memberikan first kiss nya kepada gadis ini, perlahan ia mendekatkan wajahnya ke wajah gadis ini. Perlahan lahan tapi pasti, pemuda ini menempelkan bibirnya kepada bibir gadis ini. Kedamaian terasa menjalar ke seluruh tubuh pemuda ini. Ciuman yang berlangsung cukup lama ini perlahan membuat pemuda ini lebih sembuh lagi. Perlahan gadis ini menggerakkan tangannya setelah itu secara sangat pelan sang gadis membuka matanya, dan akhirnya mata mereka bertatapan dalam posisi mereka masih berciuman. Benar-benar ciuman yang menyalurkan kedamaian dan kekuatan bagi keduanya. Setelah beberapa lama mereka bertatapan, akhirnya mereka melepas ciuman mereka setelah mereka merasa semua tubuh mereka telah kembali seperti semula. Mungkin ini lah yang disebut dengan “The Power Of First Kiss”. Pemuda dan gadis itu saling tersenyum memberikan sebuah ketenangan tersendiri bagi mereka.

                Feeling pemuda itu berkata agar ia mencium punggung tangan gadis itu. ia mengikuti apa saja yang diinginkan oleh feelingnya itu. Pemuda itu mencium punggung tangan sang gadis itu untuk menyalurkan kedamaian (lagi). Namun, feeling nya berkata ia harus pergi sekarang, setelah ia mendapatkan dan memberikan kekuatan kepada gadis itu. ia harus membuktikan kepada sang Papa dan Mamanya jikalau sekarang dia benar-benar sudah sehat. Untuk berjalan pun ia sudah mampu, namun untuk menjaga kestabilan tubuh ia akan kembali ke ruang rawatnya menggunakan kursi roda.

                Perlahan bayangan pemuda itu menghilang dari pelupuk mata sang gadis. Namun yang masih diingat oleh gadis itu, saat ia akan pergi ia telah meninggalkan sebuah senyuman di ambang pintu yang membuat gadis itu semakin bersemangat untuk menjalani kehidupan kedepannya. Pemuda itu yang telah mengembalikan ia ke alam dunia sekarang ini, terimakasih wahai pemuda! Sang gadis itu pun tak henti hentinya bersyukur terhadap Tuhan karena sudah memberinya kepercayaan untuk tinggal di bumi ini.

---

                Pemuda itu telah kembali ke ruang rawatnya, disana terlihat sepi tidak ada siapapun.mungkin Mama dan papanya sedang mengurus administrasi dan urusan pindah nya dari Singapura kesini. Perlahan ia mulai berdiri dan berjalan ke jendela. Disana ia menghirup udara dalam-dalam dan mensyukuri atas nikmat Tuhan yang benar-benar luar biasa.

“Rio?” tanya Mama Shifa dan Mr. Zeth bersamaan sambil berjalan mendekati Rio.

“Iya Ma, Pa, alhamdulillah sekarang Rio udah sembuh seperti apa yang Rio katakan kemarin. Setelah Rio ada di Australi Rio pasti akan sembuh. Dan ini janji Rio udah Rio buktikan.” Jawab Rio

“Ini semua benar-benar mukjizat Tuhan Pa, padahal baru saja dokter bilang kamu masih butuh waktu lama untuk sehat seperti ni. Alhamdulillah ya Pa.” Ucap mama Shifa tak henti-henti nya mengucap syukur.

“Iya Ma, Pa, alhamdulillah.. kapan Rio pulang ke Indonesia?” tanya Rio

“Secepatnya!” jawab Mr. Zeth dan Mr. Naff bersamaan.

                Rio sangat senang saat ia mendengar bahwa ia akan pulang ke Indonesia secepatntya. Ia benar-benar berterimaksih kepada Tuhan karena dengan rahmatnya melalui feeling ia dapat sembuh seperti ini dan bisa pulang ke Indonesia lagi bertemu dengan sahabat-sahabatnya yang sangat ia rindukan selama ini.

---

                Di ruang rawat gadis itu, terbukalah pintu yang tadinya tertutup itu. masuklah seorang perempuan yang sudah menunjukkan beberapa rambut putihnya dengan sang suami, dan juga terdapat seorang laki-laki paruh baya yang dibuntuti oleh remaja laki-laki yang nampak begitu tampan. Semua yang memasuki ruangan itu dibuat kanget oleh seorang gadis yang duduk di tempat tidur rawat itu tanpa peralatan medis pun, ia sedang mencoba untuk melepas infus yang sudah lama bertengger di tangannya.

“Ify? Kamu sudah sadar?” tanya semuanya sambil menangis penuh haru.

“aku baru saja melalui masa-masa indahku. Aku ingin segera kembali ke Indonesia. Aku merasa kebahagiaanku ada di sana sepenuhnya. Aku mohon.” Pinta Ify kepada semuanya.

“Baiklah, ini semua mukjizat Tuhan. Kapan kamu mau pulang ke Indonesia?” tanya Mr. Naff seraya terharu melihat anaknya yang benar-benar sudah sembuh.

“Aku ingin secepatnya Pa, aku ingin bertemu dengan Agni dan Sivia, aku juga ingin bertemu dengan kak Kka dan Kak Alvin pa, aku ingin menceritakan masa-masa indahku ke mereka pa.” Pinta Ify sambil memohon kepada Papanya.

“Dan aku ingin bertemu pangeran tampan aku...” ucap lirih Ify sehingga tak dapat di dengar oleh siapapun.

“Apa kamu tak merindukanku Fy?” tanya seseorang yang tiba-tiba menyembulkan diri dari ambang pintu bersama Dokter Atma.

“ICHAAAAAA....!!!!” teriak Ify kegirangan saat ia menemukan sahabatnya yang sedang berlari lalu memeluknya

“Aku udah bukan Icha yang cengeng kaya Chacha dulu. Tapi sekarang aku udah jadi Shilla yang periang kaya Ify” ucap Shilla.

“oh gitu, sekarang udah jadi Shilla bukan Icha lagi :D “ jawab Ify

“iya, hehehehe... hmm,, Fy kalo loe udah mau balik ke Indo gue juga mau balik ke Indo lhooo” kata Shilla.

“Lhoh? Bukannya loe itu dulu di Paris? Kenapa loe malah mau balik ke Indo kagak ke Paris?” tanya Ify dengan nada kebingungan.

“Gue pindah kesini gara-gara gue itu dikabarain sama bokap kalo loe ada disini dengan keadaan ya yang loe tau sendiri lah keadaan loe kaya apa. Jadi gue mutusin buat pindah kesini biar gue bisa semakin deket sama loe.” Ucap Shilla penuh keyakinan.

“Oya sayang, Shilla setiap hari tak pernah absen untuk jenguk kamu” kata Oma Rossa meyakinkan Ify seraya mengacak-acak ubun-ubun Ify yang ditumbuhi oleh rambut.

“waahhh terimakasih cuyunngkuuu” ucap Ify sambil mencipika cipiki Shilla dan hanya dibalas dengan senyuman dan anggukan dari Shilla.

“ehem,,, kacang telur, kacang tanah, kacang bawang, kacang-kacangan.” Ucap Iel karena ia merasa di kacangi

“hehehehe, maap abangku tersayang....” ucap Ify

                Shilla memelototkan urat-urat yang ada di bola matanya. Betapa tidak, pesona wibawa dari pemuda yang ada di depannya ini. Pemuda ini memberikan sebuah senyuman yang penuh ikhlas kepada Shilla, senyuman itu mencabik-cabik hati Shilla dan membuatnya terbang hingga ke langit yang jauh di atas sana. Ia memangdangi lekuk-lekuk indah wajah pemuda ini, sangat sempurna. Dirasakan oleh Shilla bahwa darah yang mengalir di tubuh gadis ini telah berdesir begitu cepat sehingga ia merasakan getaran pada seluruh tubuhnya.

­­---

                Administrasi pemindahan Rio telah selesai semua, kini tinggal memutuskan kapan ia kembali ke negara yang telah memberinya sebuah arti cinta. Negara yang tekah mempertemukannya dengan sesosok gadis yang sangat berarti dalam hidupnya. Sesosok gadis yang telah membuatnya terlelap hingga beberapa waktu lamanya. Apa dia membenci gadis itu karena gara-gara gadis itu membuatnya koma? Ah tidak, justru semakin hari malah semakin membuat Rio semakin merindukan dan menyayangi gadis itu.

                Rio telah memutuskan pulang ke Indonesia hari ini, ia pulang ke Indonesia sendiri karena Papa dan Mamanya harus menyelesaikan urusan bisnisnya di Swedia. Tak mengapa bagi Rio pulang ke Indonesia sendiri. Ia tak memperdulikan itu, yang ia perdulikan hanyalah ia ingin segera sampai di Indonesia.

Ia pun sudah menunggu keberangkatan pesawatnya di bandara saat ini, namun karena cuaca yang tak mendukung mengharuskan pesawatnya untuk delay beberapa saat. Ia duduk di ruang tunggu bandara, ia duduk di samping seorang pemuda yang usia nya hampir setara dengan usianya. Pemuda itu mengenakan jaket tebal dan syal yang mengalung di lehernya, tak lupa ia mengenakan topi musim dinginnya (itu lhoo topi yang sering di pake cowo yang dari kain wol itu). Pemuda itu mengambil sebuah ipod dari tas kecilnya, ia memasukkan sambungan headphone nya ke dalam ipod itu kemudian ia mengenakan headphone itu. Rio hanya menatap pemuda itu dengan tatapan yang agak heran, seperti nya ia telah mengenal pemuda ini cukup lama. Namun, siapa pemuda itu? kenapa rasanya pemuda itu pernah menjalani hari-hari nya bersama nya? Ah apa ini hanya halusinasi Rio semata?
                Penerbangan pun akan segera di berangkatkan. Ketika Rio dan pemuda itu hendak berdiri, ternyata pemuda itu secara tak sadar telah meninggalkan handphone nya di tempat yang ia duduki tadi. Dengan sigap, Rio pun mengambil handphone pemuda tadi dan ingin segera memanggil pemuda itu. Karena wajah pemuda itu agak condong ke Indonesia, sehingga ia yakin pemuda itu bisa berbicara bahasa Indonesia.

“Heiii?” teriak Rio sambil mengejar pemuda itu

                Gabriel (pemuda tadi) hanya membalikkan badannya saja. Oh tidak,Gabriel itu merasakan ada sebuah pancaran sinyal tersendiri ketika ia membalikkan badan menghadap ke sosok pemuda yang memanggilnya tadi. Ia merasa pernah kenal dengan pemuda yang telah meneriakinya tadi. Pemuda itu seperti pernah akrab di dalam kehidupannya.

“Nih HP loe ketinggal di tempat duduk loe tadi. Gue yakin ini pasti punya loe.” Ucap Rio yakin.

“eh iya ini beneran HP gue. Thanks ya loe udah baik banget.” Ucap Gabriel sambil memukul bahu Rio seolah mereka telah akrab dan telah saling mengenal satu sama lain.

“Yoi sama-sama My Bro!” jawab Rio

                DEG! Begitu terasa di dalam benak Gabriel terasa seperti berada di derasnya hujan meteor yang jatuh di ladang gandum dan terjadi lah peristiwa pembentukan Chocho Crunch. Kata-kata “My Bro” itu terngiang jelas di otaknya. Gabriel merasa itu julukan dari sahabatnya dulu semasa ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Itu Cakka? Ah tidak Cakka masih stay di Indonesia dan masih bersamanya. Hm.. itu Alvin? Tidak juga karena Alvin sekarang satu kelas dengan nya di bangku putih abu-abu. Lalu siapa? Ah iya Gabriel telah mengingatnya, dia Vano! Tapi kenapa parasnya berbeda 180 derajad dengan Vano yang dulu? Gabriel masih ingin memendam perasaan janggalnya itu, ia tak ingin dikira SKSD kepada seseorang itu. Apabila dia memang Vano, bukan bermaksud tadi ia tak menyapa nya karena ia telah lupa dengan Vano, tapi karena dia ingin memastikan apakah dia benar-benar Vano atau bukan.

“Nama loe siapa?” tanya Gabriel seraya menjulurkan tangannya.

“Gue Mario, tapi loe bisa panggil gue Rio, loe sendiri siapa?” tanya Rio sambil membalas uluran tangan Gabriel.

“Gue Gabriel” jawab Gabriel sabil menunjukkan seulas senyum.

                Dalam hati Gabriel sedikit kecewa, ternya pemuda yan tadi ia kira adalah Vano itu ternyata bukan Vano, melainkan Rio. Rio benar-benar memanggilnya dengan sebutan yang sama dengan Vano, sahabatnya dulu.

                Tak hanya seorang Gabriel yang merasa kecewa, tetapi seorang Rio juga merasakan kecewa sama halnya dengan Gabriel. Ia merasa kecewa karena sosok yang ada di dekatnya ini bukan Iel sahabatnya, dia adalah Gabriel. Namun kekecewaannya itu juga terobati, karena pada dasarnya kalau pemuda tadi itu adalah Iel, pasti ia sudah menyapanya.

                Ketika memasuki pesawat, ternyata Rio dan Gabriel duduk di tempat duduk yang berdampingan. Rio dan Gabriel sama-sama mengulas sebuah senyuman mereka karena mereka dapat duduk berdampingan dan melanjutkan obrolan mereka. Mereka saling membicarakan hal-hal yang dikira nya bisa mengisi keluangan waktu di dalam pesawat ini. Mereka terlihat begitu akrab dan saling nyambung dengan obrolan mereka. Hingga tak mereka sadari, sekarang pesawat yang mereka tumpangi sudah bersiap untuk landing di bandara Soetta.

                Rio menghirup nafas dalam-dalam ketika ia menuruni anak tangga pesawat itu, ia merasakan bahwa dirinya memang sudah berada di Indonesia. Ia telah merasakan dalam-dalam udara khas Jakarta yang telah menyambutnya di pagi yang cerah itu. sangat lega ia saat ini.

“Gue duluan bro!” ucap Gbriel sambil melambaikan tangannya.

“Oke My Bro!” jawan Rio.

                Benar-benar terngiang jelas di dalam otak Rio, Gabriel memanggilnya sama dengan seorang Iel yang dulu memanggilnya seperti itu. Ah, mungkin itu hanya sebuah faktor ketidaksengajaan yang timbul di sebuah perkenalan.

                Di dalam mobil menuju perjalanan pulang ke rumah masing-masing, Rio dan Gabriel masih sama-sama memikirkan hal yang sama. Siapakah Rio sebenarnya? Apa dia Vano? ah hmmm sepertinya tidak mungkin, itu yang ada di pikiran Gabriel. Sedangkan di pikiran Rio, apa dia itu Iel? Ah tidak mungkin sepertinya, karena kemanapun Iel pergi pasti selalu bareng sama peri cantik. Dan kalaupun itu Iel, ia pasti tak akan melupakan Rio dan pasti ia akan menyapanya saat mereka bertemu di bandara dan berbincang di pesawat tadi.